Jordy Bruijn (putih) dihadang kiper Bhayangkara Presisi Lampung FC. (Instagram.com/baliunitedfc)
Performa Bali United terlihat semakin menurun dari pekan ke pekan. Permainan cepat dengan mengandalkan bola-bola pendek serta kecepatan pemain sayap pada awal musim semakin hilang. Bahkan, para punggawa Serdadu Tridatu terlihat bermain tanpa pola dan skema yang baik. Mudah kehilangan bola, bingung saat akan mengoper bola, minim pergerakan tanpa bola menjadi hal yang bisa terlihat saat ini.
Terlebih lagi saat menghadapi Bhayangkara FC. Kecepatan pemain sayap Rahmat Arjuna dan Thijmen Goppel hampir tak terlihat akselerasinya. Goppel lebih sering bermain sedikit ke belakang, sedangkan Rahmat Arjuna tidak optimal terutama pada babak pertama. Jika sebelumnya lebih sering mengandalkan Goppel saat menyerang, kini Bali United lebih sering mengandalkan Jordy Bruijn. Beruntung, pemain asal Belanda ini memiliki pergerakan dan mobilitas yang baik tak hanya di lini tengah, namun sesekali membantu lini belakang.
Buruknya lini pertahanan Bali United lagi-lagi menjadi sumber malapetaka. Dua gol Bhayangkara FC terjadi karena kelengahan Kadek Arel dan kawan-kawan. Kadek Arel maupun Ricky Fajrin tidak melihat pergerakan Dendy, sehingga pemain ini leluasa menciptakan gol setelah memanfaatkan umpan dari Ryan Kurnia. Gol penentu kemenangan Bhayangkara FC karena Slavko Damjanovic tidak mendapatkan pengawalan ketat. Sehingga ia dengan mudah menyundul bola tersebut masuk ke gawang yang dijaga Mike Hauptmeijer.
Lini belakang sudah seharusnya mendapatkan perhatian serius Johnny Jansen. Para pemain belakang ini, utamanya Kadek Arel tidak memiliki kecepatan mengejar bola dengan baik. Sehingga, mereka selalu kalah dari pemain lawan, utamanya saat lawan menggunakan skema serangan balik. Bek sayap seperti Ricky Fajrin, Andhika Wijaya, dan Rizky Dwi yang biasanya rajin membantu serangan dari sektor sayap, kini terlihat lebih fokus berada di lini pertahanan.
Namun, yang kentara dari tiga laga terakhir adalah semangat Puputan yang memudar. Para pemain Bali United terlihat seperti bermain tanpa semangat dan tidak ngotot. Sangat berbeda saat awal musim, permainan terlihat rapi, cepat, dan ngotot.
Entahlah apa yang sedang terjadi dalam tim Bali United saat ini. Tapi yang pasti, Semeton Dewata telah mulai ramai datang ke Stadion Kapten I Wayan Dipta untuk memberikan dukungan, menginginkan tim kebanggaannya bisa bermain dengan semangat Puputan. Dua laga berikutnya, Bali United akan menghadapi Persis Solo dan pemimpin sementara klasemen Super League 2025/2026, Borneo FC. Jika masih bermain seperti tiga laga terakhir, bukan tidak mungkin Serdadu Tridatu akan berada di papan bawah.