Sejarah Museum Bali di Denpasar, Arsiteknya Dibantu Orang Jerman

Dulu banyak benda budaya Bali diboyong ke luar negeri

Museum Bali terletak di pusat Kota Denpasar, tepatnya Jalan Mayor Wisnu. Museum ini berada di satu kawasan dengan Rumah Jabatan Gubernur Bali, Kantor Wali Kota Denpasar, Lapangan Puputan Badung, dan Pura Agung Jagatnatha. Museum ini menjadi saksi sejarah akan peristiwa-peristiwa penting dan peninggalan berharga dari masa lalu.

Dengan mengunjungi museum ini, masyarakat akan mengetahui perkembangan Bali dari masa ke masa. Tidak hanya itu, kekayaan seni dan budaya masing-masing daerah di Pulau Dewata ini juga dapat ditelisik di Museum Bali.

Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, disbud.baliprov.go.id, dijelaskan bahwa eksterior dinding, halaman, dan gerbang Museum Bali dirancang dengan gaya khas puri atau kerajaan di Denpasar. Keseluruhannya ada empat paviliun di dalam kompleks museum, yang masing-masing mewakili karakter kabupaten di Bali.

Penasaran apa saja koleksi Museum Bali dan bagaimana sejarah berdirinya? Simak yuk penjelasannya di bawah ini:

Baca Juga: Daftar Rumah Sakit di Badung, Ada yang Milik Universitas Udayana

1. Museum Bali menyimpan koleksi patung kuno, pakaian Bali, hingga karya seni rupa

Sejarah Museum Bali di Denpasar, Arsiteknya Dibantu Orang JermanMuseum Bali. (instagram.com/sahabatmuseumbali)

Paviliun Tabanan berada di bagian utara. Paviliun ini menyimpan berbagai peralatan tari seperti kostum tari, semua jenis topeng untuk tarian topeng, wayang kulit, keris untuk Tari Calonarang, dan beberapa patung kuno.

Sementara Paviliun Buleleng didirikan di bagian tengah museum. Sebagaimana namanya, bangunan ini sangat khas dengan gaya pura di Bali Utara. Koleksi yang ada di anjungan ini antara lain pakaian Bali, termasuk kipas tradisional Bali.

Terakhir adalah Paviliun Badung. Di dalam Paviliun Badung menyimpan berbagai koleksi prasejarah lainnya. Itu terlihat dari peralatan yang digunakan oleh manusia selama masa berburu dan bercocok taman, periode budidaya, dan periode metalik. Koleksi seni rupa Bali disimpan di lantai atas paviliun ini. Paviliun Badung terletak di pintu masuk utama dekat bale kulkul yang tinggi menjulang.

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Badung, Pernah Menjadi Pusat Perdagangan Budak

Sejarah Museum Bali di Denpasar, Arsiteknya Dibantu Orang JermanMuseum Bali. (instagram.com/sahabatmuseumbali)

Bale kulkul yang ada di Museum Bali sudah mulai dibangun sejak tahun 1910. Pada tahun 1917, Bale Kulkul ini diguncang Gempa, namun tidak ada bagian yang rusak. Selain itu, pada 24 Desember 2012, Bale Kulkul terbakar akibat tersambar petir. Kemudian diperbaiki pada bulan oktober 2014.

2. Pembangunan museum dilakukan oleh undhagi asal Banjar Abasan dan Banjar Belong

Sejarah Museum Bali di Denpasar, Arsiteknya Dibantu Orang JermanPagelaran kesenian di halaman museum bali pada awal-awal berdirinya Museum Bali tahun 1932. (instagram.com/sahabatmuseumbali)

Pada Buku Petunjuk Pameran Museum Negeri Provinsi Bali, yang disusun oleh Dra Ni Nyoman Rapini, Drs Putu Budiastra, Luh Sumartini BA, dan AA Gede Oka BA, diceritakan bagaimana awal mula museum ini didirikan. Buku tersebut diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Provinsi Bali tahun 1992/1993.

Sejak dulu, Bali memang dikenal dengan seni dan keunikan budayanya. Pada masa penjajahan Belanda, banyak penjelajah yang datang ke Indonesia, termasuk singgah ke Bali. Melihat keunikan dan kekayaan benda-benda budaya Bali, tidak sedikit yang tertarik untuk membawanya ke negara asal mereka, baik untuk koleksi pribadi maupun suvenir.

Melihat kenyataan itu, para budayawan di Bali ingin menyelamatkan kekayaan warisan budaya tersebut agar tidak lagi diboyong begitu saja ke luar negeri. Akhirnya pada tahun 1910, mulai direncanakan pembangunan sebuah museum. Tepatnya museum ethnografi yang dapat menggambarkan kebudayaan Bali mulai dari kehidupan masyarakat, kesenian dan religi, dari masa lampau hingga terkini.

Asisten Residen Bali dan Lombok, Mr WFJ Kroon, yang berkedudukan di Singaraja, membantu merealisasikan rencana tersebut. Pembangunan museum dilakukan oleh para undhagi (Ahli bangunan tradisional Bali), yaitu Gusti Ketut Gede Kandel dari Banjar Abasan dan I Gusti Ketut Ral dari Banjar Belong.

Mereka dibantu oleh seorang arsitek berkebangsaan Jerman bernama Curt Gmndler. Akhirnya Bali memiliki ruang untuk menampung dan menyelamatkan warisan budaya. Pada awal pembangunannya, koleksi di Museum Bali diperoleh dengan cara pemberian ganti rugi, hibah, sumbangan, tukar-menukar, dan titipan.

3. Dulu pengelolaan Museum Bali dilakukan oleh Yayasan Bali Museum

Sejarah Museum Bali di Denpasar, Arsiteknya Dibantu Orang JermanMuseum Bali. (instagram.com/sahabatmuseumbali)

Setelah bangunannya rampung dibuat, tempat ini untuk sementara dimanfaatkan sebagai ruang pameran sembari mengumpulkan dan melengkapi koleksi. Barulah pada tanggal 8 Desember 1932, museum secara resmi dibuka untuk umum dengan nama Bali Museum. Pada saat itu pengelolaan museum dilakukan oleh Yayasan Bali Museum.

Para anggota yayasannya adalah Dr WF Stutterheim, Walter Spies, Dr R Goris, Ir Th A Resink, I Gusti Alit Ngurah, dan I Gusti Bagus Negara. Belakangan, setelah 33 tahun berada di bawah binaan yayasan, pada 5 Januari 1965 Bali Museum diserahkan kepada pemerintah pusat dengan status negeri di bawah naungan Lembaga Museum-Museum Nasional.

Lembaga tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nama Bali Museum pun kemudian berubah menjadi Museum Bali.

Sedari awal pendirian, Museum Negeri Provinsi Bali terus mengumpulkan benda-benda budaya seperti arkeologika, ahnografika, hstorika, naskah-naskah penting, dan lainnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani
  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya