5 Tari Sakral dari Kota Denpasar, Sangat Berkarisma

Jangan dikira Kota Denpasar gak punya kesenian sakral ya

27 Februari 2023, Kota Denpasar merayakan hari jadinya yang ke-235 tahun. Sebagai kota dengan tagline “Kota Berwawasan Budaya”, Denpasar juga memiliki beragam seni dan budaya yang masih dilestarikan sampai sekarang, termasuk tarian sakral.

Masih dalam suasana perayaan HUT Kota Denpasar, sebaiknya kita juga mengenal tari-tari sakral yang ada di kota ini. Apa saja? Langsung disimak ya, 5 tari sakral dari Kota Denpasar berikut ini.

Baca Juga: 10 Potret Pementasan Tari Bali pada Zaman Dulu

Baca Juga: 9 Raja Denpasar dari Puri Agung Denpasar

1. Tari Telek Sidakarya

5 Tari Sakral dari Kota Denpasar, Sangat BerkarismaTari Telek. (YouTube.com/Ketut Joel)

Tari sakral ini berasal dari Kelurahan Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, tepatnya Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya. Dikutip dari jurnal “Pendidikan Seni Batarirupa” oleh Ni Nyoman Ayu Bintang Agustini Maha Putri, Gusti Ayu Made Puspawati, dan Ni Made Pira Erawati pada tahun 2021, Tari Telek berawal ketika Desa Sidakarya masih terpecah dua dengan nama Dauh Jlinjing dan Dangin Jlinjing.

Kala itu masing-masing warga di daerah ini membuat tarian. Dauh Jlinjing membuat tarian joged berisi tarian rangda, dan Dangin Jlinjing membuat janger berisi tarian rangda. Setelah kedua daerah disatukan dengan nama Sidakarya, tarian ini ikut disatukan.

Kemudian oleh para penglingsir (tetua) desa, tarian ini disempurnakan dengan terlebih dahulu membuatkan tapel atau topeng telek dan jauk. Tidak sembarangan orang bisa menarikan tarian ini. Hanya orang-orang terpilih dan suci saja yang dapat menarikannya.

Tarian ini terdiri dari empat penari laki-laki, dan satu penari perempuan dengan sebutan masing-masing Ratu Mas Pemayu Jagat (Ratu dari Tari Telek sesuhunan), Ratu Mas Sekar Jepun, Ratu Mas Sekar Cempaka Kuning, Ratu Mas Sekar Cempaka Putih, dan Ratu Mas Sekar Tunjung. Tari sakral ini dipentaskan setiap Hari Tumpek Landep.

2. Tari Baris China, Kelurahan Renon

5 Tari Sakral dari Kota Denpasar, Sangat BerkarismaTari Baris Cina. (youtube.com/Bayu Mahardika)

Dikutip dari Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Tari Baris China yang berasal dari Kelurahan Renon, Kecamatan Denpasar Selatan ini terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2018. Tari Baris yang terdapat di Kelurahan Renon awalnya diciptakan sebagai tarian pengiring Gong Beri, gamelan sakral di lokasi ini.

Penarinya akan selalu kerauhan (kerasukan) selama menari dan mengucapkan kata-kata menggunakan Bahasa China. Warga setempat lalu menamakan tarian itu sebagai Tari Baris China.

Tari sakral ini dipentaskan ketika ada upacara di beberapa pura sekitar Kelurahan Renon maupun di luar kawasan tersebut. Tari Baris China juga terdapat di Kelurahan Sanur dengan kostum dan bentuk tarian yang sama dengan yang ada di Renon. Warga setempat meyakini, bahwa mereka memiliki keterkaitan sejarah antara kedua desa di Denpasar Selatan ini.

3. Tari Baris Kekupu Banjar Lebah

5 Tari Sakral dari Kota Denpasar, Sangat BerkarismaTari Baris Kekupu Banjar Lebah. (YouTube.com/

Dikutip dari jurnal "Tari Baris Kekupu dalam Upacara Mamukur di Banjar Lebah Desa Adat Sumerta Kaja Denpasar" yang ditulis oleh I Made Sudarsana, Anak Agung Dwi Dirgantini, dan Ida Bagus Darmayasa pada tahun 2020, Tari Baris Kekupu diciptakan oleh I Nyoman Kaler, seorang seniman kakebyaran Bali sekitar tahun 1930-an. Ia dibantu oleh I Wayan Rindi, seorang seniman yang berasal dari Banjar Lebah, Kelurahan Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur. Tarian ini diciptakan untuk mengiringi Upacara Mamukur di Griya Gede Lebah (sekarang bernama Griya Tegal Jingga).

