TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bali Alami 5 Periode Pariwisata, Berawal dari Tahun 1902

Saat ini masyarakat berada pada periode Bali Era Baru

Potret upacara Melasti di bali (IDN Times/Imam Rosidin)

Denpasar, IDN Times – Pariwisata Pulau Bali telah berkembang sejak tahun 1902 silam. Potensi ini memosisikan Bali menjadi tujuan utama pariwisata dunia, bahkan sampai saat ini. Namun, ketimpangan antar wilayah masih sangat tinggi karena dominan hanya di wilayah selatan.

Dalam perjalanannya, pariwisata Bali juga mengalami keterpurukan. Kondisi ini lantas membuat Bali harus menata ulang tumpuan ekonominya. Persoalan itu dibahas oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang kerap disapa Cok Ace, saat menjadi pembicara dalam Internasional Tourism Leaders Summit 2022 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, pada Selasa (27/9/2022).

Baca Juga: Kisah Wayang Sakral Usia 200 Tahun di Bangli, Dapat Perawatan Khusus

1. Pariwisata Bali pernah ada di persimpangan jalan

IDN Times/Diantari Putri

Cok Ace yang juga merupakan Guru Besar di ISI Denpasar ini menyampaikan pariwisata Bali dibagi atas 5 periode. Pertama yakni lahirnya pariwisata Bali tahun 1902. Kedua tahun 1960 yang disebut fase Bali membangun yang ditandai dengan beberapa pembangunan infrastruktur strategis, termasuk bandara.

Ketiga, tahun 1980, di mana pariwisata Bali ada di persimpangan jalan akibat tingginya kunjungan wisata. Keempat, fase Sadya Kalaning Bali, dari tahun 2000-2020 yang ditandai dengan Bom Bali dan pandemik COVID-19. Lalu kelima, tahun 2022 merupakan periode Bali Era Baru.

2. Tatanan kehidupan baru sebagai Bali yang Kawista

Ilustrasi nelayan (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Era yang ditandai dengan tatanan kehidupan baru disebut sebagai Bali yang Kawista, Bali kang tata-titi tentram kerta raharja, gemah ripah lohjinawi, yakni tatanan kehidupan holistik yang meliputi 3 dimensi utama, di antaranya:

  1. Dimensi pertama, bisa menjaga atau memelihara keseimbangan alam, krama (manusia), dan kebudayaan bali (Genuine Bali)
  2. Dimensi kedua, bisa memenuhi kebutuhan, harapan, dan aspirasi krama Bali dalam berbagai aspek kehidupan
  3. Dimensi ketiga, memiliki kesiapan yang cukup dalam mengantisipasi atau menghadapi munculnya permasalahan dan tantangan baru dalam tataran lokal, nasional, dan global yang akan berdampak secara positif maupun negatif terhadap kondisi di masa yang akan datang

“Belajar dari pandemik, bahwa Bali tidak bisa terlalu mengandalkan pariwisata sebagai roda utama penggerak ekonomi. Dilihat dari sebelum pandemik, PDRB Bali 54 persen berasal dari sektor pariwisata, dan begitu ada COVID-19, ekonomi Bali sangat terpuruk,” ungkap Cok Ace. 

Berita Terkini Lainnya