Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan Madu

Adakah yang pernah mencoba terapi ini?

Denpasar, IDN Times – Dua pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) asal Kecamatan Denpasar Utara, harus menjalani karantina di hotel selama 10 hari setelah dinyatakan terinfeksi COVID-19 berdasarkan hasil swab, pada Agustus 2020 lalu. Keduanya merupakan saudara kandung, yakni seorang pelajar perempuan berinisial FH dan pelajar laki-laki NS.

“Waktu njemput itu, saya semua yang jemput itu. APD (Alat Pelindung Diri) lengkap. Dari hotel karena OTG (Orang Tanpa Gejala) kan. Dalam aturan boleh isolasi mandiri dengan ketentuan kamar pribadi, kamar mandi di dalam. Kamar sendiri terpisah dari keluarga terus,” jelas perwakilan keluarganya, M Muhiddin, pada Rabu (26/8/2020).

Muhiddin menceritakan, saat itu ia sendiri yang menjemput kedua keponakannya yang dikarantina di hotel daerah Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Muhiddin harus menahan rasa tidak nyaman memakai APD selama hampir 45 menit, demi keamanan dirinya.

“Wah, pengap sekali. Semua sebadanlah. Ya karena pakai begitu (APD). Nggak biasa pakai pakaian kayak gitu. Pakai kayak gitu hanya demi keamanan ya sudah terpaksa,” ungkapnya.

Dari ceritanya, kedua keponakan dinyatakan sembuh setelah menjalani terapi arak Bali dan mengonsumsi madu dari lebah Klanceng. Berikut ini kisahnya.

Baca Juga: Gubernur Koster Akui Arak Bali Tidak Bisa Digunakan di Rumah Sakit

1. Tidak ada gejala, kedua keponakannya diketahui positif ketika akan kembali ke pesantren

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan MaduPexels.com/ketut-subiyanto

Pada waktu itu pesantren di Madura, Jawa Timur, sudah mewajibkan santrinya untuk kembali ke pondok pesantren. Kedua keponakan Muhiddin ini kemudian melakukan rapid test sebagai persyaratan kembali ke pondok pesantren. Akhirnya pada Rabu (5/8/2020), keduanya mengikuti layanan rapid test gratis yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung di Lapangan Samudra Kuta, bersama ratusan santri lainnya.

Ternyata dari ratusan santri ini ada empat orang yang reaktif, dua di antaranya keponakan Muhaddin yang kemudian diisolasi di hotel. Pada Jumat (7/8/2020), keempat santri tersebut akhirnya menjalani tes swab. Sabtu (8/8/2020) diketahui hanya dua orang, yakni kedua keponakannya, yang positif COVID-19.

“Akhirnya mereka dikarantina. Setelah dikarantina mereka itu karena OTG, tanpa gejala. Oleh Kepala Dinas Kesehatan boleh dikarantina di rumah dengan catatan kamar sendiri, kamar mandi di dalam. Tidak bersentuhan atau komunikasi langsung dengan pihak keluarga,” jelasnya.

Mendengar penjelasan dari Kepala Dinas Kesehatan Badung itu, Muhiddin membawa pulang kedua keponakannya untuk menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Kondisi mereka saat itu dalam keadaan sehat dan banyak tertawa seperti biasanya. Tidak ada gejala khusus atau bahkan sakit. Mereka pun tidak pernah beraktivitas di luar rumah. Hanya saja pada Senin (3/8/2020), keduanya sempat mengadakan tur keliling Bali untuk bersilaturahmi ke rumah keluarga lainnya.

“Sama sekali nggak ada. Karena keluarga semua ikut rapid test juga. Non reaktif semua hasilnya,” ceritanya.

Baca Juga: Bandara Ngurah Rai Buka Layanan Rapid Test Rp150 Ribu, 15 Menit Kelar

2. Mereka terapi menggunakan arak Bali sampai mencarinya hingga ke Kabupaten Klungkung

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan MaduDok.IDN Times/istimewa

Singkat cerita menurut Muhiddin, selama diisolasi mandiri di rumah masing-masing sejak Sabtu (8/8/2020), Muhiddin mengaku tidak ada petugas dari tim GTPP atau pihak lain yang khusus menangani pasien COVID-19, datang mengawasi keponakannnya. Ia lalu mendapatkan masukan dari seorang dokter bahwa terapi menggunakan arak manjur untuk membantu mempercepat penyembuhan COVID-19.

“Sebenarnya itu obat tidak ada lisensi. Cuma katanya berdasarkan hasil penelitian beberapa profesor itu manjur. Di antaranya itu menurut penelitian profesor Gelgel,” ungkapnya.

Hari itu juga ia langsung berangkat ke Kabupaten Klungkung, setelah seorang temannya bersedia membantu untuk mendapatkan arak produksi masyarakat setempat. Kedua keponakannya lalu terapi arak Bali di rumahnya. Tanggal 12 Agustus 2020, kedua keponakan, Muhiddin bersama seluruh keluarga lainnya menjalani rapid test. Hasilnya non reaktif. Mengetahui hasilnya non reaktif, kedua keponakan berangkat ke pesantren di Madura tanggal 25 Agustus 2020.

“Teman di Klungkung ngasih dua botol minuman tanggung. Tak jadiin dua, tak kasih satu-satu keponakan saya itu. Itu tidak diminum, cuma dihirup setiap hari. Itu dihirup. Ternyata tanggal 12 Agustus, saya pun ikut rapid test. Setelah di-rapid test hasilnya negatif (non reaktif),” katanya.

Baca Juga: Arak Bali Diklaim Sembuhkan COVID-19, Terapinya Libatkan Doa

3. Selain itu, keponakannya mengonsumsi madu ketika hasil rapid test reaktif

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan Maduunsplash.com/Arwin Neil Baichoo

Kedua keponakannya juga mengonsumsi obat herbal berupa produk madu dari lebah Klanceng. Madu ini dikonsumsi ketika rapid test keduanya dinyatakan reaktif. Sementara setelah mereka dinyatakan positif COVID-19 dari hasil uji swab, keduanya menggunakan terapi arak Bali.

“Madu. Madu asli itu yang dikonsumsi. Hitam kecil-kecil itu (Madu dari lebah Klanceng). Itu yang dipakai,” terang Muhiddin.

4. Perlakuan keluarga saat keduanya menjalani isolasi

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan MaduUnsplash/Emily Chung

Selama menjalani masa isolasi mandiri di rumah, kedua keponakan Muhiddin mencuci bajunya sendiri. Setiap kali mengantarkan makanan, keluarga lain hanya meletakannya di depan pintu kamar isolasi saja.

“Komunikasi sama saya terus, pakai HP (Handphone). Tak guyoni (Bercandain) terus gitu. 'FH gimana?', 'Sehat Man'. Gitu dia. 'Nggak sakit?', 'Nggak.' 'Nggak ada yang sakit sama sekali?', 'Nggak ada'. 'Terus ngapain FH?', 'Main Game'. Gitu. Semuanya kedua-duanya kayak gitu,” tirunya sambil terkekeh.

Ia mengungkapkan sebelum mereka diisolasi di rumahnya masing-masing, pihak keluarga melakukan desinfeksi dengan cairan desinfektan bantuan dari pemerintah.

Baca Juga: Ngeri, Ini Dia Foto Asli Virus Corona Ketika Menyerang Tubuh Manusia

5. Rapid test hanya mendeteksi infeksi virus beta corona secara umum

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan MaduIlustrasi rapid test (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sementara itu menurut keterangan Dokter Spesialis Paru sekaligus dokter di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mangusada, dr Putu Ayu Diah SpP, menyampaikan rapid test merupakan alat screening dan diagnostik yang angka keakuratannya relatif rendah. Mengapa demikian? Hal ini karena dipengaruhi oleh timing pemeriksaan.

“Pemeriksaan ini tidak mendeteksi secara spesifik SARS COV 2, tetapi mendeteksi infeksi virus beta corona secara umum. Waktu pemeriksaan juga sangat menentukan. Apakah di awal terjadi infeksi maka akan terbentuk IgM, atau saat penyembuhan akan positif Ig.G,” jelasnya.

Menurutnya, berdasarkan kepustakaan dan beberapa jurnal, kesembuhan COVID-19 tidak dapat ditentukan melalui pemeriksaan rapid test. Tetapi kriteria sembuh yang disebutkan dalam pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 revisi ke-5 adalah "Telah selesai masa isolasi dan dinyatakan sehat (Tidak ada gejala respirasi) oleh dokter yang memantau perkembangan pasien."

Menurut Diah, pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah akan dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melalui kunjungan rumah atau telemedicine. Suhu dipantau dua kali sehari dan keluhannya dicatat.

"Setelah isolasi mandiri 10 hari, pasien kontrol ke FKTP," tambahnya.

Baca Juga: Kasus Jerinx Dilimpahkan ke Kejati Bali Hari Ini, Ditangani 6 Jaksa 

6. Pemkab Badung menyediakan layanan rapid test gratis bagi pelaku perjalanan keluar daerah di Wantilan DPRD Badung

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan MaduIDN Times/Irma Yudistirani

Pada tanggal 26 Juni 2020 lalu, IDN Times menghubungi melalui sambunan telepon kepada Kepala Dinas Kesehatan Badung, dr Nyoman Gunarta, terkait pasokan rapid test. Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Badung mengungkapkan, bantuan rapid test yang diterima dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tes massal di wilayahnya. Akibatnya, Pemkab Badung melakukan pengadaan sendiri. Meskipun begitu, Gunarta tidak secara langsung mengungkapkan jumlah dana yang mereka anggarkan.

“Untuk yang kami anggarkan dari dana BTT (Belanja Tak Terduga) dan refocusing anggaran ada sebanyak 53 ribu rapid test. Yang sudah terserap 20 ribu lebih rapid test. Semua untuk program. Gratis,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (26/6/2020).

Gunarta menambahkan, bantuan rapid test dari Pemprov Bali kepada Kabupaten Badung hanya 1.320 rapid test. Ia mengakui saja jumlah ini tidak mencukupi. Sehingga Pemkab Badung mengambil langkah dengan menargetkan 53 ribu rapid test. Namun realisasinya masih sekitar 20 ribuan pada Juni 2020 lalu.

Dari jumlah terealisasi tersebut, dua tempat yakni Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kuta I dan Puskesmas Mengwi I, juga mendapat gelontoran bantuan dari Pemkab Badung. Apalagi kedua Puskesmas ini sudah ditunjuk dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 445/8326/Yankes.Diskes pada 22 Mei 2020 lalu, sebagai rujukan bagi para pelaku perjalanan.

“Oh iya (Dapat jatah). Untuk Puskemas pelaku perjalanan itu Mengwi I dan dari Kuta I kan itu. Itu untuk pelaku perjalanan yang keluar daerah. Sebenarnya yang dibantu itu kan yang untuk tidak akan kembali, akan menetap kenten (Begitu). Karena kan semuanya gratis,” terangnya.

Masyarakat Badung yang keberatan dengan harga rapid test di rumah sakit swasta, dan memang ada potensi tertular, Gunarta menyarankan untuk ikut program rapid test gratis di Wantilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Badung.

“Silakan datang ke rapid test-nya kami. Kami kan rutin ada di wantilan DPRD. Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Jadi kalau emang mau tidak bayar, ya ikut kami. Di programnya kami. Jadi tidak perlu bayar gitu,” katanya.

Baca Juga: Pakar Virus: Bali Harus Waspada Peluang Penularan COVID-19 Dari Hewan

7. Terapi arak Bali dalam proses perizinan produksi dan paten

Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan MaduIDN Times/Irma Yudistirani

Ramuan arak Bali telah diklaim oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster, ampuh dijadikan sebagai treatment pasien COVID-19 yang menjalani karantina. Usada (Ilmu pengobatan tradisional Bali) ini ia klaim dapat mempercepat kesembuhan pasien COVID-19 hingga 80 persen. Arak yang merupakan bahan utama usada ini, tidak hanya digunakan sebagai bahan tunggal. Bukan dikonsumsi, arak Bali masih dicampur bersama ekstrak jerut purut (Limau) dan sedikit minyak kayu putih agar dapat dihirup.

IDN Times mengonfirmasi peneliti ramuan ini yang juga merupakan ahli Toksikologi Forensik, I Made Agus Gelgel Wirasuta, Kamis (23/7/2020) lalu. Menurut Agus Gelgel, ramuan ini sudah diterapkan dan sangat efektif. Sehingga kenaikan level kesembuhan COVID-19 dari 49 persen menjadi 74,24 persen setelah terapi menggunakan ramuan ini.

“Itu yang terjadi seperti yang disampaikan oleh Pak Gubernur yang kemarin. Atas izin beliau dan kami memanfaatkan warisan tradisi leluhur. Kalau orang Bali itu dulu secara tradisi, kalau sakit sesak napas dan lain-lainnya yang berkaitan dengan daerah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Jadi paru-paru itu. Biasanya mereka menggunakan uap arak. Uang arak dihangatin kemudian dihirup-hirup. Itu kerjaan yang dikerjakan secara tradisi di beberapa desa di Bali. Gitu,” katanya.

Terapi arak Bali masih dalam proses perizinan produksi obat tradisional, dan juga sedang dalam proses paten produk di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), sebelum diproduksi secara massal nantinya.

Baca Juga: Pakar Virologi Unud Tegaskan Tidak Perlu Rapid Test, PCR Lebih Akurat

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya