TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhatan Seniman di Bali, Mau Sampai Kapan Ya Pandemik Ini?

Seniman di Bali banyak mengandalkan penghasilan dari pentas

Instagram.com/david_darmawan

Denpasar, IDN Times - Siapa yang tidak tahu kalau Bali terkenal karena seni budayanya. Selain menggantungkan pada pariwisata, banyak pula masyarakat Bali yang menggantungkan penghidupannya sebagai seorang seniman. Karena itu, ketika pandemik COVID-19 datang dan kini akan memasuki bulan ketujuh, seniman pun ikut kena imbas.

Tidak ada pertunjukan, tidak banyak ada kegiatan, tidak ada orang ngupah (Memberikan pekerjaan), dan tentu saja tidak ada uang pemasukan. Pemerintah Provinsi Bali sendiri telah berupaya memberikan fasilitas kepada seniman untuk tetap berkarya, sekaligus mendapatkan sedikit rezeki atas karya virtual yang dibuatnya. Masing-masing karya virtual didanai sebesar Rp 10 juta.

Hanya saja, program dari Pemprov Bali ini hanya mampu membiayai sebanyak 202 komunitas seni. Setiap komunitas atau sanggar seni masing-masing membuat karya virtual dengan melibatkan maksimal 20 orang seniman saja. Ini berarti sekitar 4.040 seniman saja yang bisa difasilitasi. Sedangkan jumlah seniman di Bali lebih dari itu, dan dari beragam seni pula. Ada seni tari, tabuh, seni pertunjukan, seni lukis, seni ukir, dan seni-seni lainnya.

Bagaimana kabar mereka? Apakah mereka mampu bertahan menghadapi pandemik? Seniman Bali tetap berjuang untuk bertahan hidup di tengah pandemik yang tak pasti kapan akan berakhir.

Baca Juga: Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan Madu

1. Mau sampai kapan ya? Anggap saja payuk jakan kita bergantung pada aktivitas kesenian

Instagram.com/david_darmawan

IDN Times mewawancarai Komang David Darmawan, seorang penari Liku (Peran yang menghibur dalam kesenian tradisional arja di Bali), tentang kondisi para seniman selama pandemik. Menurutnya, situasi selama enam bulan ini sulit untuk dijelaskan. Tidak jarang ia pun sering menjadi tempat curhat bagi teman-teman seniman lainnya.

“Bulan pertama, kedua masih oke (Masih bisa bertahan). Lanjut bulan ketiga, keempat, kelima, bahkan keenam kita mulai merasakan titik kejenuhan. Gak cuma saya pribadi, banyak teman-teman seniman saling curhat. Ini mau sampai kapan ya? Karena anggap saja payuk jakan (Penghidupan di dapur) kita bergantung pada aktivitas kesenian. Seniman pun banyak jenisnya. Gak cuma seniman kayak kami saja, masih banyak seniman yang lain juga merasakan dampaknya,” ujar David, Jumat (11/9/2020).

2. Job untuk pentas benar-benar sepi. Sebulan hanya sekali pentas

Instagram.com/david_darmawan

Sebagai seniman pemula yang namanya sedang naik daun, pria yang memiliki nama panggung Gek Kinclong ini merasakan sekali penurunan job menari Liku. Jika situasi normal, dalam sebulan ia bisa mengantongi 10-15 panggilan job. Namun di masa pandemik, hampir tidak ada sama sekali orang yang ngupah di  tiga bulan pertama. Memasuki bulan keempat, ada satu job meski ia sendiri merasa khawatir harus mengambilnya atau tidak.

“Kalau normal, 10-15 itu dah pasti ada job masuk. Kadang lebih sih, tergantung acara dadakan. Tapi paling sedikit ya 10 pasti ada. Masuk bulan ke-4 pandemik, ada satu kali show sebulan. Saat itu, antara takut atau pengin ambil. Takut juga sama virus COVID-19, karena kita kan nari sama masyarakat. Tapi pengin banget nari biar punya bekal juga. Sedih tapi ya dijalani aja. Akhirnya masuk bulan ke-5 dan ke-6, ada job 1-2 kali sebulan. Teman-teman seniman juga ada yang saya lihat beberapa sudah mulai show,” cerita seniman asal Pegok, Kota Denpasar ini.

Baca Juga: 7 Doa Agama Hindu Agar Mendapat Kedamaian Hidup

3. Sekitar 30 job grup bondres terpaksa dibatalkan sejak pandemik

Instagram.com/rarekual_blankeng

Cerita yang sama juga datang dari grup Bondres (Lawak Bali) asal Buleleng, Rare Kual. Grup lawak Bali yang beranggotakan Ngurah Indra Wijaya, Made Sukantara Arpin, Made Artana, dan Kadek Agus Ria Arnawan ini bahkan harus kehilangan 30 job melawak sejak pandemik mulai terjadi di Indonesia, khususnya di Bali.

“Agustus ini kami baru terima job sebanyak dua kali. Itu pun acaranya naur sesangi (Membayar kaul). Disyukuri saja. Pada awal pandemik, bahkan lebih dari 30 job di-cancel. Sudah ada yang DP, terpaksa kami kembalikan uangnya,” tutur Ngurah Indra.

4. Pernah ditawar harga ‘Corona’

Instagram.com/rarekual_blankeng

Situasi perekonomian yang turun drastis membuat harga job seniman ditawar harga ‘Corona’. Meski demikian, grup Rare Kual berusaha memaklumi kondisi masyarakat yang juga sama-sama bertahan di masa pandemik.

"Memang ada yang nawar begitu. Namun karena situasi kayak gini, ya kita jalan saja. Daripada bengong, lebih baik diambil saja,” kata Ngurah Indra.

Hal yang sama juga dialami Gek Kinclong. Karena pandemik, otomatis harganya ikut merosot. Meski demikian, Gek Kinclong dan kawan-kawan tetap mencari bahan serta materi agar kualitas pertunjukan di atas panggung tetap terjaga.

“Kalau dipersentase, mungkin ada turun 30 persen. Tapi kita lihat juga dalam artian bukan menjatuhkan harga sekali. Toh kita juga perlu mencari bahan untuk mengisi diri kita. Jadi kalau pun ditawar, kita gak asal menjatuhkan harga, ya sewajarnya dari yang biasanya,” jelas Gek Kinclong.

5. Tidak nyaman dan khawatir ketika menerima job selama pandemik

Instagram.com/david_darmawan

Gek Kinclong mengaku khawatir dan tidak nyaman selama menerima job di masa pandemik. Awalnya bisa bebas berinteraksi dengan penonton, kini harus lebih memerhatikan physical distancing.

“Awalnya sampai gak mau joged atau interaksi. Terus juga kayak ngerasa gak nyaman, padahal biasanya sentuhan, seru-seruan, sekarang jaga jarak, gak ada interaksi penonton. Habis itu, sekarang ke mana-mana bawa hand sanitizer, pulang langsung mandi, keramas. Pakaian nari juga langsung dicuci. Pokoknya lebih gawat dari biasanya,” ungkap Gek Kinclong.

Demikian juga Rare Kual menyesuaikan dengan protokol pencegahan COVID-19. Syukurnya, masyarakat yang menonton taat memakai masker dan menjaga jarak.

Baca Juga: 12 Pepatah Bahasa Bali Tentang Kehidupan, Jangan Dilupakan Ya

6. Bertahan hidup dengan mengandalkan tabungan, endorse produk, hingga banting stir

Instagram.com/rarekual_blankeng

Karena sepinya job kesenian, tak sedikit seniman yang kesulitan untuk bertahan hidup. Gek Kinclong terpaksa harus merogoh tabungannya karena tidak cukup menghidupi kebutuhan hidup selama pandemik. Selain itu, Gek Kinclong juga mencoba menghidupkan kembali usaha salon rias pengantin yang dimilikinya. Meski ada beberapa kali job rias, dirinya sangat bersyukur.

“Untungnya saya punya sedikit tabungan. Jadi untuk kebutuhan hidup masih bisalah. Selama pandemik, saya juga coba fokus di salon. Ya, sebulan dapat saja job rias 1 atau 2 customer. Lumayanlah,” katanya.

Gek Kinclong mengakui, banyak teman-teman seniman yang dikenalnya kini banting stir berjualan. Mereka berjualan apapun sesuai skill yang dimilikinya. Saat-saat seperti ini, perlu empati dan rasa gotong royong dengan membeli produk teman.

“Kadang ada beberapa teman seniman chat pribadi, nanyain gimana kabar di sana. Dia cerita sama sekali gak ada apa (Pendapatan). Kadang pengin bantu, tapi mau gimana, kita sama-sama sedang berjuang juga,” kata Gek Kinclong.

Sementara grup Rare Kual mengambil beberapa job endorse dan kegiatan. Memang grup ini sudah sejak dulu aktif membuat video-video lucu di Instagram. Sehingga ada yang tertarik untuk mengiklankan produknya pada mereka.

“Untuk sementara ini penghasilan kami ya dari beberapa endorse. Untuk penghasilan di YouTube kami berikan ke kameramennya. Karena semua sulit cari kerja sekarang, jadi sama-sama ngerti saja” kata Ngurah Indra.

7. Mengisi kejenuhan dan kekosongan dengan membuat konten video serta video klip agar tetap kreatif

Instagram.com/david_darmawan

Menurut Gek Kinclong, untuk mengusir rasa jenuh banyak seniman yang meluangkan kreativitasnya dengan berbagai cara. Misalnya membuat konten video atau video klip lagu. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak memandang kalau seniman mati kreativitasnya.

“Di sosial media saya melihat, saking jenuhnya seniman meluangkan kreativitasnya dengan berbagai cara. Buat konten video, pertemuan kecil-kecilan, bahkan itu semua mreka lakukan secara free tanpa memungut bayaran. Karena kita semua jenuh,” jelasnya.

“Waktu ini saya bikin video klip lagu baru sama teman-teman alumni. Ada produser sih, biayai. Saya coba lempar saja di sosial media. Tujuannya supaya masyarakat tidak menganggap kita seniman mati kreativitas. Ternyata respon masyarakat senang dan minta bikin lagi,” tambahnya.

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

Berita Terkini Lainnya