Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di Bali

Stadionnya ada yang dijadikan sebagai perhelatan Liga 1

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Bali memiliki beberapa pahlawan yang gugur dalam perang melawan penjajah. Para pahlawan ini dikenang dengan berbagai cara. Satu di antaranya mengabadikan nama pahlawan untuk stadion atau lapangan olahraga.

Stadion atau lapangan olahraga ini tersebar di berbagai daerah Bali. Selain itu, masing-masing tempat olahraga ini memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Siapa saja pahlawan tersebut? Berikut pahlawan yang dijadikan nama stadion di Bali.

Baca Juga: 10 Potret Shalika Aurelia, Perempuan Indonesia Pertama di Liga Eropa

1. I Gusti Ngurah Rai

Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di BaliStadion I Gusti Ngurah Rai. (Instagram.com/baliunitedfc)

I Gusti Ngurah Rai merupakan pahlawan yang dikenal dalam Perang Puputan Margarana. Pahlawan yang lahir di Badung, 30 Januari 1917, ini memimpin pasukan yang diberi nama Ciung Wanara.

Ia bersama pasukannya terlibat pertempuran melawan Belanda di daerah Margarana, Kabupaten Tabanan pada 20 November 1946. Pertempuran yang tidak seimbang menyebabkan kekalahan di pihak I Gusti Ngurah Rai. Ia gugur dalam perang tersebut. I Gusti Ngurah Rai mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor 63/TK/1975.

Nama I Gusti Ngurah Rai diabadikan menjadi nama stadion olahraga di pusat Kota Denpasar. Yaitu Stadion atau GOR Ngurah Rai. GOR Ngurah Rai tercatat sebagai stadion tertua di Bali.

Stadion ini digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pertandingan lanjutan BRI Liga 1 2021/2022 seri IV yang diadakan di Bali, bersama Stadion I Wayan Dipta, dan Stadion Kompyang Sujana.

Baca Juga: 5 Fakta Pemain Baru Bali United, Ada irfan Jaya

2. I Wayan Dipta

Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di BaliStadion I Wayan Dipta. (Instagram.com/stadiondipta)

I Wayan Dipta adalah pahlawan yang berasal dari Kabupaten Gianyar. Ia gugur di usia yang sangat belia, yaitu 20 tahun. Saat itu ia menjadi Ketua Markas Besar Pemuda Republik Indonesia (PRI) Daerah Gianyar dan terkenal, karena memiliki keberanian menentang Puri Gianyar yang berpihak kepada penjajah.

Ia gugur ditembak oleh pihak penjajah pada tanggal 12 April 1946. Ia ditembak di Jaba Pura Dalem Gede Sukawati, yang hingga kini masih terdapat monumen untuk memeringati peristiwa tersebut.

Karena keberaniannya tersebut, nama I Wayan Dipta diabadikan menjadi nama sebuah stadion. Yaitu Stadion I Wayan Dipta yang berlokasi di Kabupaten Gianyar. Stadion ini termegah di Bali dan merupakan homebase dari klub kebanggaan masyarakat Pulau Dewata, Bali United.

3. I Gusti Wayan Debes

Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di BaliStadion Debes. (YouTube.com/KONI TABANAN)

I Gusti Wayan Debes adalah pahlawan lokal dari Kabupaten Tabanan yang berani menentang kolonialisme Belanda di Bali. Ia memiliki peranan yang sangat besar dalam membantu I Gusti Ngurah Rai selama Perang Puputan Margarana Tabanan.

I Gusti Wayan Debes adalah tangan kanan I Gusti Ngurah Rai yang tergabung dalam pasukan Ciung Wanara. Ia beberapa kali memimpin pasukan untuk melawan Belanda seperti pertempuran Tanah Aron, penyerangan tangsi polisi Netherland Indies Civil Administration (NICA) di Tabanan, dan Perang Puputan Margarana.

I Gusti Wayan Debes gugur bersama I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanara dalam Perang Puputan Margarana.

Nama I Gusti Wayan Debes diabadikan menjadi nama Stadion I Gusti Wayan Debes atau lebih populer dengan sebutan Stadion Debes. Stadion ini baru saja selesai direnovasi dengan beberapa perbaikan, yang nantinya akan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan olahraga tingkat kabupaten atau provinsi.

4. I Nengah Metra

Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di BaliStadion Mayor Metra. (Instagram.com/julianii27_)

I Nengah Metra adalah pahlawan yang lahir di Desa Beratan, Kabupaten Buleleng. Ia pernah diangkat menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI sebelum DPR) Wilayah Sunda Kecil, dan Penasihat BKR/TKR/TRI (Badan Keamanan Rakyat/Tentara Keamanan Rakyat/Tentara Republik Indonesia) Resimen Ngurah Rai.

I Nengah Metra adalah pejuang yang berjuang melawan tentara NICA di daerah Bali Utara. Hal itu membuat ia dikejar oleh NICA dan gerakan APE (Anti Pejuang).

Suatu saat ia beserta pasukannya dikepung di daerah Gintungan, karena ada yang membocorkan lokasi markasnya. I Nengah Metra gugur pada tanggal 5 Mei 1946 pukul 17.00, dan tepat di hari ulang tahunnya ke-44 tahun.

Nama I Nengah Metra diabadikan menjadi nama sebuah stadion atau lapangan olahraga Mayor Metra di Kota Singaraja.

5. AA Gde Anom Mudita

Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di BaliLapangan Kapten Mudita Bangli atau Alun-alun Kota Bangli. (Instagram.com/banglikab)

AA Gde Anom Mudita atau yang lebih dikenal dengan nama Kapten Mudita adalah anggota pasukan dari I Gusti Ngurah Rai. Kapten Mudita lahir pada tanggal 19 September 1924 di Puri Kilian, Puri Agung, Kabupaten Bangli.

Kapten Mudita memimpin masyarakat Bangli untuk melawan pasukan NICA. Kapten Mudita terkenal sebagai sosok yang cakap dalam mengatur strategi perang gerilya. I Gusti Ngurah Rai menunjuknya sebagai Kordinator Wilayah Pertempuran Bali Timur yang meliputi wilayah Bangli, Gianyar, Klungkung, dan Karangasem.

Kapten Mudita Gugur di Desa Penglipuran setelah dikepung pasukan NICA pada tanggal 20 November 1947, tepat setahun setelah Perang Puputan Margarana.

Aksi heroik dari Kapten Mudita diabadikan sebagai nama Lapangan Olahraga Kapten Mudita yang terletak tepat di pusat Kota Bangli. Lapangan Kapten Mudita kini tengah berbenah dengan menambahkan fasilitas seperti skate park, taman bermain anak-anak, dan jogging track. Peresmian renovasi ini dilangsungkan pada hari Rabu (12/1/2022).

Penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan melawan penjajah tidak hanya diabadikan dalam nama stadion olahraga saja. Ada juga yang diabadikan sebagai nama jalan, bandar udara atau bandara, hingga sebagai foto yang ada di lembaran mata uang Rupiah. Jasa-jasa pahlawan ini tidak bisa dihitung secara material, karena mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela Tanah Air tercinta.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya