Sang Juara Olimpiade Tokyo, Berbekal Rp200 Ribu dan Pengalaman Buruk

Perjalanan Greysia/Apriyani memang gak mudah

Pebulu tangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyanti Rahayu, berhasil menorehkan sejarah setelah mendulang medali emas di Olimpiade Tokyo 2021. Keduanya berhasil menaklukkan pasangan ganda putri nomor 2 dunia (Rangking WBF 2021) asal Tiongkok, Qing Chen Chen/Yi Fan Jia, dalam pertandingan 2 set langsung 21-19 dan 21-15.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut fakta menarik ganda putri Indonesia yang baru dipasangkan tahun 2017 ini.

1. Peraih medali emas pertama dari cabor bulu tangkis ganda putri untuk Indonesia

Sang Juara Olimpiade Tokyo, Berbekal Rp200 Ribu dan Pengalaman BurukIDN Times/PBSI

Meskipun cabang olahraga (Cabor) bulu tangkis selama ini menjadi andalan Indonesia dalam mendulang medali emas, namun sebelumnya sektor ganda putri ini belum pernah meraih prestasi gemilang di olimpiade. Sebelum Olimpiade Tokyo, belum pernah sekalipun sektor ganda putri meraih medali emas. Tidak seperti ganda putra, ganda campuran, tunggal putra, dan tunggal putri.

Namun keberhasilan Greysia Polii/Apriyanti Rahayu mendulang emas pada Olimpiade Tokyo 2020, membuat sektor ganda putri menjadi sejajar dengan sektor lainnya di cabor bulu tangkis. Kini semua sektor bulu tangkis mencatatkan sejarah berhasil mendulang emas untuk Indonesia di ajang Olimpiade.

2. Tidak ditargetkan meraih medali emas di Olimpiade Tokyo

Sang Juara Olimpiade Tokyo, Berbekal Rp200 Ribu dan Pengalaman BurukIDN Times/PBSI

Greysia Polii/Apriyanti Rahayu merupakan unggulan ke-8 di sektor ganda putri Olimpiade Tokyo. Rangking WBF keduanya bertengger di nomor 6 dunia, sehingga ganda putri tidak ditargetkan untuk meraih medali emas sebenarnya.

Berbeda halnya dengan ganda putra Indonesia yang sangat dijagokan meraih emas, yakni Kevin Sanjaya/Marcus Gideon yang merupakan unggulan nomor 1 dunia (Versi WBF), dan Hendra Setiawan/Mohhamad Ahsan yang menjadi unggulan ke-2 di sektor ganda putra.

Namun nyatanya Greysia Polii/Apriyanti Rahayu mampu bermain lepas dan berhasil melanjutkan trend emas Indonesia di ajang olimpiade dari Cabor Bulu Tangkis.

3. Greysia Polii/Apriyanti Rahayu tidak terkalahkan di Olimpiade Tokyo. Mereka juga mengalahkan ganda putri rangking 1 dunia di babak penyisihan

Sang Juara Olimpiade Tokyo, Berbekal Rp200 Ribu dan Pengalaman BurukIDN Times/PBSI

Perjalanan mereka tidak mudah di Olimpiade Tokyo. Pertama, harus menghadapi
Chow Mei Kuan/Lee Meng Yeang (Malaysia), dan Chloe Birch/Lauren Smith (Britania Raya) di Grup A. Lawan-lawannya ini lebih unggul secara rangking di WBF. Namun ujian berat baru tersaji ketika pertandingan ke-3. Keduanya harus berhadapan dengan jagoan tuan rumah, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, yang merupakan gandra putri nomor 1 di dunia (WBF).

Namun atas perjuangan, mereka berhasil menaklukkan perlawanan unggulan Jepang tersebut dengan pertandingan sengit 3 set yaitu 24-22, 13-21, 21-8.

Lalu di perempat final harus melawan ganda putri China berperingkat tujuh dunia, Du Yue/Li Yin Hui. Mereka dipaksa bermain tiga set dan akhirnya menang dengan skor 18-21, 21-10, 21-10.

Lawannya semakin berat di semi final. Mereka harus bertemu ganda putri peringkat empat dunia, Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan). Bermain dengan motivasi yang tinggi, Greycia Polli/Apriyanti Rahayu berhasil mengalahkan jagoan Koreas Selatan (Korsel) itu dua set langsung dengan skor 21-19, 21-17.

Sampai akhirnya mereka meraih medali emas dengan menaklukkan pasangan ganda putri peringkat dua dunia (Rangking WBF 2021) asal Tiongkok, Qing Chen Chen/Yi Fan Jia, dengan rekor tak terkalahkan sepanjang Olimpiade Tokyo.

4. Greycia Polli nyaris gantung raket setelah didiskualifikasi

Sang Juara Olimpiade Tokyo, Berbekal Rp200 Ribu dan Pengalaman BurukGreysia Polii/Apriyani Rahayu sumbang medali emas SEA Games 2019 untuk Indonesia (IDN Times/PBSI)

Greycia Polli yang kini berusia 33 tahun sebenarnya sudah berencana untuk gantung raket. Ia mengalami masa keterpurukan pada Olimpiade London 2012 karena harus diskualifikasi.

Ia yang kala itu berpasangan dengan Meiliana Jauhari, dianggap sengaja mengalah ketika menghadapi Ha Jung-eun/Kim Min-jung (Korea Selatan) di fase grup. Tersingkir secara tak terhormat, membuatnya berpikir untuk gantung raket.

"Olimpiade London 2012 menjadi titik terendah dalam hidup saya, merupakan hal yang terburuk yang pernah saya alami. Keinginan untuk berhenti berkarier di bulutangkis menjadi satu-satunya pilihan saya waktu itu, tetapi itu tidak pernah terjadi sampai saya memutuskan untuk mencoba kembali sekali lagi dan berharap untuk bisa lanjut sampai Olimpiade Rio 2016," tulis Greysia dalam unggahan Instagram-nya tahun 2016.

Lalu pada tahun 2017, setelah Olimpiade Rio 2016 berakhir, Greysia Polii kembali berniat untuk gantung raket.

Keputusan Greysia juga tak terlepas dari kondisi pasangannya kala itu, Nitya Krishinda Maheswari, yang mengalami cedera. Akan tetapi Greysia akhirnya tidak jadi gantung raket setelah pelatih memintanya menjadi teman duet Apriyani Rahayu, yang usianya jauh lebih muda.

Keputusan melanjutkan karier sebagai pebulu tangkis andalan Indonesia, mengantarkan Greysia Polii/Apriyanti Rahayu meraih emas di Olimpiade Tokyo tahun ini.

Baca Juga: 5 Perjalanan Karier dan Hobi Jonatan Christie, Pernah Main Film

5. Apriyani Rahayu bermodal uang Rp200 ribu selama pelatnas

Sang Juara Olimpiade Tokyo, Berbekal Rp200 Ribu dan Pengalaman BurukGreysia Polii/Apriyani Rahayu, Greysia/Apriyani, Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019, Badminton World Championships 2019, BWC 2019. (IDN Times/PBSI)

Ada kisah menarik dari Apriyani Rahayu ketika pertama kali mengikuti pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan dipasangkan dengan Greycia Polii. Perempuan kelahiran 1998 asal Sulawesi Tenggara itu datang ke pelatnas hanya bermodal raket dan uang Rp200 ribu.

“Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas. Dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp200 ribu di tangan. Dia bilang dia mau jadi juara, terserah koh Didi mau kasih program apa, saya siap,” ujar Kepala Pelatih Ganda Putri PP PBSI, Eng Hian, dikutip dari laman resmi PBSI.

Menurut Eng Hian, kemauan yang besar dan mental yang kuat membuat Apriyani Rahayu berkembang pesat. Terlebih ia dipasangkan dengan Greycia Polli yang tidak sekadar rekan bermain di lapangan saja. Greysia menjadi seorang kakak dan sekaligus pembimbingnya. Nyatanya itu berhasil setelah mereka menyabet emas di Olimpiade Tokyo 2020.

Selamat ya!

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya