Melihat Keindahan Batik Pesisiran di Pameran Pasang Surut

Kamu bisa mengunjunginya di Gianyar hingga 30 September 2023

Pasang Surut merupakan pameran batik yang menceritakan tentang batik pesisiran Utara Jawa pada tahun 1920 sampai 1960. Dengan menampilkan arsip-arsip batik eksklusif berusia lebih dari 100 tahun, pameran ini akan membawa para pengunjung untuk bernostalgia. Menikmati cerita daerah pesisir Utara Pulau Jawa, yang tertuang dalam lembaran kain.

Pameran ini dipersembahkan oleh Pithecanthropus, sebuah brand busana yang terinspirasi dari tradisi dan kain lawasan di seluruh Indonesia bersama Masa Masa, sebuah restoran dan pusat budaya yang berada di Desa Ketewel, Kabupaten Gianyar.

Pasang Surut terbagi menjadi dua babak, yang diadakan di Masa Masa. Babak pertama digelar pada 17 Juni 2023 hingga 5 Agustus 2023 lalu. Sedangkan babak kedua berlangsung 12 Agustus 2023 sampai 30 September 2023 mendatang. Seperti apa keindahan pameran Pasang Surut ini? Berikut ulasannya.

1. Menampilkan elemen Jenggala dan Segara

Melihat Keindahan Batik Pesisiran di Pameran Pasang SurutSeorang pengunjung yang melihat batik di Pameran Pasang Surut (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Pameran ini menampilkan batik-batik dengan elemen Jenggala, yang berarti hutan dan daerah dekat pegunungan. Jenggala menggambarkan warna-warna yang membumi, dengan dominasi warna cokelat. Batik-batik Jenggala yang dipamerkan berasal dari daerah pesisir Semarang, Demak, dan Kudus. Daerah ini mempunyai bukit-bukit kecil yang mengarah ke kawasan pegunungan.

Kemudian, Segara mempunyai makna sebagai lautan. Sehingga menampilkan batik yang mempunyai motif tentang air dan binatang laut. Beberapa daerah yang dipilih dalam kategori Segara adalah batik dari Lasem, Rembang, dan Tuban.

2. Motif batik yang dipamerkan sangat beragam, melambangkan kehidupan dan budaya yang hidup di dalamnya

Melihat Keindahan Batik Pesisiran di Pameran Pasang SurutMotif batik yang dipamerkan mempunyai cerita tersendiri (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Pasang surut politik serta budaya di daerah pesisir Jawa, menciptakan beberapa kota atau pelabuhan yang menonjol di sepanjang pantai. Kota atau pelabuhan ini menjadi penghubung antara daerah pedalaman dan daerah pantai, di mana area pertanian berjalan berdampingan dengan kehidupan masyarakat pesisir.

Hal ini tertuang dalam motif-motif batik yang ditampilkan. Terlukis cantik bersama warna-warna yang menjadi ciri khas di setiap daerah. Seperti Tuban dengan kehidupan agrarisnya, mempunyai motif batik yang erat dengan simbol pertanian. Atau Lasem, terkenal dengan batik warna merah yang dihasilkan dari pewarna alam akar pohon mengkudu.

3. Latar belakang pengambilan tema Pasang Surut

Melihat Keindahan Batik Pesisiran di Pameran Pasang SurutSalah satu batik Lasem yang ada di pameran (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Dipilihnya batik-batik dari tahun 1920 hingga tahun 1960 merujuk pada kawasan pesisir Utara Jawa yang penuh perubahan dan pergolakan. Dari zaman ke zaman, terjadi perubahan yang signifikan di daerah tersebut. Kota-kota pelabuhannya terus tumbuh berkembang.

Sebagian menjelma menjadi poros ekonomi dan politik, ada pula daerah yang tumbuh perlahan menjadi ruang budaya. Hal inilah yang membuat tema Pasang Surut dipilih untuk pameran ini.

4. Tak hanya pameran saja

Melihat Keindahan Batik Pesisiran di Pameran Pasang SurutBatik-batik lainnya yang dipamerkan di Pasang Surut (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Berkunjung ke Pameran Pasang Surut tak hanya melihat batik-batik rupawan saja. Beragam aktivitas lainnya bisa kamu ikuti. Beberapa workshop diadakan, seperti workshop Batik Colet, workshop Silk Screen Batik Printing, dan workshop tentang Vintage Umbrella Printing. Selain itu, ada juga berbagai pertunjukan seperti Opera Jawa dan live music. Kamu bisa melihat jadwalnya melalui Instagram @pithecanthropusbali dan @masamasabali.

Jangan sampai ketinggalan ya!

Natalia Indah Kartikaningrum Photo Community Writer Natalia Indah Kartikaningrum

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya