ilustrasi bola sepak (pexels.com/Theodor Meyer)
Turunnya performa Bali United disebabkan oleh beberapa faktor. Satu di antaranya taktik yang mudah dibaca pemain lawan. Pada putaran pertama Liga 1 2024/2025, Bali United sempat mempertontonkan permainan apik dari kaki ke kaki, sehingga sangat menarik untuk menonton permainan anak asuhan Teco ini. Sayangnya, memasuki putaran kedua mereka kembali menampilkan permainan monoton, seolah-olah kembali ke setelan pabrik.
Pemain Bali United bermain dengan mengandalkan operan bola panjang yang diberikan pemain bertahan ke pemain sayap. Pemain sayap berlari menyisiri pinggir lapangan kemudian mengumpan kepada penyerang. Taktik ini terlalu mudah dibaca pelatih dan pemain lawan.
Ketika pemain sayap Bali United berhasil ditutup pergerakannya, maka Bali United akan kesulitan untuk menciptakan peluang yang bisa menghasilkan gol. Otomatis, Serdadu Tridatu akan mengandalkan bola mati seperti tendangan sudut, tendangan bebas, hingga tendangan penalti. Hal ini membuat permainan Bali United tidak enak untuk ditonton, apalagi dengan aksi guling-guling para pemainnya saat sudah unggul. Ini menjadi penyebab sepinya penonton yang hadir menyaksikan secara langsung Bali United di Stadion I Wayan Dipta, Kabupaten Gianyar.
Semangat puputan yang selama ini selalu membara, kini seolah-olah hilang. Semangat pantang menyerah dan mental juara hampir tak terlihat lagi di Bali United. Apakah semangat ini akan terus memudar?