Mengenal Emick, Petani Bali yang Jadi Pengajar di Desa Terpencil Buya
Dia anak Denpasar lho. Salut sama perjuangannya di usia muda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Usia muda adalah masa-masa produktif. Mumpung masih muda, lebih baik hari-hari diisi dengan berbagai pengalaman yang menambah wawasan. Jangan sampai masa muda habis dengan berpangku tangan.
Seperti itulah yang ada dalam benak Ni Wayan Purnami Rusadi (27), jegeg asal Denpasar, Bali. Setelah sukses menjadi petani muda yang membudidayakan jamur, perempuan yang akrab disapa Emick ini tertantang untuk menjadi Pengajar Muda. Ia bergabung dalam program Indonesia Mengajar tahun 2017.
Saat ini dia ditugaskan selama satu tahun di Desa Buya, Kecamatan Mangoli Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, sejak Desember 2017-Desember 2018. Sudah menjelang satu tahun bertugas, banyak pengalaman didapatkannya.
Seperti apa kisah Emick hingga memutuskan bergabung menjadi Pengajar Muda?
Baca Juga: Serasa di Vila, Inilah Indahnya Pura Dalem Tohjaya di Kota Denpasar
Menjadi petani sepertinya bukan satu pilihan bagi generasi millennials saat ini. Tapi Emick membuktikan, menjadi petani muda itu menyenangkan. Dengan memanfaatkan lahan sempit miliknya di kota Denpasar, Emick berhasil membudidayakan jamur.
Awalnya, ide ini dimulai saat ada pelatihan budidaya jamur dalam organisasi Karang Taruna di desanya, Desa Peguyangan, Denpasar Utara. Namun lambat laun Emick mencoba budidaya sendiri di rumah sejak tahun 2013 hingga sekarang. Menurut Emick, budidaya jamur lebih hemat ruang. Ia hanya memanfaatkan kandang bebek milik keluarganya yang sudah tidak dipakai lagi sekitar 2 are.
Selain itu, bibit yang ditanam juga bisa dengan berjejer ke atas memakai rak. Bibitnya pun bisa ditumpuk. Dengan lahan seluas itu, Emick mengaku bisa menampung sekitar 6.000 bibit jamur. Dari masa menanam, berkembang, hingga panen memerlukan waktu 3 bulan. Dari jumlah 6 ribu bibit yang ditanam itu, Emick mampu meraup untung bersih jutaan Rupiah.
1. Sebelum jadi pengajar muda, Emick adalah seorang petani muda jamur
Baca Juga: Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah Daun
Begitu dapat kesempatan mengajar di SD Negeri 1 Buya, di Desa Buya, Maluku Utara, Emick langsung 'berburu' pengalaman demi pengalaman. Mengajar di daerah terpencil, membuat Emick merasakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi demi bisa mengajar anak-anak.
Seperti keterbatasan jarak tempuh guru untuk bisa sampai ke sekolah. Dari kota ke desa saja harus memakai jalur laut. Kondisi laut pun menjadi hambatan buat guru-guru bisa sampai ke sekolah.
Selama mengajar, Emick mengajar IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Bergabung menjadi pengajar muda, Emick membawa cara mengajar yang kreatif dan menyenangkan. Seperti mengajak anak-anak bernyanyi dan lebih mengajak anak untuk melakukan hal-hal baru. Tentunya, sebagai pengajar Emick harus selalu menebar senyum agar anak-anak lebih bersemangat untuk belajar.
Pengalaman lainnya, Emick jadi lebih mengenal budaya setempat. Selain menikmati makanan khas bernama papeda, Emick juga sering berbaur dengan ibu-ibu di sana, dan memahami kebiasaan masyarakat setempat. Emick juga berkesempatan mengenalkan tari Bali kepada anak-anak di sana.
Bahkan anak-anak di sana sempat mementaskan tari Bali di salah satu acara peresmian yang dihadiri oleh bupati setempat. Ternyata, anak-anak itu senang dan antusias karena mereka melakukan hal yang baru.