Tari Baris Kekupu dipercaya sebagai simbol dewa yang menyinari perjalanan atma atau roh yang telah lepas dari unsur Panca Maha Bhuta (lima unsur utama yang ada di dunia). Awalnya tarian ini ditarikan oleh penari lak-laki. Namun karena di dalam tarian ada unsur legong, maka kemudian ditarikan oleh anak-anak perempuan. Walaupun sederhana, tarian ini mampu memunculkan suasana magis selama pementasannya, yaitu saat proses Mapurwa Daksina di Upacara Mamukur.

Tari Baris Kekupu sangat jarang dipentaskan, karena warga Banjar Lebah jarang melakukan Upacara Mamukur. Upacara Mamukur biasanya dilaksanakan terkait rentetan Upacara Pelebon di Griya Tegal Jingga.

4. Tari Sang Hyang Jaran Banjar Bun

5 Tari Sakral dari Kota Denpasar, Sangat BerkarismaTari Sang Hyang Jaran Banjar Bun. (Denpasarkota.go.id)

Satu Tari Sang Hyang yang cukup populer adalah Tari Sang Hyang Jaran (kuda). Tari sakral ini hampir ada di setiap daerah Bali, termasuk Kota Denpasar. Satu Tari Sang Hyang Jaran yang ada di Kota Denpasar adalah berasal dari Banjar Bun, Kelurahan Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur. Tarian ini telah ada sejak tahun 1905 dan diciptakan oleh Jero Mangku Selonog, pemangku pura di Banjar Bun.

Tari Sang Hyang Jaran ini mengambil kisah pemutaran Gunung Mandara atau Mandara Giri yang menggunakan pelawatan berupa jaran atau kuda. Penari tari sakral ini dipilih secara niskala (gaib) dalam prosesi nyanjan. Penari yang dipilih ada yang laki-laki maupun perempuan.

Tari Sang Hyang Jaran Banjar Bun ini menggunakan bara api yang terbuat dari batok kelapa. Sedangkan tarian sejenis lainnya biasanya menggunakan bara api dari serabut kelapa.

5. Tari Poleng Kesiman

5 Tari Sakral dari Kota Denpasar, Sangat BerkarismaTari Poleng Kesiman di Upacara Ngerebong. (Instagram.com/puradalemkesiman)

Tari Poleng Kesiman adalah tarian sakral yang ada di Desa Adat Kesiman. Pementasan Tari Poleng Kesiman terkait dengan pelaksanaan Tradisi Ngerebong di Pura Agung Petilan, Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur. Dikutip dari laman Isi-dps.ac.id, dan jurnal berjudul "Poleng Kesiman: Tari Keprajuritan Sakral Pada Upacara Ngerebong di Desa Kesiman" yang ditulis oleh alumni ISI Denpasar, IDB Surya Peredantha SSn, Tari Poleng Kesiman adalah tari wali yang merupakan simbol prajurit andalan Raja Kesiman.

Tari ini ditarikan oleh lima orang penari, masing-masing membawa senjata berupa tombak, parang, perisai, gada, dan keris. Tari Poleng ini sedikit berbeda dengan tari baris pada umumnya. Tarian ini menggunakan penutup kepala berupa lembaran kain berwarna poleng (warna hitam dan putih), yang dilipat mirip udeng atau destas.

Selama menarikan tarian ini, para penari kerauhan namun mereka masih mengingat gerakan yang dilakukan dan tidak berteriak-teriak histeris layaknya orang kerauhan pada umumnya. Penari yang dalam keadaan kerauhan ini akan menari dengan penuh karisma, layaknya seorang prajurit yang siap bertempur.

Walaupun berada di daerah perkotaan, seni maupun budaya warisan leluhur masih tetap dipertahankan oleh warga setempat. Selamat ulang tahun Kota Denpasar, semoga seni dan budayanya tetap lestari ya.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya