Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan Mental

Karena itu Kidnetic 2019 dan BSS kampanye kesehatan mental

Denpasar, IDN Times - Remaja usia 12-20 tahun rentan mengalami gangguan mental emosional. Termasuk rentan untuk keinginan bunuh diri karena kurangnya percaya diri. Ini disampaikan oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Udayana (Unud) saat menggelar press conference Kidnetic 2019 di Kubu Kopi, Denpasar, Senin (20/5). Apa saja yang mereka ungkap atas fenomena ini?

1. Sembilan orang dari seribu jumlah penduduk remaja di bawah usia 15 tahun mengalami gangguan mental emosional

Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan MentalIDN Times/Hisyamudin Keleten Kelin

Kidnetic 2019 merupakan project sosial yang melakukan kampanye kesehatan mental dengan berfokus pada upaya peningkatan percaya diri. Para mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unud angkatan 2016 ini menggagas gerakan Kidnetic 2019 dengan berkolaborasi bersama Bali Soul Society (BSS).

Kampanye bertajuk "Show who you really are" ini menyasar remaja berusia 12-20 tahun. Rentan usia ini dipilih karena mereka memandang kelompok dengan usia ini lebih rentan mengalami gangguan mental emosional.

Dari riset data penelitian lembaga Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2018, sebanyak sembilan orang dari seribu jumlah penduduk remaja di bawah usia 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.

Sementara pada rentan usia 12-20 tahun, individu yang memasuki fase pembentukan identitas atau jati diri ini cenderung tertekan dan mengalami bermacam stigma negatif yang diletakkan pada dirinya.

"Kami mengacu pada teori psikologi, Santrock (1999), yang mengatakan terdapat delapan tahapan perkembangan manusia dan fase remaja usia ini sedang berada di tahap kelima pencarian identitas. Di tahap ini remaja mengalami kebingungan dalam menentukan jati dirinya," kata Project Manager Kidnetic 2019, Oning Widiyanti, Senin (20/5).

2. Remaja usia 12-20 tahun rentan bunuh diri karena kurang percaya diri

Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan MentalUnsplash/AzizAcharki

Problem pembentukan identitas diri ini sangat erat kaitannya dengan rasa kurang percaya diri. Rendahnya rasa percaya diri inilah yang menyebabkan isolasi sosial, depresi, anoreksia, nervosa, delinkuensi dan masalah lain seperti bunuh diri.

Apabila dalam tahap ini, sebut Oning, remaja tidak menumbuhkan jati dirinya, maka akan muncul kecemasan atau tekanan-tekanan yang mereka rasakan. Bila dalam kondisi seperti itu, mereka cenderung mudah terpengaruh oleh pendapat dari luar.

"Rasa percaya diri kurang sehingga sulit menentukan masa depan. Paling bahaya setiap individu mengakhiri hidupnya karena kurangnya kecintaan terhadap dirinya. Alasan inilah Kidnetic 2019 ini hadir sebagai salah satu upaya menumbuhkan rasa percaya diri bagi remaja, khususnya di Bali," katanya.

Baca Juga: Yuk Kenali Gejala IED, Penyakit yang Suka Banting Barang Saat Marah

3. Media sosial dinilai sebagai pemicu terjadinya gangguan emosional

Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan MentalPexels.com/PhotoMIX Ltd.

Oning Widiyanti menambahkan, remaja dengan rentan usia ini lebih mudah percaya dengan frame-frame baru yang sering muncul di media sosial (Medsos). Hal tersebut seakan dijadikan sebuah standar dalam berpenampilan dan berpilaku di lingkungan sosial.

Pikiran yang terhegemoni oleh frame di media sosial ini kemudian menimbulkan beban baru, mengingat kondisi ini dituntut untuk mengikuti ekspektasi dari lingkungan masyarakat.

"Ini yang memunculkan kekhawatiran kita, dan rasa kepercayaan diri kita akan hilang dan kita tidak bisa melakukan apa yang ingin kita lakukan dengan senyaman mungkin. Kami membawa Kidnetic ini ke masyarakat, dengan harapan agar remaja bisa menjalankan hidup mereka sesuai apa yang diinginkan, dan menampilkan jati dirinya tanpa merasa malu," ucapnya.

4. Sebanyak 9,8 persen remaja di Bali mengalami gangguan mental

Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan MentalPixabay.com/Stocksnap

Sekadar diketahui, berdasarkan data dari penelitian lembaga riskesdas Kemenkes RI pada tahun 2018, sekitar 9,8 persen remaja di Bali mengalami gangguan mental secara emosional.

Untuk itu pihaknya akan gencar memulai gerakan Kidnetic 2019 ini dari Denpasar dulu. Karena menurutnya Denpasar merupakan masyarakat majemuk, serta tingkat komunikasinya paling dinamik.

"Di Denpasar sendiri untuk gangguan mental secara emosional memang rendah. Kami memilih di Denpasar karena tingkat penggunaan media sosial remaja di Denpasar sangat aktif. Dari sana kami melihat kemungkinan remaja di Denpasar mengalami gangguan mental secara emosional sangat tinggi, karena frame-frame dari media sosial ini cukup berpengaruh," ungkapnya.

5. Remaja di Bali punya potensi besar, tapi tidak percaya atas kemampuan diri

Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan Mentalcollective-evolution.com

Sementara itu Ida Ayu Saraswati, Psikolog BSS, mengatakan pihaknya ikut berpartisipasi dalam project Kidnetic 2019 ini karena membawa isu yang sama dalam mengkampanyekan kesehatan mental.

"Kami sangat men-support, karena ini bukan hanya project, tapi salah satu langkah mengkampanyekan dunia psikologi. Terutama meningkatkan kepercayaan diri masyarakat Bali, terutama para remaja. Saya yakin remaja di Bali punya potensi sangat besar, tapi tidak percaya kemampuan dirinya," Kata perempuan yang akrab disapa Saras ini.

6. Berharap special event Kidnetic 2019 nanti pesannya bisa memberikan pesan ke masyarakat

Hasil Riset: 9,8 Persen Remaja di Bali Mengalami Gangguan MentalIDN Times/Hisyamudin Keleten Kelin

Untuk meluaskan kampanye ini, para mahasiswa juga akan mengadakan Kidnetic special event di Garden Groove, Renon, Denpasar tanggal 2 Juni 2019. Sebelumnya, kampanye ini juga sudah dilakukan secara online lewat akun medsos sejak April 2019 lalu.

Kampanye lain yang juga terus dilakukan seperti sosialisasi ke sekolah-sekolah (Kind goes to school). Tidak hanya itu, Kidnetic 2019 juga melakukan konsultasi gratis (Free consultation) bersama psikolog sejak 5 Mei lalu.

Sebagai wujud kampanye kesehatan mental, special event Kidnetic 2019 nanti akan dikemas dengan beragam kegiatan. Seperti talkshow dan sharing session bersama BBS serta Putri Indonesia perwakilan Bali 2018. Untuk memeriahkan kegiatan kampanye tersebut, juga akan dirangkai dengan live music, stand up comedy dan fashion show.

Tidak hanya seremonial semata. Lewat beragam acara yang dikemas semacam itu diharapkan bisa mudah menyampaikan pesan kepada masyarakat. Kemeriahan lain yang akan hadir pada event nanti yakni wall of y-our art, kidnetic tree dan selfie point. Sebagai penutup acara, pengunjung akan dihibur dengan penampilan dari band Nostress dan tiga band kampus dari mahasiswa Unud.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya