Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Kamu Mengalami Solastalgia

ilustrasi pria (pexels.com/Jovan Vasiljević)
ilustrasi pria (pexels.com/Jovan Vasiljević)

Pernah merasa sedih yang mendalam saat melihat lingkungan di sekitarmu berubah drastis? Atau perasaan kehilangan yang gak bisa dijelaskan ketika tempat favoritmu mulai terlihat berbeda karena pembangunan atau kerusakan lingkungan? Kalau iya, mungkin kamu sedang mengalami solastalgia. Sebuah istilah yang dicetuskan oleh filosof Australia, Glenn Albrecht, untuk menggambarkan perasaan kehilangan dan kesedihan yang dialami seseorang akibat perubahan lingkungan di tempat tinggalnya.

Solastalgia berbeda dengan nostalgia yang merindukan masa lalu di tempat yang jauh. Kondisi ini justru muncul ketika kamu masih berada di tempat yang sama, tapi lingkungannya sudah berubah secara signifikan, entah karena polusi, deforestasi, pembangunan besar-besaran, atau dampak perubahan iklim. Perasaan ini bisa sangat menguras emosi dan memengaruhi kesehatan mental. Tapi sayangnya masih banyak orang yang gak menyadari bahwa apa yang mereka rasakan memiliki nama dan bisa diatasi. Yuk, kenali lima tanda utama solastalgia agar kamu bisa lebih memahami perasaanmu!

1. Merasa sedih berlebihan saat melihat perubahan lingkungan

ilustrasi cemas (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi cemas (pexels.com/Liza Summer)

Kamu merasa ada sesuatu yang hilang setiap kali melewati jalan yang dulu rindang, tapi sekarang pohon-pohonnya sudah ditebang untuk pembangunan mal? Atau merasa hancur ketika pantai favoritmu dipenuhi sampah plastik? Reaksi emosional yang berlebihan terhadap perubahan lingkungan adalah tanda pertama solastalgia. Bukan sekadar kecewa biasa, tapi perasaan sedih yang mendalam seolah-olah kehilangan seseorang yang kamu sayangi.

Perasaan ini muncul karena lingkungan bukan hanya sekadar tempat fisik, tapi juga bagian dari identitas dan memori emosional kita. Ketika tempat-tempat yang punya nilai sentimental berubah atau rusak, otak kita meresponsnya sebagai kehilangan nyata. Kalau kamu sering merasa down atau bahkan menangis saat melihat perubahan lingkungan yang gak kamu inginkan, itu bukan berlebihan, tapi sinyal bahwa kamu sangat terikat secara emosional dengan tempat tersebut.

2. Kehilangan rasa nyaman dan aman di lingkungan sendiri

ilustrasi meditasi (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi meditasi (pexels.com/Ivan Samkov)

Dulu, lingkungan rumahmu terasa seperti surga kecil yang memberikan ketenangan. Sekarang, polusi udara bikin kamu susah bernapas, atau suara konstruksi yang gak ada henti-hentinya membuat kamu gak bisa tidur nyenyak. Ketika tempat yang seharusnya jadi safe space justru bikin kamu stres, itu tandanya kamu sedang mengalami solastalgia. Rasa aman dan nyaman yang hilang ini bukan cuma soal fisik, tapi juga psikologis.

Lingkungan yang berubah drastis bisa mengganggu rutinitas harianmu dan membuat kamu merasa seperti orang asing di tempat sendiri. Misalnya, kamu jadi malas jalan-jalan sore karena udaranya terlalu kotor, atau gak bisa lagi menikmati keheningan karena ada pembangunan di mana-mana. Perasaan kehilangan kontrol atas lingkungan tempat tinggal ini bisa memicu kecemasan dan membuat kamu merasa gak punya tempat untuk berlindung dari stres dunia luar.

3. Sering membandingkan kondisi sekarang dengan masa lalu

ilustrasi wanita (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi wanita (pexels.com/Ketut Subiyanto)

"Dulu di sini masih banyak sawah, sekarang udah jadi perumahan semua," atau "Sungai ini dulu jernih, sekarang hitam dan bau." Kalau kamu sering banget ngomong kayak gini, tandanya kamu sedang bergulat dengan solastalgia. Terus-menerus membandingkan kondisi lingkungan saat ini dengan masa lalu yang lebih baik adalah cara otak mencoba memahami dan mengatasi perubahan yang gak diinginkan.

Membandingkan seperti ini wajar, tapi kalau udah jadi obsesi dan bikin kamu semakin sedih setiap hari, itu udah masuk kategori gak sehat. Kamu mungkin jadi sering cerita ke orang lain tentang betapa indahnya dulu, sampai-sampai gak bisa fokus menikmati hal-hal positif yang masih ada sekarang. Perasaan ini bisa bikin kamu stuck di masa lalu dan kesulitan beradaptasi dengan realitas baru.

4. Menghindari tempat-tempat yang dulunya kamu sukai

ilustrasi pasangan (pexels.com/Katerina Holmes)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Katerina Holmes)

Kalau kamu mulai menghindari tempat-tempat yang dulu jadi favorit karena sekarang sudah berubah dan bikin sedih, itu tanda kuat solastalgia. Mungkin kamu udah gak pernah lagi ke taman tempat kamu main waktu kecil karena sekarang udah jadi lahan parkir, atau gak mau lewat jalan tertentu karena pemandangannya bikin hati hancur. Avoidance behavior ini adalah mekanisme pertahanan diri untuk melindungi emosi dari rasa sakit yang berulang.

Masalahnya, menghindari terus-menerus justru bisa bikin perasaan solastalgia makin parah. Kamu jadi kehilangan kesempatan untuk beradaptasi dan mencari aspek positif baru dari perubahan yang terjadi. Selain itu, menghindari tempat-tempat ini juga bisa mengurangi mobilitas dan aktivitas sosialmu, yang pada akhirnya memperburuk kesehatan mental secara keseluruhan.

5. Merasa putus asa tentang masa depan lingkungan

ilustrasi pria (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pria (pexels.com/cottonbro studio)

Tanda terakhir dan mungkin yang paling berat adalah ketika kamu merasa pesimis dan putus asa tentang masa depan lingkungan. Kamu mungkin berpikir, "Ah, percuma aja peduli lingkungan, toh ujung-ujungnya bakal rusak juga," atau "Gak ada gunanya berbuat apa-apa, kerusakan udah terlanjur parah." Perasaan hopelessness ini bisa sangat menguras energi dan motivasi untuk tetap peduli atau bahkan bertindak untuk lingkungan.

Putus asa seperti ini bukan cuma soal lingkungan, tapi juga bisa meluas ke aspek hidup lainnya. Kamu mungkin jadi merasa gak berdaya secara umum, kehilangan minat pada aktivitas yang dulu kamu suka, atau bahkan mengalami gejala depresi ringan. Kalau udah sampai tahap ini, penting banget untuk mencari dukungan, baik dari orang terdekat maupun profesional, karena solastalgia yang berkepanjangan bisa berdampak serius pada kesehatan mental.

Mengalami solastalgia itu normal dan valid, terutama di era perubahan iklim dan urbanisasi yang cepat seperti sekarang. Kamu gak sendirian dalam merasakan ini, dan perasaanmu bukan berlebihan atau aneh. Ingat, meski lingkungan berubah, masih ada banyak hal indah yang bisa kamu ciptakan dan nikmati di tempat yang kamu tinggali sekarang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us