Sejarah Tari Sandar Khas Kedonganan, Kesenian Sakral di Bali

Tarian ini gak boleh sembarangan dipentaskan

Bali memiliki beragam jenis tari. Satu di antaranya jenis tari wali atau tari yang dipentaskan pada upacara tertentu saja. Tari wali tergolong sakral, dan jumlahnya sangat banyak di Bali. Seperti di Desa Kedonganan, Kabupaten Badung, yang memiliki sebuah tari sakral bernama Tari Sandar.

Tari Sandar sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan Tradisi Mepajar di Desa Kedonganan. Seperti apa fakta-fakta tentang seni tari yang mirip dengan Tari Telek ini? Berikut penjelasannya, dikutip dari Jurnal Sanjiwani berjudul Tari Sandar Sebagai Benteng Pertahanan Adat Di Desa Adat Kedonganan Kuta, yang ditulis oleh I Made Sudarsana.

Baca Juga: Makna Ritual Basmerah di Bali, Penetral Penyakit Pancaroba

Baca Juga: 5 Prosesi Mengurus Orang Meninggal Secara Hindu di Bali

1. Sejarah Tari Sandar di Desa Kedonganan

Sejarah Tari Sandar Khas Kedonganan, Kesenian Sakral di BaliPementasan Tari Sandar di Desa Kedonganan. (YouTube.com/iWagu Production)

Tari Sandar berawal dari zaman kerajaan, ketika Desa Kedonganan masih menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Mengwi. Saat Kerajaan Mengwi dikalahkan oleh Kerajaan Badung, raja mengutus para ksatrianya ke masing-masing daerah, termasuk Desa Kedonganan. Para ksatria ini memberikan sebuah barong ket sakral sebagai simbol desa ini masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Badung.

Barong ket ini dinamakan Ida Ratu Ayu Sapu Jagat, yang hanya ditempatkan di tempat suci bernama Gedong Ratu Ayu di Desa Kedonganan. Ida Ratu Ayu Sapu Jagat tidak ditarikan (mesolah) layaknya barong-barong biasanya. Karena itu, masyarakat, tetua, beserta pengurus desa sepakat untuk membuat barong dan rangda baru. Barong ini kemudian diberi nama Ida Ratu Ayu Manik Mas Mengetel.

Barong Ida Ratu Ayu Manik Mas Mangetel ini menjadi awal berkembangnya Tari Sandar di Desa Kedonganan. Tari ini diciptakan untuk mengiringi barong dan rangda yang sedang menari atau mesolah.

2. Tari Sandar terdiri dari Sandar Cenik dan Sandar Gede

Sejarah Tari Sandar Khas Kedonganan, Kesenian Sakral di BaliPementasan Tari Sandar Gede di Desa Kedonganan. (YouTube.com/iWagu Production)

Saat pementasan, terdapat dua kelompok penari Tari Sandar. Mereka disebut dengan nama Sandar Cenik dan Sandar Gede. Kedua kelompok Sandar ini sebagai simbol kebaikan atau keburukan, atau kekuatan positif dan negatif. Sama halnya seperti simbol dari barong dan rangda.

Sandar Cenik mencerminkan sosok putri menawan. Para penarinya menggunakan gelungan cecandian dan payung atau tedung sebagai aksesorinya. Sedangkan Sandar Gede digambarkan sebagai sosok atau karakter antagonis. Topeng penarinya berwarna merah, hitam, dan putih.

3. Busana dan aksesori Tari Sandar

Sejarah Tari Sandar Khas Kedonganan, Kesenian Sakral di BaliPementasan Tari Sandar Cenik di Desa Kedonganan. (YouTube.com/iWagu Production)

Setiap tarian di Bali menggunakan busana dan aksesori sebagai ciri khasnya. Busana dan ini juga menunjukkan karakteristik dari penari tersebut. Begitu halnya dengan Tari Sandar, tarian ini memiliki busana dan aksesori mirip dengan Tari Telek.

Masing-masing penari Tari Sandar menggunakan gelungan (mirip seperti topi atau mahkota yang ditaruh di kepala) cecandian mirip candi. Gelungan ini menggunakan kober atau bendera berwarna kuning pada sisi sampingnya. Untuk busananya, menggunakan baju lengan panjang, kamen atau kain berwarna putih, dan celana panjang berwarna putih. Sedangkan untuk penari Sandar Gede menggunakan baju berwarna hitam.

Tari Sandar menggunakan beberapa aksesori seperti:

  • Lamak untuk menutupi bagian depan badan. Lamak terbuat dari kain berwarna-warni
  • Badong bebancihan adalah hiasan yang terletak di pundak yang berbentuk bundar, diikat pada leher dengan hiasan dari bahan mote
  • Penari Sandar menggunakan keris yang ditaruh di punggung penari
  • Gelang kana digunakan pada bagian pergelangan tangan
  • Stewel digunakan pada bagian kaki.

Antara penari Sandar Cenik dan Sandar Gede terdapat beberapa perbedaan di topeng (tapel) dan aksesori. Untuk tapel Sandar Cenik berwarna putih dengan nuansa kekuning-kuningan, yang menggambarkan wajah perempuan menawan, berkarakter halus, lembut, dan berwibawa. Sedangkan tapel Sandar Gede berwarna merah padam yang menggambarkan watak keras, garang, dan berkuku panjang.

Penari Sandar Cenik menggunakan aksesori payung, sebagai simbol peneduh atau pelindung dan keagungan. Selain payung, Sandar Cenik juga membawa kipas yang melambangkan keluwesan dan mengandung unsur estetis.

4. Pementasan Tari Sandar

Sejarah Tari Sandar Khas Kedonganan, Kesenian Sakral di BaliPementasan Tari Sandar di Desa Kedonganan. (YouTube.com/iWagu Production)

Pementasan Tari Sandar dilaksanakan pada Hari Galungan, Kuningan, dan Kajeng Kliwon tertentu. Pementasan ini berbarengan dengan Tradisi Mepajar yang ada di Desa Kedonganan. Tari Sandar menjadi pengiring dari barong dan rangda saat Mepajar atau mesolah. Tari sakral ini akan mengawali prosesi Mepajar tersebut.

Proses pementarannya dilakukan di Catus Pata Desa atau perempatan utama Desa Kedonganan. Dipilihnya lokasi ini karena masyarakat percaya, Catus Pata menjadi tempat berkumpulnya para bhuta dan bhuti atau kekuatan negatif. Tari Sandar berfungsi untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar tidak mengganggu keharmonisan Desa Kedonganan dan sekitarnya.

Gamelan yang digunakan untuk mengiringi Tari Sandar adalah gamelan gong kebyar dengan alunan cepat, keras, dan dinamis. Karena fungsinya untuk menetralisir kekuatan negatif, masyarakat Desa Kedonganan menganggap tari ini sebagai benteng pertahanan adat setempat.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya