Pura Tirta Empul Tampaksiring. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Berdasarkan Lontar Usana Bali, diceritakan pada zaman dahulu terdapat seorang raja raksasa yang sangat sakti dari Bedahulu bernama Mayadenawa. Raja ini memiliki sifat yang sangat sombong, angkuh, dan melarang rakyatnya mengadakan persembahan kepada para dewa.
Hal ini membuat para dewa marah. Sehingga Dewa Indra bersama Patih Citraggada, Citrasena, dan Jayanta turun ke bumi untuk berperang melawan Raja Mayadenawa. Selama berlangsungnya pertempuran, Raja Mayadenawa terdesak dan lari sampai ke Desa Manukaya, di mana ia berubah wujud menjadi seekor ayam jantan (manuk).
Dewa Indra mengetahuinya dan segera memanah manuk tersebut sehingga Raja Mayadenawa meninggal. Darah dari mulut Raja Mayadenawa menyembul pusaran air, alirannya dinamakan Tukad Petanu.
Menurut Lontar Usana Bali (pupuh XV: 1), air sungai tersebut tidak boleh digunakan untuk air minum, mandi, dan mencuci karena bersumber dari darah raksasa.