Rumah Film Sang Karsa, Tempat Belajar dan Nobar di Buleleng
Terbuka bagi siapa pun yang tertarik dengan dunia film
Dunia film di Bali maupun Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan. Banyak karya film-film sineas lokal maupun nasional yang bisa kamu temukan. Mulai dari film pendek, film dokumentar, hingga film-film layar lebar. Karya film ini pun gak lepas dari rumah produksi film maupun orang-orang yang terjun langsung di dalamnya.
Ada satu rumah film di Kabupaten Buleleng bernama Rumah Film Sang Karsa. Lokasinya di Jalan Seririt-Singaraja, Temukus, Kecamatan Banjar. Tempat ini didirikan oleh Putu Kusuma Wiajaya, seorang sutradara film yang telah menempuh pendidikan film di Amsterdam. Dia mengatakan, Rumah Film Sang Karsa merupakan ruang atau tempat untuk berkumpul menikmati film bersama-sama, serta tempat edukasi tentang proses pembuatan film dari awal hingga akhir.
“Setelah saya kembali ke Buleleng, saya berusaha sekuat tenaga untuk membangun ruang tontonan. Kebetulan juga, romantisme bioskop itu hilang di kota kami, karena pengunjung bioskop sedikit dan Kota Singaraja yang terpencil pun tidak ada bioskop. Rumah film ini didirikan atas kegelisahan saya dengan anak-anak di sana yang tidak punya kesempatan untuk menyaksikan film secara bersama-sama, serta mengenalkan akan proses pembuatan film itu sendiri,” terangnya saat ditemui di Kota Denpasar baru-baru ini.
Nah, seperti apa kisah Rumah Film Sang Karsa dan apa saja yang ada di dalamnya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini, ya!
1. Latar belakang berdirinya Rumah Film Sang Karsa
Rumah Film Sang Karsa didirikan hampir bersamaan dengan berdirinya Minikino, yaitu 10 tahun yang lalu atau sekitar tahun 2014. Wijaya menceritakan, gagasan awal membuat rumah film ini bermodal nekat. Dia ingin mengajak orang-orang untuk melihat dan mengalami pengalaman menonton bersama di ruang gelap.
“Saya sangat sedih melihat masa remaja anak-anak yang tidak tahu tentang film. Film yang mereka tahu itu ya, yang ada di televisi, sedangkan yang diputar di televisi itu bukan sebuah film. Film itu di dalam ruang gelap dan kita berkonsentrasi pada layar lebar. Inilah gagasan yang memulai saya membangun rumah film ini,” ujarnya.
Menurutnya, sebuah kota akan berbahaya jika tidak ada bioskop karena tidak ada komunikasi antar penduduk terhadap sesuatu yang menjadi barometer.
“Misalnya saja bahan obrolannya jadi lebih banyak ke arah politik. Contohnya seperti ini, film Ada Apa dengan Cinta ketika booming, anak-anak muda akan membicarakan itu. Rangga menjadi role model laki-laki, dan Cinta jadi role model perempuan. Mereka akan berdiskusi, dan itu bisa menghambat pikiran-pikiran negatif yang mungkin muncul dalam pergaulan anak muda,” lanjutnya.
Rumah Film Sang Karsa hadir menjadi tempat atau media untuk mengajak anak-anak lebih mengenal serta mengetahui tentang film. Di samping itu, menjadi ruang untuk berkreasi membuat film.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.