5 Fakta Lukisan Wayang Kamasan Klungkung, Diusulkan Jadi WBTB

Seni lukis ini sudah berkembang sejak abad ke-14

Lukisan klasik Wayang Kamasan berpeluang untuk diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO, Scientific and Cultural Organization, pada tahun 2022 ini. Saat ini lukisan Wayang Kamasan tengah bersaing bersama 9 objek lain dari seluruh Indonesia untuk ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda dunia asal Indonesia.

Lukisan klasik Wayang Kamasan berkembang di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung. Karakternya yang unik, membuat lukisan ini digemari oleh para pecinta seni. Lukisan ini banyak terpasang di langit-langit bangunan bersejarah, seperti Kertha Gosa di Kota Semarapura dan di beberapa Pura kuno di Klungkung.

Apa saja yang sudah kamu ketahui tentang lukisan ini? Berikut beberapa fakta menarik tentang Lukisan Klasik Wayang Kamasan.

Baca Juga: Tekun Tangan Mungil Gusti Lanang Ciptakan Wayang Kamasan Digital  

1. Berkembang sejak abad ke-14 atau pada masa Dalem Waturenggong

5 Fakta Lukisan Wayang Kamasan Klungkung, Diusulkan Jadi WBTBInstagram.com/wayangkamasan_

Kepala Bidang Cagar Budaya di Dinas Kebudayaan Klungkung, I Wayan Sudarma, menjelaskan berdasarkan beberapa catatan sejarah, Lukisan Wayang Kamasan berkembang pesat pada abad ke-14 atau ketika Kerajaan Gelgel diperintah oleh Dalem Waturenggong. 

Pada masa inilah, segala bentuk kesenian di Bali mencapai masa keemasannya. Banyak hasil budaya seperti seni gamelan, tarian, hingga lukisan berkembang pesat. Khususnya seni lukis, berkembang di Desa Kamasan yang lokasinya berdampingan dengan pusat kerajaan di Gelgel.

“Keterampilan warga di Desa Kamasan dalam melukis wayang, diwariskan secara turun menurun sampai saat ini. Itu yang membuat seni lukis ini masih bertahan sampai saat ini,” ujar Wayan Sudarma.

Adapun beberapa seniman pelukis Wayang Kamasan yang melegenda yakni, I Gede Modara, hingga diturunkan ke pewarisnya saat ini, yakni Jro Mangku Muliarsa.

2. Memiliki motif yang unik jika dibanding dengan lukisan lainnya di Bali

5 Fakta Lukisan Wayang Kamasan Klungkung, Diusulkan Jadi WBTBCuplikan tampilan dalam buku Legenda La Salaga yang menyadur lukisan Kamasan karya I Made Sesangka Puja Laksana. (Dok. La Salaga Project)

Lukisan klasik Wayang Kamasan memiliki kekhasan motif, yang membuatnya berbeda dengan gaya lukisan lainnya di Pulau Bali, bahkan di dunia. Wayan Sudarma mengungkapkan, lukisan klasik Wayang Kamasan memiliki struktur atau susunan yang harmonis antara bantuk dan isi. Bentuk ini menyangkut struktur lukisan, sedangkan isi berkaitan dengan nilai-nilai budaya, sosial, dan cerminan kehidupan manusia secara realitas ataupun spiritual.

“Biasanya lukisan ini mengambil tema-tema pewayangan dari Ramayana, Mahabhrata, cerita Tantri, maupun cerita yang diambil dari Kitab Sutasoma. Hanya saja seiring waktu, kisah dalam lukisan Wayang Kamasan semakin berkembang, tanpa menghilangkan pakem atau dasar dari lukisan Kamasan,” jelasnya.

3. Pelukis Wayang Kamasan harus memahami cerita, tidak sekadar melukis di kanvas

5 Fakta Lukisan Wayang Kamasan Klungkung, Diusulkan Jadi WBTBPelukis Wayang Kamasan Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Kekuatan dari lukisan klasik Wayang Kamasan juga terletak pada cerita, selain pada motifnya. Sehingga pelukis Wayang Kamasan harus memahami cerita yang akan ditampilkan dalam lukisan.

“Pelukis Wayang Kamasan mesti memahami cerita, tidak sekadar corat-coret di kanvas atau yang penting seni. Semua ada nilai estetika dan spiritual dalam Lukisan Wayang Kamasan. Itulah yang membuatnya berkarakter kuat,” jelas Wayan Sudarma.

4. Proses pembuatannya masih memanfaatkan pewarnaan alami

5 Fakta Lukisan Wayang Kamasan Klungkung, Diusulkan Jadi WBTBPelukis Wayang Kamasan Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Proses kreatif yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh seniman dalam melukis Wayang Kamasan, yakni dengan memanfaatkan pewarna alami. Para pelukis biasanya memanfaatkan pewarnaan dari batu pere (gamping), yang menghasilkan warna kuning kecokelatan khas lukisan Kamasan.

“Bahan pewarnaan itu, sampai sekarang masih didapatkan dan diperoleh secara tradisional,” ujar Wayan Sudarma.

5. Sebagian besar warga di Desa Kamasan masih bertahan sebagai pelukis

5 Fakta Lukisan Wayang Kamasan Klungkung, Diusulkan Jadi WBTBPelukis Wayang Kamasan Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Regenerasi para pelukis Wayang Kamasan bisa dikatakan sangat berhasil. Mengingat sedari kecil, anak-anak di Desa Kamasan dilatih untuk melukis. Apalagi, sebagian besar warga di Desa Kamasan adalah seorang pelukis.

“Ada 80 persen warga di Desa Kamasan masih menekuni seni lukis klasik Wayang Kamasan,” jelas Wayan Sudarma.

Tidak hanya laki-laki, banyak juga perempuan yang menekuni seni lukis klasik Wayang Kamasan. Baik yang sudah menjadi maestro, remaja, sampai anak-anak.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya