6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya Lho

Pawetonan ini ada di scene Saski dan Deni film A Perfect Fit

Film A Perfect Fit yang belum lama ini tayang di Netflix sukses mencuri perhatian penonton. Dari awal hingga akhir cerita, penonton disuguhkan oleh berbagai unsur budaya Bali yang sangat kental mulai dari keindahan alam, adat istiadat, budaya, hingga logat Bali yang khas. Satu budaya yang ditampilkan adalah soal pertemuan weton kelahiran Bali bagi pasangan yang akan menikah.

Scene ini terjadi ketika tokoh utama perempuan Bali bernama Saski yang diperankan oleh Nadya Arina, dan pria Bali dari keluarga berkasta bernama I Gusti Agung Deni Wijaya yang diperankan Giorgino Abraham hendak mempersiapkan pernikahan mereka. Setelah ditanyakan kepada orang yang ahli membaca pertemuan kelahiran, ternyata mereka tidak cocok. Sesuai petunjuk, mempelai pria diminta untuk mencari air dari 110 sumber mata air untuk melakukan bayuh oton (Semacam ruwatan).

Seperti apa budaya membaca pertemuan weton di Bali? Berikut ini hasil wawancara IDN Times dengan pembuat kalender Saka Bali sekaligus praktisi wariga (Penghitungan hari baik-buruk), I Gede Marayana:

Baca Juga: 22 Tempat Wisata Hingga Budaya Bali yang Muncul di Film A Perfect Fit

1. Tujuan pernikahan adalah untuk melahirkan keturunan yang suputra

6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya LhoUnsplash/Manuel Schinner

Marayana mengatakan, untuk melangkah ke jenjang hidup berumah tangga, perlu diketahui terlebih dulu apa tujuan pernikahan itu sendiri. Dalam ajaran Agama Hindu di Bali, tujuan pernikahan bukan hanya sebatas kepuasan lahiriah saja. Tujuan utama pernikahan adalah menumbuhkan suputra atau keturunan yang baik. Keturunan yang baik diyakini akan menempatkan orangtuanya di tempat yang baik secara dunia maupun akhirat.

Secara budaya, landasan manusia Bali, kata Marayana, mengacu pada petikan Kakawin Ramayana tentang sosok Prabu Dasarata yang tiada lain ayah dari Rama dalam epos cerita Ramayana. Berikut petikan Kakawin Ramayana tersebut:

Gunamanta Sang Dasarata

Wruh Sira Ring Weda, Bakti Ring Dewa

Tarmalupeng Pitra Puja

Masih Te Sireng Swagotra Kabeh

Maknanya:

Seperti Sang Dasarata yang bijaksana

Beliau tahu tentang pengetahuan suci Weda

Bakti pada Tuhan

Tidak pernah melupakan penghormatan pada leluhur

Demikian juga mencintai saudara, keluarga, orang lain, dan sesama mahluk ciptaan Tuhan.

“Inilah syarat manusia Bali. Untuk menciptakan ini (Keturunan suputra seperti petikan Kakawin Ramayana) adalah dengan jalan melalui perkawinan yang harus dipahami maksud dan tujuannya. Bahwa menikah tujuannya untuk melahirkan keturunan yang suputra,” jelas Marayana.

Baca Juga: Rekomendasi Hari Baik Menikah Tahun 2021 Menurut Kalender Saka Bali

2. Tujuan perkawinan harus dilandasi oleh lima unsur yang baik

6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya LhoTengah: I Gede Marayana ketika menerima penghargaan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Marayana melanjutkan, suksesnya seseorang untuk mencapai tujuan, yang dalam hal ini tujuan menikah, harus dilandasi oleh beberapa unsur. Antara lain tahu tujuan yang akan dicapai, memiliki kemampuan untuk melaksanakan tujuan itu, tempat yang baik untuk melaksanakan tujuan itu, waktu pelaksanaan yang tepat untuk melaksanakan tujuan itu, serta landasan atau pedoman yang dipakai untuk mencapai tujuan itu.

