Minyak empas (Dok.IDNTimes/Istimewa)
Sudarta pernah mengobrol dengan pelanggan warungnya. Menurutnya, mereka membeli olahan daging Empasnya untuk keperluan pengobatan. Katanya hewan yang satu generasi dengan Penyu ini dapat menormalkan kadar kolesterol, dan mengobati penyakit asam lambung. Mereka juga sering mengaitkannya sebagai makanan pembangkit stamina.
Meski klaim tersebut belum bisa dibuktikan secara empiris, faktanya Sudarta juga menjual turunan dari Empas. Yaitu minyak dari olahan lemak Empas yang sebelumnya dijemur terlebih dahulu. Untuk minyak Empas ini, Sudarta menerima testimoni dari pelanggan yang bisa membuktikan khasiatnya dari sisi kesehatan.
"Ada testimoni dari pelanggan yang minum minyak Empas ini sembuh dari penyakit batu ginjal. Ada juga yang sembuh dari penyakit asam lambung," ujarnya.
Atas dasar testimoni inilah Sudarta memproduksi minyak Empas, yang dijual mulai Rp10 ribu per mililiter (ml). Namun jika pelanggannya ingin membeli dalam kemasan botol, Sudarta menjualnya dengan harga berbeda. Rp100 ribu untuk botol ukuran 20 ml, dan Rp400 ribu untuk botol ukuran 100 ml.
Sejauh ini belum ada jurnal yang meneliti manfaat minyak Bulus dalam dunia kesehatan. Namun dari sisi tradisional, minyak Bulus dijadikan sebagai alternatif pengobatan herbal. Ini berdasarkan penelitian Mika Tri Kumala Swandari dan Anita Ratna Faoziyah yang diterbitkan di Jurnal Kesehatan Alirsyad (JKA) pada 2 September 2016. Mereka meneliti para nelayan di Kabupaten Cilacap yang memproduksi minyak Bulus. Bulus tersebut diekstraksi menjadi minyak. Masyarakatnya secara turun temurun menggunakan minyak Bulus sebagai bahan kosmetik, meski tidak tahu kandungan senyawa di dalamnya.
Lalu bagaimana soal rasa dan aromanya? Menurut seorang warga yang pernah merasakan kuliner Empas, Juli Indrawan, aroma dagingnya amis. Saat itu ia diajak oleh teman-temannya untuk mengolah sendiri daging Empas. Awalnya ragu-ragu untuk menyobanya, karena Empas merupakan hewan yang tidak lazim dikonsumsi bagi Juli.
Kali kedua ia mencoba Empas. Kali ini Juli bersama teman-temannya datang ke rumah makan di wilayah Kabupaten Badung. Warung ini menyediakan hidangan berbagai olahan daging Empas seperti lawar dan sate. Setelah menikmatinya, ia baru memahami bahwa daging Empas harus diolah secara tepat agar tidak mengeluarkan rasa amis.
"Rasanya enak dan tidak ada aroma amis sama sekali. Mungkin penjualnya memahami bumbu-bumbu untuk menghilangkan amisnya," katanya saat diwawancara Sabtu, 2 Maret 2024.
Meskipun demikian, Juli tidak menjadikan kuliner Empas sebagai makanan favoritnya. Menurutnya, daging empas tidak lebih lezat dari daging lainnya yang lazim dikonsumsi.
"Kalau dikatakan favorit sih gak, cuma ingin saja coba (Empas) karena unik," ungkapnya.