TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Sederhana Cegah Sexual Abuse pada Anak-Anak

Harus aware kalau anak pengin curhat tapi ragu-ragu

foto hanya ilustrasi (unsplash.com/Caleb Woods)

Demi mencegah sexual abuse atau kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak, orangtua sering mengingatkan buah hati untuk tidak sembarangan berinteraksi dengan orang asing. Namun saat ini kita sering mendengar kasus-kasus kekerasan seksual justru dilakukan oleh orang yang dikenal. Misalnya, keluarga kandung sendiri.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), per tanggal 1 Januari 2023 hingga saat ini tercatat sebanyak 6.310 kasus kekerasan pada anak usia 13-17 tahun dan sebanyak 3.656 kasus kekerasan pada anak usia 6-12 tahun.

Kekerasan seksual pada anak terjadi tidak memandang suku, agama, ataupun strata sosial. Orangtua dapat menerapkan pendekatan-pendekatan berikut untuk melindungi anak-anak dari kekerasan seksual. Berikut 5 cara sederhana cegah sexual abuse pada anak-anak.

Baca Juga: 5 Sikap yang Wajib Diajarkan pada Anak Sejak Dini

Baca Juga: Disuruh Jaga Keponakan? Lakukan 5 Hal Ini Agar Tidak Rewel

1. Membahas berita seputar kekerasan seksual

pexels.com/Nicola Barts

Membahas berita seputar kekerasan seksual bersama anak memiliki tujuan untuk meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap berbagai bentuk kekerasan seksual. Melalui pembahasan ini juga, orangtua secara tidak langsung mengisyaratkan kepada anak bahwa informasi ini dapat dibahas bersama.

Tanyakan kepada mereka, “Apa yang akan kamu lakukan jika menghadapi situasi seperti ini?” Dari pertanyaan tersebut, orangtua dan anak dapat membuat skenario pencegahan kekerasan seksual.

2. Ajarkan kepada anak nama-nama bagian tubuh yang benar

pexels.com/Timur Weber

Ajarkan kepada anak nama-nama bagian tubuh mereka dengan benar tanpa menggunakan istilah-istilah yang mengaburkan makna. Misalnya saat menjelaskan bagian organ genital, ajarkan anak menggunakan kata penis daripada menggunakan kata “burung” atau “titit”.

Langkah ini bertujuan untuk mencegah ketidakjelasan informasi yang mungkin disampaikan anak, saat mereka ingin menceritakan situasi yang berkaitan pada kasus kekerasan ataupun pelecehan seksual.

3. Pertanyakan setiap perubahan perilaku atau tanda mencurigakan pada tubuh anak

pexels.com/Kindel Media

Tanyakan kepada anak apabila kamu merasakan adanya perubahan perilaku tak biasa, ataupun munculnya tanda yang tak ada sebelumnya pada tubuh anak. Dalam hal ini, penting untuk memperkaya wawasan dengan mencari informasi tentang tanda-tanda kekerasan seksual dan perubahan perilaku yang umumnya terjadi pada korban.

4. Hindari menyalahkan atau meledek anak saat mereka curhat

pexels.com/Ketut Subiyanto

Hindari menyalahkan ataupun meledek anak saat mereka ingin curhat, atau terlihat ingin mengatakan sesuatu namun ragu-ragu. Bangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anak, dan selalu berikan waktu untuk mendengarkan mereka bercerita.

Seringkali pelaku kekerasan seksual mengancam ataupun mengiming-imingi hadiah demi membungkam anak-anak. Namun komunikasi yang terbuka dapat mencegah anak-anak menutup diri dari orangtuanya.

Writer

Tri Kurnia Kristiani Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya