Sejarah Tari Baris Memedi Khas Tabanan, Diusulkan Masuk WBTB

Tarian langka ini hanya ada di Kecamatan Penebel

Tabanan, IDN Times - Dinas Kebudayaan Tabanan mengusulkan Tari Baris Memedi asal Kecamatan Penebel menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tingkat nasional tahun 2023 ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Alasannya karena tarian ini sudah langka dan memiliki keunikan.

Sehingga ketika sudah ditetapkan sebagai WBTB, tarian ini menjadi mutlak milik Kabupaten Tabanan, dan bisa terus hidup di tengah masyarakat.

Baca Juga: Makna Cetik Kerikan Gangsa, Racun Tradisional Bali

Baca Juga: Mengenal Bebarisan Tapak Memedi, Tarian Ciptaan Seniman Muda Tabanan

1. Syarat diajukan ke WBTB harus ada disertasi

Sejarah Tari Baris Memedi Khas Tabanan, Diusulkan Masuk WBTBfoto hanya ilustrasi (Tropenmuseum via Wikipedia.org)

Kepala Bidang Kebudayaan dan Tradisi Dinas Kebudayaan Tabanan, AA Sagung Mas Anggraini, menyebutkan Tari Baris Memedi diusulkan sebagai WBTB tahun 2023 mendatang sudah pasti karena memiliki nilai lebih. Selain itu, syarat utamanya harus ada  kajian atau tulisan berupa disertasi. I Nyoman Arjana Adiputra adalah seorang dosen Ayurweda dan Agama Hindu di STIKES Advaita Medika Tabanan yang membuat disertasi tentang Tari Baris Memedi pada tahun 2015.

"Jadi bukan hanya keunikannya saja. Namun yang terpenting adanya kajian berupa disertasi. Selain itu juga ada audio visual yang membuktikan bahwa karya budaya tersebut masih berkembang di wilayah tersebut," jelas Mas Anggraini, Kamis (8/12/2022).

Terkait usulan ini, Dinas Kebudayaan Tabanan sudah melakukan kajian dan pembuatan video, tinggal menunggu form pengusulan dari Kementerian yang biasanya dilakukan pada bulan Februari sampai Maret.

2. Tari Baris Memedi dipentaskan dalam upacara ngaben tingkat utama di Kecamatan Penebel

Sejarah Tari Baris Memedi Khas Tabanan, Diusulkan Masuk WBTBFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Disertasi karya I Nyoman Arjana Adiputra ini berjudul "Pementasan Tari Baris Memedi Dalam Upacara Ngaben di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan" dalam program pascasarjana Insitut Hindu Dharma Negeri Denpasar tahun 2015. Tarian ini dipentaskan pada saat upacara ngaben di Kecamatan Penebel. Pementasan Tari Baris Memedi dalam upacara ngaben sarat dengan simbol-simbol keagamaan. Sehingga sudah menjadi tradisinya masyarakat setempat untuk menampilkan tarian ini.

Pelaksanaan ngaben di Kecamatan Penebel sesuai dengan dresta (tradisi yang menggambarkan peradaban dan kebudayaan masyarakat Bali)yang dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu alit, madya, dan utama. Tari Baris Memedi baru akan dipentaskan apabila sudah melaksanakan ngaben utama (ngawangun), yang oleh masyarakat setempat disebut ngaben gede.

Namun sayangnya, saat ini upacara ngaben banyak dilakukan dengan sistem massal dengan kuantitas madya, tanpa mementaskan Tari Baris Memedi. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada kebertahanan Tari Baris Memedi.

3. Fakta-fakta unik Tari Baris Memedi

Sejarah Tari Baris Memedi Khas Tabanan, Diusulkan Masuk WBTBTari Baris Memedi (YouTube.com/Mad Jon Channel)

Dalam disertasi Arjana Adiputra juga dijelaskan, Tari Baris Memedi masih bertahan di empat Desa Pakraman, Kecamatan Penebel. Yaitu Desa Pakraman Jatiluwih, Desa Pakraman Tengkudak, Desa Pakraman Puluk-Puluk, dan Desa Pakraman Pohgending.

Ada beberapa fakta dan keunikan mengenai tarian ini yang dipaparkan dalam disertasi tersebut, yaitu:

  • Pementasan Tari Baris Memedi melibatkan anggota masyarakat pendukungnya. Keterlibatan mereka sangat tergantung dari pelaksanaan upacara mamungkah (upacara besar atau yadnya yang dilaksanakan setiap 10 tahun di pura) di kuburan yang dilakukan oleh balian desa atau pawang memedi. Balian desa menunjuk langsung seseorang untuk ikut menari. Sedangkan mereka yang ditunjuk tidak bisa menolaknya
  • Pementasan Tari Baris Memedi dalam upacara ngaben sebagai peristiwa budaya agama telah berlangsung secara turun temurun sejak 1700 Masehi, sesuai mitos serangan Panji Sakti di Pura Batukaru
  • Pementasan Tari Baris Mamedi merupakan peristiwa langka dan unik yang hanya ditemukan di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan
  • Tari Baris Mamedi mengekspresikan tindakan langsung, nyata, kongkrit, dan berhubungan dengan alam gaib yang bersumber dari ajaran Agama Hindu sebagai tari wali sakral, hingga pemujaan terhadap roh leluhur yang bernuansa teatrikal.

4. Sejarah Tari Baris Memedi

Sejarah Tari Baris Memedi Khas Tabanan, Diusulkan Masuk WBTBTari Baris Memedi (Dok.IDN Times/Istimewa)

Belum ada data tertulis atau literatur tentang keberadaan Tari Baris Mamedi di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Namun secara tradisi lokal masyarakat setempat, pelaksanaan upacara ngaben gede selalu diiringi oleh Tari Baris Memedi. Tradisi ini berlangsung secara turun temurun sebagai penyerta upacara, dan masih dipertahankan sampai sekarang.

Pementasan Tari Baris Memedi dalam upacara ngaben awal mulanya muncul pada saat masa pemerintahan Raja Tabanan XI, I Gusti Alit Dawuh yang bergelar Sri Magada Sakti. Ia berkuasa sekitar tahun 1700 masehi. Selama masa pemerintahannya, masyarakat Tabanan hidup tenteram, dan wilayahnya sangat subur. Karena kesuburannya itu membuat Raja Buleleng, I Gusti Nglurah Panji Sakti, ingin menguasai wilayah Tabanan. Panji Sakti menyerang Tabanan. Raja Buleleng tersebut memerintahkan Pasukan Goak (gagak) untuk merusak Pura Luhur Batukaru.

Mendengar kabar itu, Raja Tabanan membunyikan kentongan yang bernama Tan Kober. Rakyat Tabanan menuju ke utara (Batukaru) untuk menyerang Pasukan Panji Sakti. Pasukan rakyat ini dipimpin oleh I Gusti Kasunaran, yang berkedudukan di Sunantaya. Secara gaib muncul lebah berukuran besar (nyawan dinding ai) dan menyerang secara Pasukan Panji Sakti sampai berlari tunggang langgang.

Akibat peperangan itu, para prajurit dari kedua belah pihak banyak yang meninggal dunia, termasuk I Gusti Kasunaran. Kondisi pura menjadi rusak parah dan hanya menyisakan puing-puingnya saja. Pelinggih Meru dihancurkan dan ditenggelamkan. Meru tersebut sampai sekarang disebut dengan istilah Meru Keleb. Melihat kondisi ini, Raja Tabanan memerintahkan Kebayan Wongaya untuk memperbaiki pura dan segera melakukan upacara.

Cerita ini berdasarkan bukti bangunan sejarah berupa pelinggih candi dan meru di utama mandala, beserta pedarman (pura yang fungsinya untuk memuja leluhur dari satu garis keturunan) Raja Tabanan, pedarman Raja Badung, hingga pedarman Gusti Kasunaran dari Sunantaya.

Namun ketika dilakukan pemelaspasan atau melaspas (upacara penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau ditempati lagi), sarana upacaranya banyak yang hilang. Sehingga upacara melaspas tidak bisa dilangsungkan. Kejadian ini membuat masyarakat pengempon pura (masyarakat yang merawat pura) banyak yang kerauhan (kerasukan).

Orang-orang yang kerauhan tersebut memberikan petunjuk agar melaksanakan upacara pembersihan di lingkungan pura, dan upacara ngaben untuk para prajurit yang meninggal dunia dalam serangan Panji Sakti di area pura. Selama melaksanakan ngaben itu juga diminta mementaskan Tari Baris Memedi untuk menetralisasi alam lingkungan.

Sejak saat itulah setiap masyarakat yang melakukan upacara ngaben gede (utama) wajib mementaskan Tari Baris Memedi.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya