TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Popularitas Platform Donasi di Indonesia Naik Sejak Pandemik

Indonesia dikenal sebagai negara paling dermawan di dunia

Yummy Berbagi dengan Para Pekerja Informal Melalui #1Resep1NasiBungkus (IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo)

Denpasar, IDN Times – Gotong royong kini telah bertransformasi menjadi aktivitas atau gerakan sosial secara virtual (clicktivisme). Hal ini berdasarkan laporan Indonesia Millennial Report 2022, yang dilakukan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix.

Laporan itu menyebutkan, 62 persen millennials telah berpartisipasi dalam penggalangan dana dalam berbagai tingkatan frekuensi. Survei global sebelumnya menyebutkan Indonesia sebagai “negara paling dermawan di dunia” – mungkin karena adanya zakat (sedekah wajib bagi umat Islam) dan tradisi gotong royong. Namun bagaimana sekarang? Berikut ini hasil risetnya.

Baca Juga: Menambah Sosok Perempuan di Sektor Penting jadi PR Besar!

1. Popularitas platform donasi atau penggalangan dana online meningkat sejak pandemik melanda Indonesia

Yummy Berbagi dengan Para Pekerja Informal Melalui #1Resep1NasiBungkus (IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo)

Tiga belas persen millennials telah berdonasi melalui platform online. Itu artinya mereka lebih banyak melakukan kegiatan amal secara fisik. Kegiatan amal secara fisik ini, berdasarkan riset IDN Research Institute, angkanya terus meningkat dari tahun 2019. Hal itu dilihat dari survei bahwa hanya 2,7 persen millennials yang menyumbang melalui platform online.

Namun popularitas platform donasi atau penggalangan dana online ini meningkat sejak pandemik melanda Indonesia, karena cepatnya digitalisasi dan banyaknya orang yang memerlukan bantuan di tengah pandemik. Ada lima platform donasi terpopuler di Indonesia yaitu Kitabisa.com, Dompetdhuafa.com, Act.com (Aksi Cepat Tanggap), Ayopeduli.com, dan BenihBaik.com.

Ketika gelombang Delta melanda dunia pada pertengahan 2021, masyarakat Indonesia dengan cepat membantu orang-orang yang kesulitan menemukan ventilator, tabung oksigen, bahkan membantu biaya pemakaman untuk keluarga yang berduka melalui aksi #WargaBantuWarga (Bantuan Warga).

Selain itu, Kitabisa.com juga berinisiatif membuat gerakan #KawalMasaDepan (Menjaga Masa Depan), agar masyarakat mendonasikan uangnya untuk pendidikan dan kebutuhan sehari-hari anak yatim piatu yang terdampak COVID-19.

2. Kasus ACT mencuat karena menyalahgunakan penggalangan dana

Mantan Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin. (ANTARA/HO-ACT)

Namun meningkatnya aksi donasi atau penggalangan dana secara online ini dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Pada Juli 2022, Majalah Tempo menerbitkan tulisan tentang dugaan penggelapan oleh Pendiri Lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyuddin. Dia diduga menggunakan uang hasil penggalangan dana untuk kepentingan pribadi. Para petingginya juga menerima gaji yang sangat tinggi dan fasilitas mobil mewah.

ACT mendapat banyak kritikan karena mengambil terlalu banyak potongan sumbangan rata-rata 13,7 persen dari kampanye publik, meskipun ada peraturan pemerintah yang membatasi pemotongan sampai 10 persen. Kemensos lalu mencabut izin crowdfunding atau izin pengumpulan uang dan barang (PUB) lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) tanpa peringatan.

Berita Terkini Lainnya