3 Skenario Dinas Pendidikan Tabanan Jika Siswa Jadi Masuk Sekolah

Mungkinkah Tabanan akan menerapkan belajar tatap muka?

Tabanan, IDN Times - Adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri  tentang pembelajaran tatap muka yang tidak melihat zona COVID-19, mulai ditindaklanjuti oleh lembaga legislatif dan eksekutif di Kabupaten Tabanan. Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tabanan menggelar rapat bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Tabanan, Senin (21/12/2020), untuk membahas kesiapan pembelajaran tatap muka. Berikut ini hasilnya:

Baca Juga: RSUD Tabanan Tutup 25 Desember dan 1 Januari 2021, Layanan IRD Buka

1. Sekolah tatap muka harus melihat kondisi di lapangan

3 Skenario Dinas Pendidikan Tabanan Jika Siswa Jadi Masuk SekolahIDN Times/Wira Sanjiwani

Meski diakui lebih efektif daripada daring, tetapi menurut anggota Komisi IV DPRD Tabanan, I Nyoman Suta, pembelajaran tatap muka jangan dipaksakan jika kondisi di lapangan tidak memungkinkan.

"Yang penting sasaran bisa dicapai meskipun dilakukan pembelajaran secara daring," katanya.

Sementara Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, Gusti Komang Wastana, yang memimpin rapat tersebut secara pribadi setuju digelarnya pembelajaran tatap muka. Karena melihat dari perkembangan anak didik yang belajar secara daring, ada kekhawatiran kompetensi anak-anak yang tidak maksimal. Misalnya banyak ditemui anak yang tidak mengumpulkan tugas, dan lebih santai dibandingkan belajar secara tatap muka. Andaikanpembelajaran tatap muka diterapkan, maka pelaksanaan protokol kesehatan (Prokes) harus diperketat.

"Skenario pembelajaran yang dibuat harus benar-benar diterapkan dengan baik, agar tak menimbulkan klaster penyebaran COVID-19 di sekolah," ujarnya.

2. Seperti inilah skenario yang akan diterapkan di sekolah ketika pembelajaran tatap muka:

3 Skenario Dinas Pendidikan Tabanan Jika Siswa Jadi Masuk SekolahIlustrasi sekolah (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Mengenai skenario dan kesiapan  sarana prasarana (Sapras) persiapan untuk mencegah COVID-19 di sekolah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Tabanan, I Nyoman Putra, mengatakan telah siap 90 persen. Bahkan Disdik Tabanan telah melakukan survei kepada orangtua siswa. Hasilnya, 80 persen orangtua setuju melakukan pembelajaran tatap muka.

"Namun meskipun sudah siap 90 persen, pelaksanaan pembelajaran tatap muka tetap menunggu keputusan dari daerah. Ini sesuai dengan arahan dari Provinsi Bali, di mana kesiapan pembelajaran tatap muka dikembalikan ke pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di lapangan," jelas Putra.

Tabanan sudah membuatkan skenario pembelajaran tatap muka. Yaitu:

  • Untuk Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), maksimal siswa di dalam kelas sebanyak 5 orang, Sekolah Dasar (SD) maksimal 15 orang, dan Sekolah Menengaj Pertama (SMP) maksimal 18 orang
  • Kurikulum dibuat sederhana. Yaitu satu jam pelajaran menjadi 20 menit, yang awalnya 40 menit
  • Tidak ada jam istirahat, melainkan siswa tetap di kelas dan diawasi oleh guru
  • Pembelajaran yang menimbulkan kerumunan ditiadakan. Setiap peserta didik sudah disiapkan face shiled di atas masing-masing meja siswa dan tidak boleh ditukar.

“Intinya guru dan wali kelas lakukan pengawasan, pokoknya di dalam kelas itu tidak boleh kosong,” tambahnya.

3. Pembelajaran tatap muka di Tabanan masih menunggu keputusan Bupati Tabanan

3 Skenario Dinas Pendidikan Tabanan Jika Siswa Jadi Masuk SekolahIDN Times/Wira Sanjiwani

Namun kepastian pembelajaran tatap muka di Tabanan masih menunggu keputusan dari Bupati Tabanan. Meski begitu, lanjut Putra, Satgas COVID-19 dan komite akan ikut mengawasi jika hal itu diterapkan.

Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengadakan pembelajaran tatap muka di Tabanan, di antaranya:

  • Sesuai dengan pengamatan langsung, peserta didik sudah bosan mengikuti pembelajaran daring. Khawatirnya, jika pembelajaran jarak jauh semakin lama diterapkan, kemampuan kompetensi peserta didik menjadi tidak maksimal
  • Dari segi kompetensi guru. Masih ada guru yang belum paham dalam mengimplementasikan pembelajaran melalui aplikasi daring. Sehingga masih banyak tugas yang dikirim melalui WhatsApp
  • Setelah dilakukan pengamatan, orangtua merasa kurang mampu mendampingi anak-anaknya selama belajar daring. Selain itu, orangtua hanya memiliki satu smartphone dan tidak bisa mendukung proses pembelajaran jika memiliki anak lebih dari satu.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya