5 Tradisi di Bali yang Berasal dari Buleleng

Keren banget ya, tradisi di Bali gak pernah ada habisnya

Bali memang gudangnya seni, budaya, dan tradisi. Bahkan tradisi di setiap daerahnya berbeda-beda dan unik. Dari sembilan kabupaten/kota, tulisan ini akan mengulas tradisi unik khas Kabupaten Buleleng.

Kabupaten yang terletak di bagian utara Pulau Bali ini masih melestarikan tradisi-tradisi ini hingga sekarang. Berikut ini deretan tradisi di Bali yang berasal dari Buleleng.

Baca Juga: 5 Macam Tari Rejang di Bali, Pementasan yang Sakral

1. Tradisi Magoak-goakan

5 Tradisi di Bali yang Berasal dari BulelengTradisi Magoak-goakan. (YouTube.com/Rarekual Official)

Tradisi Magoak-goakan berasal dari Desa Panji, Kecamatan Sukasada, dan dilaksanakan pada saat menyambut Hari Raya Nyepi. Tradisi ini berupa permainan tradisional, yang terinspirasi dari seekor burung goak (gagak) sedang mengincar mangsanya.

Tradisi ini dilaksanakan untuk menghormati Ki Barak Panji Sakti, Raja Kerajaan Buleleng yang terkenal sakti dan pernah menaklukkan Kerajaan Blambangan. Sebab pencipta permainan ini adalah Ki Barak Panji Sakti.

Permainan ini terdiri dari dua kelompok (masing-masing 11 orang). Masing-masing kelompok berusaha untuk menangkap ekor (orang yang paling belakang) dari kelompok lainnya. Permainan ini biasanya dilakukan di tengah sawah atau arena yang berlumpur.

Baca Juga: Sejarah Canggu, Desa Wisata yang Super Populer di Bali

2. Ngusaba Bukakak

5 Tradisi di Bali yang Berasal dari BulelengTradisi Ngusaba Bukakak. (YouTube.com/Putu Project)

Tradisi Ngusaba Bukakak berasal dari Desa Giri Emas yang berada di Kecamatan Sawan. Bukakak berasal dari kata lembu (simbol Dewa Siwa) dan gagak (simbol Dewa Wisnu). Bukakak berbentuk seekor burung garuda atau paksi yang terbuat dari daun enau muda atau ambu. Hiasannya sendiri terbuat dari Bunga Kembang Sepatu atau pucuk.

Bukakak berisi seekor babi di dalamnya, sebagai lambang Dewa Sambhu. Namun babi ini lebih dulu diguling atau dipanggang hanya di bagian punggungnya saja, sedangkan bagian perutnya dibiarkan mentah. Makanya babi ini memiliki tiga warna yaitu merah sebagai lambang Dewa Brahma), hitam sebagai lambang Dewa Wisnu), dan putih sebagai lambang Dewa Siwa.

Bukakak ini nantinya akan diusung keliling desa oleh warga. Ngusaba Bukakak dilaksanakan dua tahun sekali pada saat Purnama sasih kadasa (bulan kesepuluh). Tujuannya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dalam wujudnya sebagai Dewi Kesuburan atas kesuburan dan hasil pertanian yang melimpah di Desa Giri Emas.

3. Sapi Gerumbungan

5 Tradisi di Bali yang Berasal dari BulelengTradisi Sapi Gerumbungan. (YouTube.com/Yuk Ke Buleleng)

Tradisi Sapi Gerumbungan mirip dengan Tradisi Makepung dari Kabupaten Jembrana. Bedanya, Tradisi Makepung merupakan lomba adu kecepatan sapi, sedangkan Tradisi Sapi Gerumbungan adalah lomba yang menilai jenis sapi, aksesori atau hiasan, dan atraksi joki atau penunggang sapi.

Gerumbungan memiliki makna genta besar, yang digantungkan di leher sapi. Tradisi ini menggunakan sapi jantan yang memiliki badan kekar.

Tradisi Sapi Gerumbungan dilaksanakan setiap bulan Agustus. Penonton ataupun wisatawan juga bisa ikut menjadi joki dan mengendalikan sapi tersebut.

4. Nyakan Diwang

https://www.youtube.com/embed/9TLWYtFelTo

Tradisi Nyakan Diwang dapat ditemui di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar. Tradisi yang memiliki arti memasak di depan rumah ini dilaksanakan setiap Ngembak Geni atau sehari setelah Hari Raya Nyepi.

Tradisi Nyakan Diwang baru dimulai bersamaan dengan suara kulkul desa, yang dipukul sebagai pertanda Hari Raya Nyepi telah selesai. Warga lalu mulai memasak di pinggir jalan depan rumahnya. Mereka menggunakan tungku dari bata atau batako, dan kayu bakar sebagai sumber apinya.

Hasil masakannya nanti akan dibagi-bagi kepada tetangga. Tradisi yang berasal dari warisan leluhur Desa Dencarik ini bertujuan untuk menjaga rasa kekeluargaan dan silaturahmi antar masyarakat di desa tersebut.

5. Upacara Nyeeb

5 Tradisi di Bali yang Berasal dari BulelengUpacara Nyeeb. (tajun-buleleng.desa.id)

Desa Tajun di Kecamatan Kubutambahan terdapat tradisi unik bernama Upacara Nyeeb. Yaitu upacara saat sepasang suami istri munggah makrama atau menek desa atau terdaftar secara resmi menjadi anggota krama Desa Pakraman Tajun. Upacara ini dilakukan setiap sasih kadasa (bulan kesepuluh) di Jaba Sisi Pura Desa Tajun.

Uniknya, ada aturan yang melarang warga desa tersebut untuk menikah dua bulan setelah Upacara Nyeeb.

Jika kamu sedang berwisata ke Bali, usahakan untuk melihat tradisi-tradisi bali yang berasal dari Buleleng ini ya. Sebab banyak kisah dan foto menarik yang bisa kamu abadikan.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya