16 Sulinggih Perempuan Bahas Sarana Upacara Kuno di Klungkung

Upacara ini terakhir kali digelar di zaman Kerajaan Gelgel

Menjelang upacara kuno Karya Agung Mamungkah di Pura Dasar Bhuana Gelgel, 16 pedanda istri (Sulinggih perempuan) se-Kabupaten Klungkung menggelar pertemuan khusus.

Pertemuan ini untuk membahas berbagai sarana upacara yang terakhir dilaksanakan 5 abad silam tersebut. Pertemuan dipimpin langsung Jero Bendesa Pakraman Gelgel, Putu Gde Arimbawa.

Sekadar diketahui, menurut Keputusan Maha Sabha Parisada Hindu Dharma Ke-2 Tanggal- 2-5 Desember 1968, sulinggih adlaah orang suci yang berwewenang untuk muput upacara (Menyelesaikan upacara/ upakara Panca Yadnya umat Hindu). Mereka telah disucikan melalui proses sakral.

1. Pembahasan sarana upacara melibatkan 16 Pedanda Istri (Sulinggih Perempuan)

16 Sulinggih Perempuan Bahas Sarana Upacara Kuno di KlungkungDok.IDN Times/Istimewa

Baca Juga: Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember ini

Upacara kuno di Pura Dasar Bhuana Gelgel, yakni Yadnya Karya Agung Mamungkah Pancawalikrama, akan digelar 31 Desember 2018 mendatang. Upacara ini terakhir digelar 5 abad silam, atau saat masa keemasan Kerajaan Gelgel di bawah pimpinan Dalem Watu Renggong.

Menjelang karya agung (Besar) itu, 16 pedanda istri (Sulinggih perempuan) menggelar pertemuan di Wantilan Pura Dasar Buana, Gelgel untuk membahas sarana upakara apa saja yang akan digunakan.

Adapun sulinggih yang dilibatkan, antara lain Ida Pedanda Istri Gde Nabe dari Gria Aan, Ida Pedanda Istri dari Gria Bendul, Ide pedanda Istri Gria Jelantik, Ida Pedande Istri dari Gria Satria Kawan, Ida Pedanda Istri Gria Dawan Klod, Ida Perande Istri Gria Tengah Sengguan, Ida Pedanda Istri Gria Kediri, Ida Pedanda Istri Gria Pidada, Ida Peranda Istri Gria Kutuh, Ida Peranda istri Gria Jumpung, Ida Pedanda Istri Banjar Pande Kota, Ida Pedanda Istri Gria Kediri Kawan Kamasan, Ida Pedanda Istri Gria Anyar Satria, Ida Pedansa Istri Satria Kangin, Ida Perande Istri Gria Aan Kulon, serta Selaku jayja mana, Ida Pedanda Gde Gria Jumpung, Gelgel.

2. Menyiapkan wewalungan (Hewan kurban)

16 Sulinggih Perempuan Bahas Sarana Upacara Kuno di Klungkungpexels.com/pixabay

Selain sarana upakara, dalam pertemuan itu juga dirumuskan beberapa wewalungan (Hewan kurban) yang harus dipersiapkan saat upacara. Seperti kerbau 13 ekor, penyu 13 ekor, banteng sebanyak 5 ekor, kijang 2 ekor, petu (Kera) sebanyak 1 ekor, musang 1 ekor, lembu 1 ekor, dan kambing 14 ekor. Sementara untuk ayam maupun itik, diperkirakan akan menghabiskan kurang lebih 10 ribu ekor selama upacara berlangsung.

"Krama Desa Pekraman Gelgel, selaku penyanggre karya sudah bergotong-royong secara bergiliran sejak 18 September lalu. Semua dilakukan secara tulus ikhlas demi lancarnya upacara ini," ungkap Bendesa Gelgel, Putu Arimbawa.

3. Pura Dasar Bhuana Gelgel sebagai pemersatu umat

16 Sulinggih Perempuan Bahas Sarana Upacara Kuno di Klungkungthebalibible.com

Baca Juga: Mengunjungi Pura Lebaoh Nusa Ceningan, Cocok Untuk Yoga & Meditasi

Putu Gde Arimbawa menjelaskan, leluhur membangun Pura Dasar Bhuana Gelgel ini untuk mempersatukan seluruh umat Hindu di seluruh Nusantara. Pura ini setidaknya diempon 28 banjar dari tiga Desa Dinas yaitu desa Kamasan, Gelgel, dan Tojan.

“Yadnya Karya Agung Mamungkah Pancawalikrama di Pura Dasar Bhuana Gelgel ini digelar karena seiring perjalanan waktu. Banyak hal terjadi. Sehingga dipandang perlu melakukan upacara yang terakhir digelar 5 abad silam. Puncak upacara ini akan dilaksanakan 31 Desember 2018 dan disineb tanggal 14 Januari 2019,” jelasnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya