Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh Gianyar, Mirip Halloween

Kayaknya sih kamu belum pernah dengar tradisi ini di Bali

Bali selain karena keindahan alamnya, juga dikenal sebagai pulau yang kaya akan tradisi adatnya. Berbagai macam tradisi hingga sakral sekalipun ada di sini.

Rasanya masih sedikit ada yang tahu tentang tradisi unik di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Namanya Tradisi Ngedeblag. Tradisi ini dilaksanakan tiga kali. Yaitu pada sasih kelima atau bulan kelima, kaenam (bulan keenam), dan kapitu (bulan ketujuh) dalam penanggalan Kalender Bali.

Berikut ini fakta tentang Tradisi Ngedeblag, yang kostumnya mirip perayaan Halloween.

Baca Juga: 6 Tradisi Unik Galungan di Bali, Tak Sekadar Ritual Belaka

1. Sejarah Tradisi Ngedeblag

Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh Gianyar, Mirip HalloweenProsesi tradisi Ngedeblag. (YouTube.com/Mia Yudiani)

Dikutip dari Jurnal Penelitian Agama Hindu Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, berjudul Tradisi Ngedeblag di Desa Pakraman Kemenuh, Kecamatan Sukawati Gianyar, yang ditulis oleh Ni Putu Dian Yudiani, I Wayan Mandra, dan I Ketut Gunarta, tradisi ini bermula dari keluarga brahmana wangsa (golongan) Kemenuh yang menetap di Desa Tegal Wanasari.

Sang brahmana bernama Ida Nyoman Kemenuh sedang dilanda kebingunang, karena keluarganya diserang oleh wabah penyakit yang merenggut nyawa ayah dan ibunya.

Karena ancaman wabah ini meningkat dan mengancam keselamatan warga desa, beliau melakukan tapa semadi yang bertujuan untuk memohon petunjuk dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar warga Wanasari Kemenuh terhindar dari ancaman wabah penyakit tersebut.

Baca Juga: 5 Sarana Wajib yang Ada di Penjor Galungan, Gak Harus Mewah

2. Nama Ngedeblag ada kaitannya dengan suara bising yang ditimbulkan

Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh Gianyar, Mirip HalloweenWarga membawa benda-benda yang mengeluarkan suara. (instagram.com/yudiatmika20)

Tapa semadi sang brahmana membuahkan hasil. Ia mendapatkan pawisik (Tuntunan secara gaib) agar melaksanakan ritual atau upacara untuk menetralisir wilayah Desa Kemenuh dari segala jenis wabah penyakit.

Upacara ini adalah jenis upacara pesasihan atau dilaksanakan pada sasih atau bulan tertentu. Selama pelaksanaannya terdapat suara-suara bising yang datang dari suara gamelan, dan suara dari masyarakat. Sehingga masyarakat setempat menyebut tradisi ini dengan nama Ngedeblag.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

3. Hari pelaksanaan tradisi Ngedeblag

Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh Gianyar, Mirip HalloweenProsesi tradisi Ngedeblag. (YouTube.com/Mia Yudiani)

Tradisi Ngedeblag dilaksanakan pada hari Kajeng Kliwon. Pelaksanaannya tidak hanya sekali, melainkan tiga kali yaitu pada sasih kalima (bulan kelima), kaenam (bulan keenam), dan sasih kapitu (bulan ketujuh).

Pelaksanaannya dimulai pada siang hari sekitar pukul 12.00 Wita. Tradisi ini diikuti oleh seluruh masyarakat Desa Kemenuh segala usia dan jenis kelamin.

4. Menggunakan pakaian seram diiringi oleh suara yang bising

Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh Gianyar, Mirip HalloweenTradisi Ngedeblag. (instagram.com/waynedo_17)

Dalam Tradisi Ngedeblag, masyarakat akan berjalan mengelilingi desa untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif yang dapat mengganggu kehidupan di wilayahnya. Keunikannya akan terlihat ketika tradisi ini dilaksanakan pada sasih kelima. Para pria menggunakan kostum seram bak perayaan Halloween. Sedangkan pada pelaksanaan sasih kaenam dan kapitu, masyarakat menggunakan pakaian adat biasa tanpa riasan seram.

Pada sasih kelima, para pria atau krama lanang dari anak-anak hingga dewasa turut serta menghias dirinya dengan wujud yang menyeramkan. Mereka juga akan mengenakan pakaian adat Bali. Namun beberapa masyarakat ada yang tidak menggunakan baju alias bertelanjang dada.

Anak-anak bertugas membawa pelepah enau yang melambangkan hutan, sedangkan krama lanang dewasa membawa peralatan-peralatan yang dapat mengeluarkan bunyi. Walaupun sudah membawa peralatan yang mengeluarkan suara, iring-iringan tetap menggunakan gamelan baleganjur untuk menambah semarak dan semangat masyarakat.

5. Makna dan fungsi Tradisi Ngedeblag

Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh Gianyar, Mirip HalloweenPersiapan tradisi Ngedeblag. (youtube.com/Mia Yudiani)

Tidak hanya masyarakat setempat saja yang mengelilingi desa. Ida Sesuhunan Ida Ratu Agung Lanang Istri turut serta dalam tradisi ini. Hal ini merupakan simbol kehadiran kekuatan Tuhan atau para Dewata untuk mengusir atau menetralisir kekuatan-kekuatan negatif yang mengganggu ketenteraman masyarakat Desa Kemenuh.

Selain itu, tirta atau air suci yang sudah mendapatkan berkat dari kekuatan Ida Sesuhunan juga diperciki ke arah masyarakat maupun lingkungan selama mengelilingi desa. Tujuannya untuk membersihkan kekotoran-kekotoran rohani (nonfisik) masyarakat dan lingkungan desa.

Tradisi Ngedeblag memiliki makna sebagai wujud bhakti masyarakat Desa Kemenuh kepada Ida Sesuhunan dan leluhur mereka, karena telah melestarikan hingga sekarang. Wujud bhakti ini sebagai jalan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan masyarakat dan wilayah Desa Kemenuh.

Pelaksanaan tradisi ini juga bertujuan untuk mempererat rasa persaudaraan antara masyarakat Desa Kemenuh. Hal itu terlihat selama pelaksanaan tradisi, di mana seluruh masyarakat usia muda dan segala jenis kelamin secara bersama-sama, saling bergotong-royong untuk menjaga kelancarannya. Tradisi-tradisi unik seperti ini harus dijaga kelestariannya, tidak hanya di Bali saja, tetapi juga seluruh nusantara.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya