Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di Bali

Dalangnya sering terpengaruh sifat buruk tokoh wayang ini

Tumpek Wayang adalah hari suci umat Hindu yang dilaksanakan Sabtu Kliwon, wuku Wayang. Perayaan hari suci ini jatuh setiap 210 hari sekali.

Pada hari itu, umat Hindu melakukan tradisi penyucian untuk wayang. Biasanya warga yang memiliki wayang akan membuatkan upacara khusus. Tumpek Wayang memiliki filosofi untuk melakukan pembersihan, penyucian, dan pemuliaan alam semesta beserta isinya.

Terkait Tumpek Wayang, ada baiknya mengupas tentang wayang langka yang ada di Bali yaitu Wayang Cupak. Berikut fakta-fakta Wayang Cupak mengutip dari "Jurnal Seni Budaya Mudra, Volume 36, No 1", yang ditulis oleh Made Marajaya dan Dru Hendri, terbit pada Februari 2021.

Baca Juga: 6 Jenis Tari Sanghyang Jaran di Bali, Terkenal Sakral

1. Sejarah Wayang Cupak

Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di BaliPementasan Wayang Cupak. (YouTube.com/WAYANG CEPALA)

Wayang Cupak diperkirakan ada setelah ekspedisi Majapahit ke Bali. Setelah masuknya Majapahit, beberapa kesenian, satu di antaranya wayang, mulai masuk ke Bali. Kesenian ini digunakan sebagai media untuk penyebaran Agama Hindu.

Diperkirakan Wayang Cupak telah muncul di Bali pada zaman Bali Madya atau zaman pertengahan. Pada awalnya, Wayang Cupak digunakan untuk menguatkan upacara keagamaan kala itu.

Baca Juga: 5 Cerita yang Berkaitan dengan Hari Suci Hindu

2. Nama Wayang Cupak diambil dari nama tokoh utama

Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di BaliPementasan Wayang Cupak. (YouTube.com/WAYANG CEPALA)

Dalam mitologi masyarakat Bali terdapat cerita Cupak Gerantang, yang mengisahkan dua orang bersaudara bernama I Gede Cupak dan I Made Gerantang. Kedua saudara ini memiliki sifat yang berbeda.

Cupak memiliki sifat rakus, pemalas, dan bentuk tubuh yang buruk. Sedangkan Gerantang memiliki sifat sebaliknya. Karena begitu populernya tokoh Cupak, maka wayang ini menggunakan nama Wayang Cupak.

Wayang Cupak dikatakan sebagai wayang langka karena masih sedikit orang yang mau belajar menjadi dalangnya. Untuk menjadi dalang Wayang Cupak, biasanya ia akan terpengaruh oleh sifat-sifat si Cupak seperti merasa lapar, sering kentut, dan juga kehausan. Selain itu, selama mementaskan wayang ini, sang dalang sering mendapatkan cobaan secara niskala (spiritual atau gaib) dari orang-orang tidak bertanggung jawab.

3. Bahasa, penokohan, dan iringan musik

Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di BaliWayang Cupak. (instagram.com/guscupak)

Pementasan Wayang Cupak kebanyakan menggunakan Bahasa Bali dan Bahasa Kawi. Bahasa Kawi biasanya digunakan hanya sebagai penghias untuk menguatkan atau mematangkan lakon atau peran.

Bahasa Bali yang digunakan tidaklah menggunakan sor singgih (tingkatan bahasa) seperti halnya wayang kulit biasa. Hal ini karena tokoh yang dipertontonkan di Wayang Cupak sedikit, dan lebih banyak tokoh bebondresan (sosok yang humoris). Sehingga tidak perlu menggunakan Bahasa Bali alus dan Bahasa Kawi.

Tokoh utama dalam pementasan Wayang Cupak adalah I Gede Cupak, I Made Gerantang, Prabu Gobangwei, Raksasa Detya Benaru, Raden Galuh, Pan Bekung, dan Men Bekung. Gamelan pengiringnya menggunakan Gamelan Batel seperti dalam pementasan Wayang Ramayana atau Angklung Kebyar. Angklung ini memiliki unsur-unsur estetik yang lebih tinggi dari Gamelan Batel.

4. Lakon dalam pementasan Wayang Cupak

Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di BaliPementasan Wayang Cupak. (YouTube.com/WAYANG CEPALA)

Seperti halnya penokohan yang sedikit, lakon dalam pementasan Wayang Cupak juga terbatas. Berbeda jauh dengan lakon pada Wayang Ramayana dan Wayang Parwa. Wayang Cupak menggunakan sumber cerita panji. Lakon-lakon Wayang Cupak yang populer atau sering dipentaskan adalah Cupak Dadi Ratu, Cupak ke Swarga, dan Terbunuhnya Raksasa Benaru.

Lakon dalam pementasan Wayang Cupak tidaklah begitu penting bagi pentonton. Namun yang ditunggu-tunggu oleh penonton adalah unsur-unsur komedi atau lelucon yang menghibur.

Terkadang pementasannya juga mirip dengan Wayang Calonarang. Karena Cupak adalah putra Dewa Brahma, dan terdapat adegan dalang yang mengundang para penekun desti dan ilmu hitam. Namun ini tergantung dari keberanian sang dalangnya.

5. Selain tontonan, pertunjukan ini juga digunakan sebagai ruwatan

Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di BaliDalang Gus Cupak sedang meruwat seorang anak dengan Wayang Cupak. (instagram.com/guscupak)

Wayang Cupak juga berfungsi sebagai sarana ruwatan mirip dengan Wayang Sapuhleger. Jika Wayang Sapuhleger untuk meruwat anak yang lahir di wuku Wayang, maka Wayang Cupak digunakan untuk meruwat anak yang memiliki sifat tidak baik atau memiliki hari kelahiran yang tidak baik. Hal ini bertujuan untuk pembersihan diri baik secara niskala maupun sekala agar nantinya menjadi anak yang lebih baik.

Bebantenan dan prosesi ruwatan mirip dengan Wayang Sapuhleger, di mana yang melakukan ruwatan adalah sang dalangnya langsung setelah pementasan. Bebantenan atau sarana upacara juga ada tingkatannya, tergantung dari kemampuan dan permintaan keluarga anak yang akan diruwat.

Kenapa digunakan untuk meruwat? Hal ini terkait dengan Cupak yang merupakan putra dari Dewa brahma. Orang yang memiliki watak atau sifat tidak baik diruwat oleh orang yang bersifat buruk agar menjadi baik. Dewa Brahma melambangkan api. Segala sesuatu yang tidak baik akan dilebur oleh api, kemudian dinetralkan atau disomya menjadi baik.

Prosesi ruwatan dilakukan setelah pementasan wayang selesai. Sang anak akan diperciki oleh tirta wayang dan juga dibersihkan dengan minyak lampu blencong atau kelir. Prosesi ruwatan juga dapat dilalui tanpa adanya pementasan wayang untuk menghemat biaya. Namun terkadang, hal ini terasa kurang lengkap jika ruwatan tanpa adanya pementasan Wayang Cupak.

Sebagai seni langka, sudah seharusnya para generasi penerus mau menjadi dalang Wayang Cupak. Tentu saja dengan bimbingan dalang yang lebih dulu mempelajari Wayang Cupak ini. Hal ini diperlukan agar kesenian yang adiluhung tidak punah ditelan waktu. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya