Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga Lokal

Intrusi air laut di Bali juga mengkhawatirkan

Denpasar, IDN Times - Tim peneliti dari Politeknik Negeri Bali dan Yayasan Idep Selaras Alam melakukan penelitian terkait kualitas air di Bali sejak tahun 2018. Hasilnya, tingkat intrusi air laut atau menyusupnya air laut ke dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah dalam kondisi mengkhawatirkan.

1. Badung dan Denpasar terindikasi alami instrusi. Apa sih dampaknya instrusi ini?

Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga LokalIDN Times/Imam Rosidin

Penelitian tersebut memakan waktu selama delapan bulan, dari Februari hingga September 2018. Hasilnya, dari penelitian itu hampir sebagian besar wilayah pesisir Bali terancam dalam intrusi air laut.

Berdasarkan sampel data, di seluruh wilayah Bali telah mencapai 400 meter dari tepi laut. Bahkan secara nyata, tingkat intrusi di Bali Wilayah Selatan sudah mencapai 1 hingga 3 km.

Dalam penelitian tersebut, intrusi air laut paling banyak terjadi di wilayah Bali Selatan atau lebih spesifiknya lagi di Denpasar dan Badung. Disebutkan ada lima daerah pesisir di Bali yang terindikasi alami intrusi. Yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, Jembrana, Buleleng dan Karangasem.

Akibat intrusi ini, kualitas air tanah menjadi terganggu (Kandungan klor tinggi) sehingga tidak layak dikonsumsi.

"Wilayah paling banyak intrusi? Badung. Penyebabnya banyak eksplorasi yang dilakukan. Untuk itu harus dilakukan penelitian lebih lengkap. Hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar untuk meneliti lebih lanjut," kata Kepala Peneliti, Suryanegara Dwipa, di Denpasar, Jumat (15/2) siang.

Baca Juga: Waduh, Tanah Bali Terancam Turun Jika Gunakan Air Sumur Berlebihan

2. Kebutuhan air untuk pariwisata disebut 15 kali lebih besar dari konsumsi masyarakat lokal

Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga LokalPixabay.com/davidlee770924

Dalam pemaparannya dijelaskan, intrusi air laut terjadi karena eksploitasi besar-besaran di wilayah Pariwisata Bali. Kebutuhan air untuk pariwisata disebut 15 kali lebih besar dari konsumsi masyarakat lokal.

Saat ini, dari hasil penelitiannya, ketersediaan air yang ada di Bali mencapai 6831,11 juta m3/tahun atau 216,61 m3/detik. Terdiri dari air permukaan sebesar 6545,96 juta m3/tahun atau 207,57 m3/detik; dan air bawah tanah sebesar 285,15 juta m3 per tahun atau sebesar 9,04 m3/detik.

Air permukaan itu meliputi air yang tersedia karena air hujan yang mengalir dan terdapat di sungai, mata air, danau serta waduk. Sedangkan air bawah tanah meliputi air yang terdapat di bawah permukaan tanah.

Sedangkan kebutuhan air di Bali mencapai 7558,79 juta meter kubik per tahun (m3/tahun) atau 239,69 meter kubik per detik (m3/detik). Sumber air tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air di berbagai sektor. Di antaranya:

  • Kebutuhan air untuk domestik seperti rumah tangga, perkotaan, dan industri yaitu sebesar 10.752 m3/detik.
  • Kebutuhan air non domestik seperti fasilitas pendidikan (TK hingga perguruan tinggi); fasilitas kesehatan (Rumah sakit, puskesmas, klinik); fasilitas hotel dan restoran; fasilitas pelabuhan dan bandara; fasilitas olahraga; peternakan dan perikanan darat yaitu sebesar 38.258 juta m3/tahun atau 1,225 m3/detik.
  • Kebutuhan air irigasi untuk memenuhi air sawah, yang dihitung berdasarkan luas daerah irigasi per DAS (daerah aliran sungai) sebesar 1421,247 juta m3/tahun atau 45,067 m3/detik.

"Kami tak bisa simpulkan secara tegas. Arahnya ke sana, tapi data terjauh yang kami punya 400 meter dari tepi pantai. Sampel terindikasi intrusi. Ini belum bisa dijadikan kesimpulan secara umum," jelasnya.

Untuk itu diperlukan kepedulian lagi terkait kualitas air tanah. Ini menghindari supaya intrusi tidak meluas lagi. Beragam solusi juga ditawarkan oleh penelitian ini. Di antaranya memberbanyak sumur imbuhan dan sumur resapan.

3. Jumlah penduduk tinggi akibat periwisata yang pesat jadi pemicunya

Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga LokalIDN Times/Imam Rosidin

Sementara itu I Ketut Ariantana, Kepala Seksi Air Tanah, Disnaker ESDM Provinsi Bali, mengatakan potensi air tanah di Bali sebenarnya cukup besar. Namun karena perkembangan jumlah penduduk tinggi akibat pariwisata yang pesat, membuat kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk menyuplai air jadi tak seimbang. Cara termudah dan paling ekonomis adalah mengambil air tanah.

"Apalagi di Selatan (Bali Selatan), air tanah ini gampang didapat," ujarnya.

4. Apa sih bahayanya?

Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga LokalPinterest.com/Candy Cherry

Bahayanya, jika ini terus dilakukan dalam jangka panjang, kualitas dan kuantitas atau debit air akan menjadi turun. Hal ini jauh lebih berbahaya jika masih banyak yang melakukan pencurian air tanah.

"Kalau yang berizin kan bayar pajak, maka mereka akan berhemat dan ini yang perlu dikendalikan. Permasalahannya bukan pada boleh atau tidak. Tapi bagaimana mengendalikan agar mengambil secara bijaksana sesuai kebutuhan," jelasnya.

5. Kebutuhan air untuk hotel tak diimbangi dengan ketersediaan air permukaan. Maka, diperlukan sumur resapan dan biopori

Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga LokalPMI Pusat

Ia mengakui, saat ini belum bisa dilakukan pelarangan terkait penggunaan air tanah untuk hotel-hotel. Sebab kebutuhan air yang tinggi tak diimbangi dengan ketersediaan air di permukaan.

Akhirnya, satu-satunya cara untuk mengurangi penurunan kualitas air tanah ini adalah konservasi dengan membuat sumur resapan serta biopori. Namun dalam waktu dekat ini akan dibangun banyak bendungan di Bali.

"PDAM nanti akan mengambil dari air permukaan. Jika dimanfaatkan optimal, air tanah akan dikurangi penggunaannya dan bila perlu hanya sebagai cadangan," ucapnya.

6. Klungkung paling sedikit mengajukan izin penggunaan air tanah

Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga Lokalwagenaardentistry.com

Dari data yang diungkapkan Ariantana, terdapat 2.795 perizinan untuk menggunakan air tanah. Badung menempati posisi tertinggi dengan jumlah perizinan mencapai 1.541 izin. Gianyar menyusul dengan jumlah 333 izin, dan dilanjutkan Denpasar dengan jumlah 317 izin. Sementara Klungkung menjadi daerah yang paling sedikit mengajukan izin air tanah yang hanya delapan izin. Dari jumlah tersebut, 80 persennya adalah hotel.

Selain itu, dari jumlah tersebut ternyata ada sekitar 1.284 tempat yang belum memiliki izin air tanah. Data itu terungkap dari wajib pajak air tanah yang ternyata sebanyak 4.079 tempat. Sebagian besar yang belum berizin tersebut adalah usaha-usaha kecil meliputi sablon, vila, pertokoan, perkantoran, supermarket, dan stasiun pengisian bahan bakar.

Baca Juga: Viebeke: Penelitian Intrusi di Bali Itu Memuakkan, Kami Butuh Air!

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya