5 Tradisi Prosesi Kematian di Indonesia, Masih Dilestarikan

Ada tradisi mencabik jenazah dari Bali lho

Kematian adalah rangkaian dalam kehidupan. Setiap daerah memiliki prosesi tersendiri terkait dengan kematian. Prosesi ini ada yang dilaksanakan secara tradisi dan diwariskan turun temurun.

Tentunya menarik juga untuk mengetahui beberapa tradisi yang tergolong unik terkait prosesi kematian di Indonesia. Langsung dibaca ya!

Baca Juga: 6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran Jenazah

Baca Juga: Sejarah Ngaben Tanpa Api di Desa Lemukih Buleleng, Unik!

1. Rambu Solo

5 Tradisi Prosesi Kematian di Indonesia, Masih DilestarikanRambu Solo. (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Tradisi ini termasuk Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Dilansir laman Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Rambu Solo adalah tradisi pemakaman di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orangtua atau keluarga/saudara yang telah meninggal dunia.

Uniknya, orang yang meninggal belum dianggap meninggal jika belum melaksanakan Tradisi Rambu Solo. Tradisi ini menggunakan berbagai macam hewan kurban seperti babi dan kerbau. Hal ini sebagai simbol memberikan bekal di dunia dan akhirat kepada orang yang meninggal.

Rangkaian upacara Rambu Solo berlangsung selama 7 hari. Beberapa prosesi yang dilaksanakan adalah memandikan jenazah, membungkus jenazah dengan kain, hingga mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman khas Toraja yang berada di lereng tebing.

2. Ma'nene

5 Tradisi Prosesi Kematian di Indonesia, Masih DilestarikanTradisi Ma'nene. (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Tradisi Tana Toraja yang berkaitan dengan kematian lainnya adalah Tradisi Ma'nene yang masuk sebagai WBTB Indonesia. Dilansir laman Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Tradisi Ma'nene untuk memberikan penghormatan kepada tomembali puang (arwah leluhur). Hal ini dilakukan karena mereka percaya arwah leluhur senantiasa memperhatikan dan memberkati kehidupan mereka di dunia.

Penghormatan ini dilakukan dengan membersihkan patene atau liang kubur tempat jenazah. Kemudian jenazah dikeluarkan dari patene untuk dibersihkan, dan pakaiannya diganti dengan yang baru. Patene sebagai tempat menaruh jenazah juga diganti dengan yang baru. Untuk informasi, jenazah ini tahan hingga ratusan tahun karena diberikan pengawet seperti mumi.

3. Tabuik

5 Tradisi Prosesi Kematian di Indonesia, Masih DilestarikanTradisi Tabuik. (Sumbarprov.go.id)

Tradisi Tabuik berasal dari Provinsi Bengkulu, dan Pantai Barat di Provinsi Sumatera Barat. Tradisi ini terdaftar sebagai WBTB Indonesia. Dikutip laman Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, upacara ini digelar pada Hari Asyura setiap tanggal 10 Muharam dalam kalender Islam. Hal ini dilaksanakan untuk memperingati kematian Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Tradisi ini melibatkan banyak orang dan pemerintah daerah. Tabuik atau Tabot ini terbuat dari anyaman bambu yang diberi hiasan kertas berwarna-warni. Pada bagian bawah tabuik terdapat kuda bersayap berkepala manusia yang disebut buroq, dan pada bagian atasnya terdapat bunga salapan sebagai puncak tabuik. Tabuik ini akan diarak keliling kampung pada hari pelaksanaan tradisi ini.

4. Tiwah

5 Tradisi Prosesi Kematian di Indonesia, Masih DilestarikanTradisi Tiwah. (Pustaka-bpnbkalbar.org)

Tiwah adalah tradisi yang terdaftar sebagai WBTB Indonesia yang berasal dari masyarakat Dayak di Provinsi Kalimantan Tengah. Dikutip laman Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Tradisi Tiwah adalah prosesi penyempurnaan dari upacara kematian seseorang yang memeluk Kaharingan, yang bertujuan untuk mengantar rohnya ke surga atau Lewu Tatau. Mereka percaya, perjalanan roh ke surga belum sempurna jika belum melaksanakan Tradisi Tiwah.

Tradisi ini dipimpin oleh seorang Pisor yang memiliki keahlian berbahasa Sangiang, bahasa khusus alam para roh atau dewa. Pelaksanaan tradisi ini terdiri dari beberapa rangkaian, makanya berlangsung selama 2 hingga 3 bulan. Bamun ada juga yang melaksanakannya secara singkat 3 hingga 9 hari, tergantung dari keadaan ekonomi keluarga.

Pada hari pelaksanaan, keluarga akan mengangkat tulang jenazah yang akan diupacarai. Prosesi Tiwah ditutup dengan jamuan makan, di mana Pisor akan mendoakan seluruh ahli waris atau keluarga penyelenggara Tiwah beserta seluruh pihak yang terlibat agar selalu diberikan rezeki dan keselamatan.

5. Mesbes Bangke

5 Tradisi Prosesi Kematian di Indonesia, Masih DilestarikanTradisi mesbes bangke. (YouTube.com/Nongmoltot Albekasi)

Menurut jurnal "Tradisi Mesbes Bangke dari Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar, Bali", yang ditulis oleh Ida Ayu Putu Sari dan I Made Yudabakti tahun 2022, Tradisi Mesbes Bangke berasal dari Banjar Buruan, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Mesbes Bangke memiliki arti mencabik jenazah atau mayat.

Selama prosesi ini berlangsung, warga asli Banjar Buruan akan berkumpul untuk menyambut jenazah dari rumah duka. Ketika jenazah yang diusung oleh anggota keluarga melewati kerumunan warga tersebut, mereka langsung melaksanakan Tradisi Mesbes Bangke. Warga akan berebutan untuk mencabik jenazah tersebut.

Mereka yang boleh mengikuti prosesi ini adalah warga asli Banjar Buruan saja. Namun di era saat ini, tradisi ini dilakukan tak seekstrem tahun 80-an. Biasanya pihak keluarga akan membungkus jenazah keluarganya secara berlapis-lapis agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, satu di antaranya mengurangi penyebaran kuman maupun penyakit.

Tradisi-tradisi prosesi kematian di Indonesia ini masih dilaksanakan lho sampai sekarang. Sebagai warisan budaya, sudah sepantasnya terus dilestarikan karena bisa sebagai daya tarik bagi wisatawan.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya