Menengok Tradisi Luluran Gadis Pubertas di Tabanan Bali

Tradisi turun temurun ini dilaksanakan pada Hari Galungan

Bali memiliki banyak tradisi kearifan lokal yang dilaksanakan secara turun temurun. Seperti tradisi menjelang Hari Raya Galungan di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.

Warga di desa tersebut melaksanakan dua tradisi, yaitu Ngejotin Anten (membawa seserahan untuk pengantin) bagi pasangan pengantin baru, dan Nelokin Anak Bajang (menengok anak gadis). Seperti apa tradisi ini?

Baca Juga: 5 Sarana Wajib yang Ada di Penjor Galungan, Gak Harus Mewah

1. Tradisi Ngejotin Anten untuk memberikan restu, dorongan, dan motivasi bagi pasangan pengantin baru dalam menjalani rumah tangga

Menengok Tradisi Luluran Gadis Pubertas di Tabanan BaliPerbekel Desa Kukuh, Made Sugianto. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Tradisi Ngejotin Anten biasanya dilaksanakan tiga hari sebelum Hari Raya Galungan. Berdasarkan Kalender Masehi, maka tradisi ini dilaksanakan pada hari Senin (6 Juni 2022), Penampahan di hari Selasa (7 Juni 2022), dan Rabu pada Hari Raya Galungan (8 Juni 2022).

Tradisi ini bermakna untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada pengantin baru dalam menjalani rumah tangga. Seserahan yang dibawa untuk pengantin ada beberapa jenis, tergantung dari status kekerabatan dengan si pengantin itu sendiri.

Jika keluarga dekat (sepupu derajat pertama), maka seserahannya berupa jerimpen be (banten jerimpen yang terbuat dari susunan daging babi).

"Namun saat ini lebih praktis, di mana keluarga dekat membawa buah dan daging babi. Nanti di rumah pengantinnya dirangkai untuk ditatab ketika Hari Galungan," ujar Perbekel Desa Kukuh, Made Sugianto.

Sedangkan krama banjar biasanya membawa beras, gula, dan bawaan lainnya sesuai dengan kemampuan.

"Nanti dari keluarga pengantinnya akan memberikan balasan berupa tape ketan, jajan uli, emping melinjo, dan minuman ringan," jelas Sugianto.

Baca Juga: 5 Hari Suci Sebelum Perayaan Galungan di Bali

2. Tradisi Nelokin Anak Bajang, sebagai tanda anak gadis sudah memasuki usia dewasa

Menengok Tradisi Luluran Gadis Pubertas di Tabanan BaliPenjor yang terpasang di salah satu desa di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Tradisi Nelokin Anak Bajang biasanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki remaja perempuan. Hal ini ditandai dengan si anak yang sudah mendapat menstruasi. Krama banjar nantinya akan membawa perlengkapan makeup seperti bedak, lipstik, skincare, pembalut, cat kuku, dan parfum.

"Dibawakannya pembalut ini menandakan jika seorang anak sudah memasuki masa remaja yang ditandai dengan si anak gadis sudah mendapat menstruasi. Ini sesuai dengan nama upacara ketika Hari Raya Galungan, yakni natab banten bajang (rangkaian ritual menggunakan sarana banten). Artinya anak tersebut sudah memasuki masa pubertas dan sudah harus melepas masa kanak-kanaknya," kata Sugianto.

3. Mencoba cat kuku atau luluran ketika Nelokin Anak Bajang

Menengok Tradisi Luluran Gadis Pubertas di Tabanan Balikondisi kesehatan kuku sering kali diabaikan (pexels.com/@thiszun)

Warga atau krama yang datang untuk Nelokin Anak Bajang ini akan mendapatkan balasan yang hampir sama seperti Tradisi Ngejotin Anten. Yaitu mendapatkan tape, jajan uli, emping melinjo, dan minuman ringan. Namun keunikan yang membedakannya adalah rumah warga yang menggelar banten bajang tersebut juga menyediakan produk kosmetik atau skincare.

Biasanya yang sering disediakan adalah cat kuku atau lulur badan yang bisa dicoba oleh mereka yang datang ketika Nelokin Anak Bajang, baik itu teman sebaya si anak, maupun kerabat dekat dari keluarga tersebut," terang Sugianto.

Tradisi ini memiliki makna sebagai rasa syukur sekaligus mendoakan anak gadis tersebut menjadi bajang luih (gadis berbudi). Sedangkan upacara banten bajang merupakan pengharapan orangtua kepada anak gadisnya agar melangkah sesuai ajaran agama.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya