Sejarah Taman Ujung Karangasem, Dulu Dijadikan Tempat Pembuangan  

Taman ini dibangun pada tahun 1919

Kabupaten Karangasem begitu identik dengan Taman Ujung. Sampai saat ini, Taman Ujung menjadi tempat tujuan wisata utama bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Taman Ujung yang terletak di pesisir selatan, dekat dengan pantai Desa Tumbu, menyimpan sejarah yang panjang dan mencerminkan pertemuan beberapa budaya.  

Sebagaimana tertulis dalam catatan Rencana Aksi Kota Pusaka, serangkaian kegiatan fasilitasi dan sosialisasi Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP), oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang & Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Taman Ujung dulu disebut Taman Soekasada Oejoeng dan dibangun pada tahun 1919.

Pembangunan Taman Ujung dilakukan pada masa pemerintahan Raja I Gusti Bagus Jelantik (1909-1945) yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Dalam prosesnya, turut dilibatkan arsitek asal Belanda, van Den Hentz dan arsitek asal China, Loto Ang. Taman Ujung resmi dioperasikan pada tahun 1921. 

Bagaimana gagasan di balik pembangunan Taman Ujung ini? Berikut sejarah Taman Ujung yang terletak di Kabupaten Karangasem. 

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Karangasem Bali, Dulunya Pusat Perkantoran

1. Awalnya dibangun untuk tempat peristirahatan raja dan menjamu tamu-tamu penting

Sejarah Taman Ujung Karangasem, Dulu Dijadikan Tempat Pembuangan  Taman Soekasada Ujung, Karangasem. (instagram.com/ujungwaterpalace)

Taman Ujung awalnya digunakan sebagai tempat peristirahatan raja dan menjamu tamu-tamu penting, seperti raja atau kepala pemerintahan asing yang berkunjung ke Istana Kerajaan Karangangasem.

Ada tiga kolam besar dan luas di taman ini. Di tengah kolam paling utara, ada bangunan utama yang dihubungkan oleh dua buah jembatan. Sementara di sebelah barat kolam, di tempat yang agak tinggi, terdapat bangunan yang berbentuk bundar, disebut "Bale Bengong". Dari tempat itu, akan terlihat keindahan taman dan sekitarnya.

Patung Warak yang besar diletakkan di sebelah utara taman, tepatnya di atas bukit.  Pemandangan alam yang begitu mengagumkan akan terlihat dari puncak bukit ini.  Namun peninggalan budaya yang megah tersebut sempat hancur akibat gempa bumi saat Gunung Agung meletus, khususnya akibat gempa tahun 1979.

Dilansir dari situs resmi pemerintah, cagarbudaya.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa pada tahun 2000 dilakukan perbaikan Taman Sukasada tanpa melakukan perubahan bentuk asli bangunan. Perbaikan dan konservasi dilakukan atas bantuan dari Bank Dunia.

Disebutkan juga bahwa sebenarnya Taman Ujung dahulunya adalah tempat pembuangan yang disebut Kolam Dirah. Fungsinya mulai berubah saat Raja Karangasem memerintahkan arsitek Belanda dan China membangun tempat peristirahatan di lokasi tersebut.  

2. Perpaduan arsitektur tradisional Bali, Eropa, China, dan Timur Tengah

Sejarah Taman Ujung Karangasem, Dulu Dijadikan Tempat Pembuangan  Taman Soekasada Ujung, Karangasem. (instagram.com/ujungwaterpalace)

Taman Ujung disebut sebagai contoh hasil akulturasi budaya yang serasi antara arsitektur tradisional lokal (Bali) dengan arsitektur Eropa, China, dan Timur Tengah. Berdasarkan hasil penelitian arkeologis-historis, diketahui bahwa arsitektur Bali tampak pada motif dekorasinya, yakni berupa cerita-cerita wayang serta motif patra lainnya.

Sementara arsitektur Belanda terlihat pada bentuk bangunannya dengan gaya indis. Gapura masuk, kolam segi delapan, dan Bale Bundar (Bale bengong), mewakili arsitektur bergaya China. Perpaduan arsitektur itu jelas terlihat di bangunan Taman Gili.  

Pengaruh Eropa juga tampak pada kubah bentuk setengah lingkaran yang memperlihatkan konsep dome dalam skala kecil. Kubah ini berbentuk delapan sudut. Selain itu, sistem pertukangan yang digunakan pada saat itu disebut sudah modern, yakni pengecoran serta penggunaan cetakan untuk membuat relief di dinding bangunan. Padahal pada masa itu, cara ini termasuk baru dan langka.

3. Taman Ujung secara kosmologis menjadi pertemuan antara gunung dan laut

Sejarah Taman Ujung Karangasem, Dulu Dijadikan Tempat Pembuangan  Taman Soekasada Ujung, Karangasem. (instagram.com/ujungwaterpalace)

Secara keseluruhan, bangunan di situs Taman Ujung Karangasem terdiri dari 5 kolam, 3 gapura, bangunan Balai Kapal, Balai Lunjuk, Balai Kambang, Balai Bundar, Balai
Gili, dan bangunan Balai Warak. Taman Ujung termasuk Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem No. 7 Tahun 2003 tentang Rencana Detail Teknis Ruang (RDTR).

Taman Ujung secara kosmologis menjadi pertemuan antara gunung dan laut. Gunung Lempuyangan di sebelah timur laut, Gunung Agung di sebelah barat, dan Selat Lombok di sebelah timur. Konsep ini dapat dimaknai sebagai tempat pemutaran Mandalagiri, secara simbolis tampak pada 4 kolam di Taman Ujung Karangasem. 

Berdasarkan informasi yang ditulis pada laman resmi Cagar Budaya Kemdikbud, cagarbudaya.kemdikbud.go.id, status kepemilikan taman ini sudah diwariskan kepada ahli waris keluarga Puri Karangasem. Karenanya, status Taman Ujung ini menjadi taman milik pribadi. Hanya saja pengunjung umum tetap diizinkan untuk masuk. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya