7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang Dimainkan

Padahal seru banget lho

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Saat ini anak-anak di Bali sudah sangat jarang untuk memainkan permainan tradisional. Mereka terlalu nyaman memainkan gawai atau console video game di rumahnya. Hal ini membuat mereka jarang melakukan sosialisasi dengan teman-temannya secara langsung.

Permainan tradisional Bali sangat baik, terutama untuk melatih kerja sama dan sportivitas. Mereka juga diajarkan untuk bersikap jujur, karena sebagian besar permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Apa saja permainannya? Berikut ini permainan tradisional Bali yang sudah jarang dimainkan.

Baca Juga: Makna Ngaben di Bali Menurut Lontar Yama Purwana Tattwa

1. Meong-meong

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanMeong-meong. (YouTube.com/ Pramuka Wijaya Tunggawijaya Unnes)

Meong merupakan Bahasa Bali yang memiliki arti kucing. Permainan ini dimainkan oleh sekelompok anak. Satu orang sebagai meong atau kucing, satu orang lagi sebagai bikul atau tikus, dan sisanya membuat lingkaran.

Anak yang menjadi meong berada di luar lingkaran, sedangkan bikul ada di dalam lingkaran. Selama bermain mereka akan menyanyikan lagu anak-anak berbahasa Bali atau gending rare yang berjudul Meong-meong. Begitu sampai pada lirik "Juk juk meng juk juk kul, juk meng juk kul," yang menjadi meong harus berusaha menangkap anak yang menjadi bikul. Meong nantinya dihalang-halangi oleh anak-anak yang membuat lingkaran.

Baca Juga: 6 Band Berbahasa Bali yang Populer di Pulau Dewata

2. Magoak-goakan

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanMagoak-goakan. (YouTube.com/Rarekual Official)

Permainan ini dimainkan oleh tujuh orang atau lebih. Enam orang membuat barisan dan saling berpegangan pada pundak. Satu orang lagi berperan sebagai goak atau burung gagak.

Tugas goak adalah menangkap pemain di barisan paling akhir. Pemain paling depan berusaha menghalang-halangi goak untuk menangkap temannya yang ada di barisan terakhir.

3. Metembing

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanMatembing. (YouTube.com/Ubud Community)

Permainan ini menggunakan beberapa uang logam. Metembing dilakukan di area tanah atau pasir yang tidak keras.

Pemain membuat lubang kecil di tanah tempat bermain. Masing-masing pemain kemudian melemparkan uang logam ke arah lubang tersebut. Pemain yang uang logamnya paling dekat dengan lubang, maka dia akan mendapatkan giliran pertama.

Pemain diminta untuk melemparkan satu uang logam menggunakan gobang (Beberapa uang logam yang direkatkan). Jika lemparan tersebut bisa mengenainya, maka uang logam itu akan menjadi miliknya.

4. Curik-curik

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanCurik-curik. (YouTube.com/Hendra Sukmayasa)

Curik-curik adalah permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok. Dua orang akan menyatukan tangannya sebagai pintu. Sedangkan pemain lainnya berbaris beriringan di belakangnya untuk melewati pintu tersebut.

Selama berjalan melewati pintu tersebut, semua pemain menyanyikan lagu anak-anak berbahasa Bali yang berjudul Curik-curik. Ketika lagunya habis, kedua anak yang menjadi pintu akan menurunkan tangannya dan menangkap satu pemain. Satu pemain yang tertangkap akan berperan menjadi pintu.

Baca Juga: Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Positif Versi Bali

5. Sepit-sepitan

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanPermainan sepit-sepitan. (YouTube.com/Anta Visual)

Permainan ini diangkat dari dongeng persahabatan Si Bangau dan Si Serigala. Permainannya menggunakan alat seperti:

  • Sepit
  • Botol atau pipa berwarna warni, ukurannya disesuaikan dengan ukuran bola pingpong dan kelereng. Ada 4 pipa atau botol seukuran bola pingpong, dan 1 pipa lagi seukuran kelereng yang letaknya di tengah-tengah
  • Bola pingpong atau kelereng yang warnanya sama dengan botol atau pipa di atas. Jumlahnya disesuaikan dengan anak yang bermain.

Permainan ini dilakukan secara beregu. Masing-masing regu terdiri dari 4 orang anak. Anak yang mendapat giliran bermain, mengambil bola dan kelereng menggunakan sepit, di mana tangan kiri untuk kelereng sedangkan tangan kanan untuk bola pingpong.

Kemudian kelereng dan bola pingpong dimasukkan ke dalam botol atau pipa yang sesuai dengan warna serta ukurannya.

Pemenangnya adalah regu yang paling dahulu memasukkan semua kelereng dan bola pingpong ke dalam botol atau pipa. Selama bermain, para pemain akan bersama-sama menyanyikan gending rare berjudul Sepit-sepitan.

6. Kul Kuuk

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanKul kuuk. (YouTube.com/Bajra Sandhi Channel)

Permainan tradisional ini diangkat dari dongeng Kijang dan Siput (Kakul).

Dongeng tersebut menceritakan, kijang adalah sosok yang sombong karena memiliki kecepatan dan kelincahan. Sedangkan siput adalah sosok rendah hati meskipun gerakannya lambat, namun memiliki kecerdikan untuk mengalahkan kijang dalam perlombaan lari.

Permainan ini mirip seperti permainan halang rintang yang dilakukan secara beregu. Masing-masing regu terdiri dari 4 orang anak. Permainan ini menggunakan peralatan sederhana, yaitu tali yang direntangkan secara tinggi menyesuaikan tinggi para pemain dan 4 bendera kecil.

Anak-anak yang bermain akan mengambil bendera dengan melewati tali. Pertama, mereka harus merayap, kemudian dilanjutkan dengan melompati tali. Selama merayap itu disimbolkan sebagai siput yang berjalan lambat, dan saat melompat disimbolkan sebagai kijang yang lincah. Pemenangnya adalah regu yang berhasil mengumpulkan bendera tercepat.

Baca Juga: 10 Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Negatif Versi Bali

7. Cagcag

7 Permainan Tradisional Bali, Asyik Namun Jarang DimainkanCagcag. (YouTube.com/Ubud Community)

Cagcag adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok menggunakan batang bambu. Permainan ini dimainkan oleh lima orang, satu sebagai
pemain yang melewati bambu dan empat orang sebagai penggerak bambu.

Cara bermainnya adalah satu orang pemain melewati empat buah bambu yang kadang menjepit dan kadang melebar. Pemain akan melewati bambu-bambu yang direnggangkan. Jika salah melangkah, kakinya bisa terjepit bambu. Selama memainkan permainan ini mereka menyanyikan lagu Cagcag.

Permainan tradisional ini memang dirancang untuk membuat anak-anak menjadi sehat dan terbiasa menjalin komunikasi. Namun seiring waktu, permainan ini sudah hampir tidak bisa dimainkan lagi, terlebih karena pandemik.

Selain itu, lahan untuk bermain juga sudah mulai berkurang. Rata-rata permainan tradisional memerlukan lahan yang agak luas untuk melakukan permainannya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya