Pengertian Kulkul Khas Bali, Bukan Kentongan Sembarangan

Dalam seminggu ada dua kulkul yang bunyi sendiri di Bali

Kulkul tidak bisa lepas dari keadaan sosial dan budaya masyarakat di Bali. Kulkul sejak zaman dahulu digunakan sebagai alat komunikasi, untuk mengingatkan masyarakat akan kegiatan dalam organisasi kemasyarakatan tradisional, seperti banjar maupun subak.

Kulkul biasanya terbuat dari kayu, dan ditempatkan pada bangunan yang disebut bale kulkul. Bale kulkul bisa ditemukan di balai banjar atau pura. Keberadaan bale kulkul pun menjadi bagian yang tidak bisa terlepaskan dalam arsitektur Bali.

Meskipun kini alat komunikasi sudah berkembang pesat dengan kehadiran teknologi, namun kulkul masih menjadi alat komunikasi komunal untuk segala kegiatan organisasi yang bersifat adat di Bali.

Baca Juga: Pengertian Moksa dalam Hindu, Lepasnya Jiwa dari Raga dalam Kedamaian

1. Kulkul tercatat dalam naskah kuno di Bali

Pengertian Kulkul Khas Bali, Bukan Kentongan SembaranganIlustrasi naskah kuno. (trtworld.com)

Keberadaan kulkul diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Hal ini bisa ditemukan dalam naskah-naskah kuno di Bali seperti Lontar Awig-awig (Aturan adat) Desa Sarwada (Singkatan dari sarwa ada  atau serba ada), Markandya Purana (Memuat dialog antara Markandeya atau resi kuno dalam kepercayaan Hindu dan seorang Resi Jaimini), dan Diwa Karma. Naskah kuno itu menjelaskan bagaimana kayu sebagai kulkul memiliki makna pikiran dalam kehidupan manusia.

Pada masa kolonial Belanda, kulkul dikenal dengan istilah tongtong. Seiring berjalannya waktu, kulkul juga dibuat dari bambu dan lebih dikenal dengan nama kentongan. Fungsinya pun sama, yakni sebagai pemberi pesan kepada masyarakat dengan suara-suara tertentu.

Baca Juga: Sejarah Berdirinya Klungkung, Dulunya Jadi Pusat Kerajaan Bali

2. Pembuatan dan pemilihan bahan baku kulkul tidak bisa sembarangan

Pengertian Kulkul Khas Bali, Bukan Kentongan SembaranganFoto hanya ilustrasi kulkul. (ccbp.oss.web.id)

Pembuatan kulkul kayu yang biasa digunakan oleh masyarakat di Bali tidaklah sembarangan. Sebelum membuat kulkul, masyarakat terlebih dahulu mencari hari baik atau dewasa ayu. Biasanya hari baik ini bisa diperoleh setelah meminta petunjuk dari seorang sulinggih.

Seorang undagi (Pembuat kulkul) juga wajib menghaturkan upacara tertentu saupaya proses pengerjaannya lancar, dan menghasilkan kulkul dengan kualitas baik.

Kayu yang digunakan untuk membuat kulkul juga tidak bisa sembarangan. Biasanya memilih bahan dari kayu yang dapat menghasiklan resonansi suara. Kalau di Bali, yang paling populer adalah kayu nangka atau yang disebut tewel. Kayu ini memiliki resonansi suara yang bagus, dan sering dipakai sebagai bahan pembuatan tubuh kendang.

Selain kayu nangka, biasanya kulkul juga terbuat dari kayu lain yang mampu menghasilkan resonansi suara yang baik seperti mahoni.

Setelah rampung dibuat, biasanya kembali diadakan ritual sampai akhirnya kulkul digunakan.

3. Kulkul adalah media komunikasi pembawa pesan kepada masyarakat

Pengertian Kulkul Khas Bali, Bukan Kentongan SembaranganFoto hanya ilustrasi kulkul. (ccbp.oss.web.id)

Kulkul selama ini digunakan untuk menyebarluaskan pesan tertentu kepada masyarakat atau anggota banjar. Misalnya ada pertemuan anggota banjar, persembahyangan, upacara yadnya, maupun jika ada anggota banjar yang meninggal.

Kulkul akan dibunyikan oleh seorang kelihan banjar (Kepala adat). Masing-masing pesan juga memiliki irama pukulan yang berbeda-beda. Sehingga masyarakat setempat pasti mengenali pesan yang disampaikan melalui kulkul tersebut.

Selain itu, kulkul juga digunakan untuk memberikan pesan darurat kepada masyarakat jika ada peristiwa bencana seperti kebakaran, gempa bumi, maupun maling.

4. Ada fenomena kulkul yang berbunyi sendiri di Bali

Fenomena itu terjadi dua di Kota Denpasar. Pertama, lokasinya berada di Banjar Merta Rauh, Desa Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara pada Sabtu (2/10/2021) sore. Kedua, terjadi di Jalan Ahmad Yani Banjar Mekarsari, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara pada Rabu (6/10/2021) pagi.

Berdasarkan informasi yang beredar, kulkul yang ada di Banjar Merta Rauh bergerak sendiri dari pukul 16.00 Wita sampai 19.20 Wita. Fenomena itu membuat pihak adat setempat melakukan upacara besar berupa mecaru (Sembahyang untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam sekitarnya) dan upacara guru piduka (Menghaturkan sesajen untuk leluhur sebagai permohonan maaf) pada 16 Oktober 2021 mendatang.

Baca Juga: Pengertian Tri Sandya, Berisi 6 Pengakuan Terdalam Umat Hindu

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya