Kisah Bocah 9 Tahun Diamputasi Pasca Dilindas Truk, Ingin Jadi Koki
Tragedi pilu ini terjadi di Klungkung, Bali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Klungkung, IDN Times - Seorang bocah desa asal Paksebali, Klungkung, I Putu Agus Budiarta (9), harus mengalami peristiwa yang memilukan. Di usianya yang masih teramat belia, ia harus kehilangan kaki kanannya karena hancur terlindas truk.
Meski sudah tidak normal lagi, harapannya tidak pernah luntur. Ia tetap bercita-cita menjadi seorang koki di masa depannya. Bagaimana kisahnya?
Baca Juga: Hasil Melimpah, Ikan Tongkol di Negara Anjlok Hingga Rp3 Ribu per Kg
Kejadian pilu yang dialami Putu Agus ini terjadi Senin (8/10) lalu, sekitar pukul 13.00 Wita. Sepulang dari sekolah, ia mengayuh sepeda menuju rumah kakeknya untuk makan siang. Ia menaiki sepeda di trotoar Jalan Raya Paksebali, Klungkung.
Namun saat mengayuh sepedanya, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke jalan raya. Di saat bersamaan, datang truk dari arah utara, yang seketika melindas kaki kanan Putu Agus.
Saat kejadian, siswa kelas III di SD Negeri 3 Paksebali itu masih sadarkan diri. Kaki kanannya ketika itu sudah hancur. Ia dilarikan ke RSUD Klungkung oleh sopir truk dan warga sekitar.
1. Kecelakaan saat mengayuh sepeda
Baca Juga: Pengumuman! Warga Bangli yang Belum Punya e-KTP Dianggap Meninggal
Meski harus kehilangan kaki kanannya di usia belia, namun tidak menyurutkan semangat Putu Agus untuk merajut cita-cita. Dalam keadaan terbaring dan kaki kanan masih diperban, ia tetap semangat mengungkapkan cita-citanya kelak saat sudah dewasa.
"Saya ingin menjadi seorang koki," ungkap Putu Agus, ketika ditemui di ICU RSUD Klungkung.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta bahkan sempat menengok Putu Agus di ICU RSUD Klungkung. Ia ikut memberikan Putu Agus motivasi, dengan memutarkan film berjudul "jangan jadikan aku beban", yang mengisahkan hidup perempuan asal Nusa Pendia yang tidak memiliki tangan dan kaki. Namun mampu menjadi tulang punggung keluarga.
"Musibah ini tidak boleh merenggut keceriaannya, dan semangatnya dalam meraih cita-citanya kelak," ungkap Suwirta.