“Sebaik apapun tujuan Anda, kalau kemampuan tidak sesuai dengan tujuan itu, kemudian tempatnya tidak sesuai, dan pada waktu yang tidak tepat, itu dianggap meninggalkan sastra dan akan berakibat tidak baik,” terangnya.

Baca Juga: 6 Doa Hindu Tuntunan Berumah Tangga, Biar Semakin Harmonis

3. Hari baik perkawinan juga turut mendukung kesuksesan seseorang mencapai tujuan menikah

6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya Lholovecatalogue.com

Untuk mencari hari baik pernikahan, menurut Marayana ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam kalender Saka Bali. Yaitu:

  • Berdasarkan wewaran, hari yang baik untuk menikah adalah hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat
  • Berdasarkan pawukon, wuku yang seharusnya dihindari yakni Rangda Tiga dan Uncal Balung. Rangda Tiga harus dihindari karena diyakini bisa cerai dan menjadi janda atau duda hingga tiga kali. Wuku yang termasuk Rangda Tiga antara lain Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang, Menail, dan Prangbakat. Sedangkan Uncal Balung diyakini bahtera rumah tangga akan menemui sengsara seumpama tulang yang dihancurkan. Uncal Balung dimulai dari seminggu sebelum Galungan (Rabu Pon Wuku Sungsang) hingga 35 hari depan bertemu Rabu Kliwon Wuku Pahang.
  • Berdasarkan pinanggal, yang baik diambil untuk hari baik menikah antara lain pinanggal 1, 2, 3, 5, 7 10, dan 13
  • Berdasarkan sasih, sangat baik melaksanakan pernikahan pada sasih Ketiga (Sekitar bulan Agustus sampai September), sasih Kapat (Sekitar bulan September sampai Oktober), sasih Kalima (Sekitar bulan Oktober sampai November), sasih Kapitu (Sekitar bulan Desember sampai Januari), dan sasih Kadasa (Sekitar bulan Maret sampai April)
  • Menghindari Ingkel Wong, Wuku Wayang, dan juga Was Penganten.

4. Pertemuan kelahiran berdasarkan nama dan Pancawara (Pasaran)

6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya LhoIlustrasi Menikah Muda (IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar)

Dalam berbagai referensi, pertemuan weton kelahiran dihitung menggunakan berbagai unsur yang diambil dari kelahiran masing-masing. Misalnya pertemuan Panca Wara, Sad Wara, Sapta Wara, dan unsur lainnya. Namun Marayana hanya melihat kecocokan pertemuan kelahiran secara lebih sederhana lagi, yakni kecocokan dari pertemuan nama dan Pancawara. Berikut penjelasannya:

Dari unsur pertemuan nama, ada dinamakan temu 6 dan temu 7. Jadi nama akhir dari pasangan yang akan menikah dijumlah, kemudian dibagi 5. Nah, sisa dari pembagian itu diyakini akan menentukan baik-buruknya jalan bahtera rumah tangga yang akan dilalui.

Berikut ini makna sisa pembagian setelah pertemuan nama dijumlah:

  • Nilai 1/sisa 1 = Sri, yang artinya sejahtera dan bahagia
  • Nilai 2/sisa 2 = Gedong, yang artinya rejekian dan tidak kurang sandang pangan
  • Nilai 3/sisa 3 = Peta, yang artinya suka bertengkar
  • Nilai 4/sisa 4 = Lara, yang artinya sengsara dan melarat
  • Nilai 5 = Pati, yang artinya celaka

Secara umum, akhiran nama seseorang memiliki nilainya, seperti berikut :

  • Nilai 1 : A Da Ma Pa
  • Nilai 2 : Na Ta Ga Ja
  • Nilai 3 : Ca Sa Ba Ya
  • Nilai 4 : Ra Wa Nga Nya
  • Nilai 5 : Ka La

Ambil contoh nama laki-laki dengan nama akhiran Mahardika dan nama akhir si perempuan bernama Anjani. Dari nama Mahardika diambil kata “Ka” dan dari nama Anjani diambil kata “Ni (Na)”. Ka bernilai 5 dan Ni bernilai 2. Ketika dijumlah menjadi 7, lalu dibagi 5, sisa 2. Sisa 2 berarti pasangan tersebut nemu Gedong yang artinya rezekian dan tak kurang sandang pangan.

Contoh lainnya bisa diambil dari film A Perfect Fit. Yakni pasangan Saski dan bernama I Gusti Agung Deni Wijaya. Saski dengan akhiran “Ki/Ka” bernilai 5, dan Wijaya dengan akhiran “Ya” bernilai 3. Jika digabung menjadi 8, dibagi 5, sisa 3. Sisa 3 berarti pasangan tersebut nemu Peta yang artinya selalu bertengkar.

Sementara dari segi kelahiran, Marayana hanya melihat dari sisi kecocokan Panca Wara kelahiran pasangan tersebut.

“Kalau kelahiran Pon (Posisi di barat) berseberangan dengan kelahiran Umanis (Posisi di timur). Begitu juga dengan kelahiran Paing dan Wage, juga berseberangan. Yang berseberangan tidak mungkin bertemu,” katanya.

5. Bila terlanjur tidak cocok dalam pertemuan weton, tidak mesti memutuskan hubungan

6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya LhoIlustrasi pasangan bertengkar (Pexels.com/Vera Arsic)

Pada sebagian kasus, ada banyak pasangan yang telah menjalin hubungan cukup lama. Namun ternyata dalam pertemuan weton baru diketahui tidak cocok. Dalam hal ini tentu diperlukan kebijaksanaan berpikir. Sebagai jalan keluar, kata Marayana, yang masih bisa diubah adalah nama. Sedangkan hari kelahiran memang tidak bisa diubah. Mengubah nama ini bukan dalam arti mengubah identitas KTP. Namun mengubah nama untuk panggilan sehari-hari.

“Ini namanya mesalin adan (Bersalin nama). Kalau hari kelahiran tak bisa diubah. Nama diganti, memohon nama baru di Kemulan (Tempat sembahyang di rumah). Nantinya nama itu dipakai untuk panggilan sehari-hari. Selain berganti nama, hari baik menikah juga mesti dicermati betul,” kata Marayana.

Sementara itu, soal mencari pertemuan dari berbagai sumber mata air sebagai solusi agar pasangan yang semula tidak cocok menjadi cocok, menurutnya itu hanya bertujuan untuk bayuh oton (Ruwatan). Bayuh oton menurut keyakinan Hindu di Bali bertujuan untuk menetralisir gangguan dan hal-hal negatif dalam dirinya. Bayuh berarti menyejukkan diri manusia dari hal-hal yang bersifat keras atau panas dari hari kelahirannya.

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

6. Pada akhirnya manusia hanya bisa berusaha, sedangkan jodoh adalah kuasa Tuhan

6 Alasan Orang Bali Mencocokkan Weton Sebelum Nikah, Ada Rumusnya LhoDigital Synopsis

Marayana menambahkan, kita tidak bisa terlalu berpatokan pada rumus pertemuan dua karakter kelahiran. Sebab di atas semua itu, Tuhan juga yang menentukan takdir seseorang. Jodoh ada di tangan Tuhan, dan manusia tidak bisa menentukan.

“Yang namanya berusaha, kita tetap berusaha. Tapi kekuasaan Beliau jangan dilampaui. Di akhir cerita, jadi atau tidaknya mereka bersatu, itulah namanya jodoh. Manusia tidak bisa menentukan,” jelasnya.

Maka Marayana merumuskan satu rumus sederhana, yakni N+K=J atau niat + kesempatan = jodoh. Seberapa besar niatnya, kalau kesempatan tidak ada, maka tidak akan berjodoh. Begitu juga seberapa besar kesempatan, kalau tidak ada niat, maka juga tidak akan jodoh.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya