Sejarah Tari Kecak, Jadi Seni Pertunjukan Gara-gara Orang Jerman

Kalian gak kangen Bali nih?

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Tari Kecak adalah pertunjukan seni yang sangat populer di Bali, bahkan menjadi maskot promosi wisata. Tari kecak ditarikan oleh sekelompok orang, dengan ciri khas “Cak cak cak“ yang disuarakan secara berbeda-beda. Tari ini tidak diiringi oleh alat musik gamelan. Biasanya destinasi wisata Uluwatu dan Tanah Lot mengadakan pertunjukan Tari Kecak pada sore hari, atau ketika sunset.

Tapi tahu gak sih gimana sejarahnya Tari Kecak di Bali? Berikut ini ulasannya yang melansir dari berbagai sumber.

1. Tari Kecak berawal dari Tari Sanghyang Jaran yang sangat sakral

Sejarah Tari Kecak, Jadi Seni Pertunjukan Gara-gara Orang JermanIDN Times/Vanny El Rahman

Tari Kecak awal mulanya adalah koor laki-laki yang merupakan bagian dari Tari Sanghyang Jaran. Tarian ini sangat sakral, karena dipentaskan untuk mengusir wabah penyakit di desa.

Dahulu, di Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar ada tradisi. Ketika ada keluarga tertimpa sakit, maka mereka harus nguntap (Menanggap) Tari Sanghyang Jaran. Karena hal tersebut, membuat tarian ini tidak bisa dipentaskan sembarang waktu.

Baca Juga: Asal Usul Berdirinya Pura Dalem Pengembak Mertasari di Sanur

2. Tari Kecak diciptakan oleh seniman I Wayan Limbak

Sejarah Tari Kecak, Jadi Seni Pertunjukan Gara-gara Orang JermanI Wayan Limbak. (Instagram.com/widiantara_art)

Pada tahun 1930-an, pintu pariwisata Bali mulai dibuka. Beberapa wisatawan tertarik melihat tari-tarian sakral, namun terkendala oleh pementasan yang tidak bisa diselenggarakan sembarang waktu.

Hal ini membuat seorang seniman asal Jerman yang menetap di Ubud, Walter Spies, untuk menciptakan tarian yang bisa dipertontonkan untuk wisatawan. Setelah dirinya menyaksikan pementasan Tari Sanghyang Jaran di Bedulu, Kabupaten Gianyar, Walter Spies kemudian menghubungi I Wayan Limbak dan berdiskusi tentang keinginan tersebut.

Kemudian di tahun 1930 tersebut, I Wayan Limbak melahirkan tarian yang bernama Kecak, diadaptasi dari Tari Sanghyang Jaran. I Wayan Limbak bersama Walter spies menciptakan komposisi suara “Cak cak cak“, yang nantinya disuarakan secara bersahutan mirip akapela. Suara itulah yang kemudian diambil sebagai nama tarian.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

3. Tari Kecak dipentaskan secara sederhana di hadapan wisatawan Jerman

Sejarah Tari Kecak, Jadi Seni Pertunjukan Gara-gara Orang JermanI Wayan Limbak saat menari tari kecak di Desa Bedulu (dok. Galeri Foto Museum Neka/Robert A. Koke)

Setelah menciptakan Tari Kecak, I Wayan Limbak mengumpulkan seniman di sekitar tempat tinggalnya Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar untuk membuat sebuah sekaa cak, yang saat itu beranggotakan sekitar 40 orang.

Walter Spies kemudian mengundang wisatawan Jerman untuk hadir menonton pertunjukan tari Kecak yang berdurasi sekitar 45 menit.

Para penari menggunakan riasan dan pakaian yang sangat sederhana. Para pria bertelanjang dada, dan hanya menggunakan kain mebulet ginting atau hanya dililitkan sebatas menutupi daerah kemaluannya saja.

Namun kesederhanaan itulah menjadi daya tarik wisatawan Jerman yang hadir kala itu. Mereka mengagumi pertunjukan tarian tersebut. Dari wisatawan Jerman inilah kemudian tersebar mengenai pesona dan daya tarik Tari Kecak.

4. I Wayan Limbak bersinergi dengan seniman lain untuk mengembangkan Tari Kecak

Sejarah Tari Kecak, Jadi Seni Pertunjukan Gara-gara Orang JermanPementasan Tari Kecak di Desa Bedulu. (Instagram.com/nekaartmuseum)

I Wayan Limbak sangat giat mengembangkan gerakan-gerakan di Tari Kecak. Pada awalnya gerakan Tari Kecak masih sangat sederhana. Kemudian ia kembangkan dengan beberapa gerakan seperti gerakan telungkup, menaikkan tangan, dan juga tidur.

I Wayan Limbak mengajak I Gusti Kompyang Gelas, seniman cak dari Desa Bona, Kabupaten Gianyar untuk bergabung bersama sekaa cak miliknya. Melalui seniman inilah, Tari Kecak semakin berkembang ke daerah lainnya.

Selain aktif memperkenalkan Tari Kecak ke wisatawan, I Wayan Limbak juga aktif memperkenalkan tarian ini ke masyarakat Bali. Ia bersama sekaa cak sering mengadakan pentas keliling desa untuk memperkenalkan Tari Kecak, sekaligus menambah pendapatan bagi anggota sekaa.

Baca Juga: Kisah Jro Dewi di Bali, Pernah Mencoba Bunuh Diri Tanpa Disadari

5. Tari Kecak mengangkat cerita pewayangan

Sejarah Tari Kecak, Jadi Seni Pertunjukan Gara-gara Orang JermanTari Kecak di Uluwatu. (Instagram.com/uluwatu_kecakdance)

Tari Kecak tidak hanya menyuarakan “Cak cak cak“ saja. Ada alur ceritanya yang diambil dari kisah pewayangan. Kebanyakan mengambil penggalan dalam kisah Ramayana. Yaitu kisah tentang Rama yang dibantu oleh Hanoman, untuk menyelamatkan Shinta. Cerita-cerita dalam Tari Kecak selalu berisikan pesan moral yang dapat diteladani oleh para penonton.

Kalau dahulu, wisatawan mendatangi desa di tempat sekaa kecak itu berada untuk menonton Tari Kecak. Selain menonton tarian, mereka bisa menikmati alam pedesaan tersebut seperti melihat kerajinan, kuliner, dan pemandangan desa.

Namun kini, wisatawan tidak perlu datang ke desa. Mereka dapat menonton pertunjukan Tari Kecak di beberapa destinasi wisata seperti Uluwatu, Tanah Lot, Batubulan, dan sebagainya yang memang menyediakan tempat khusus untuk pertunjukan kecak.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya