Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual Mahal
Bangga dados nak Bali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Karangasem, IDN Times - Jika kalian tahu, pulau Bali tak hanya memiliki budaya dan alam saja yang bisa dijual. Di Karangasem, ada produk lokal yang bisa dijadikan sumber pendapatan besar. Yakni garam.
Ya, ada beberapa wilayah di Bali jadi sumber penghasil garam laut. Seperti Amed di Kabupaten Karangasem, Kusamba di Kabupaten Klungkung, Tejakula dan Pemuteran di Kabupaten Buleleng.
Karena itulah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mendorong supaya wilayah tersebut memasarkan garam artisan atau garam laut produksi petambak di Bali, karena celah pasarnya sangat besar.
Namun kendalanya, pemerintah hanya mengakui garam beryodium saja yang boleh dikonsumsi.
Baca Juga: 6 Permintaan yang Dibutuhkan Wisman Tiongkok Jika Berlibur ke Bali
1. Garam laut yang diproses secara fortifikasi justru memiliki banyak peminat di kalangan tertentu
Menurut Asisten Deputi Bidang Sumberdaya Mineral dan Energi NonKonvensional Kemenko Bidang Kemaritiman, Amalyos Chan, garam laut yang tidak diproses fortifikasi yodium tidak dapat diedarkan secara luas. Karena kebijakan pemerintah hanya mengakui garam beryodium sebagai garam konsumsi.
"Diperlukan pengecualian untuk garam seperti ini karena dapat menjadi sumber pendapatan yang layak bagi petambak garam," katanya.
Padahal lanjutnya, garam khas itu memiliki harga yang bagus, bahkan lebih mahal dari garam dapur biasa.
Selain itu sudah ada permintaan dari segmen tertentu, misalnya untuk kebutuhan sajian "gourmet" yang selama ini banyak masuk melalui impor, untuk kebutuhan khusus penderita penyakit auto imun dan autisme yang membutuhkan garam organik.
Sekadar diketahui, fortifikasi adalah penambahan gizi pada suatu makanan untuk meningkatkan kualitas pangan.