Sejarah Pura Luhur Pakendungan, Piodalan pada Hari Kuningan

Rahajeng Kuningan, semeton

Hari Raya Kuningan jatuh setiap 210 hari sekali tepatnya Sabtu, Saniscara Kliwon, wuku Kuningan. Terdapat beberapa pura yang piodalannya (upacara utama atau perayaan hari jadi tempat suci) jatuh pada Hari Raya Kuningan. Satu di antaranya Pura Luhur Pakendungan.

Pura Luhur Pakendungan masih satu kawasan dengan Pura Luhur Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Seperti apa ya sejarah Pura Luhur Pakendungan Tabanan ini, dan bagaimana kaitannya dengan keris pusaka Ki Baru Gajah?

Baca Juga: Bedanya Hari Raya Kuningan dan Galungan di Bali

Baca Juga: Isi Sarana Upacara Hari Raya Kuningan, Beda dengan Galungan

1. Sejarah Pura Luhur Pakendungan

Sejarah Pura Luhur Pakendungan, Piodalan pada Hari KuninganWarga saat gotong-royong (ngayah) mempersiapkan piodalan di Pura Luhur Pakendungan. (bali.kemenag.go.id)

Menurut Purana Pura Luhur Pakendungan, pura yang terletak di Barat Pura Tanah Lot ini selesai dibangun pada tahun 1408 Masehi atau tahun Saka 1330. Pura ini selesai dibangun sebelum Dang Hyang Nirarta melakukan perjalanan suci ke Desa Beraban. Sesampai Dang Hyang Nirarta yang juga memiliki sebutan Dang Hyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh ini tiba di pura, ia mengajarkan berbagai keahlian dan ilmu keagamaan kepada masyarakat sekitar.

Dang Hyang Nirarta mengajar sambil duduk di sebuah batu lengser atau batu dengan bidang datar yang luas. Batu lengser ini tepat berada di bawah Pohon Pakendungan. Berkat jasa Dang Hyang Nirarta, maka pura ini diberi nama Pura Pakendungan.

2. Berfungsi menjaga kemakmuran

Sejarah Pura Luhur Pakendungan, Piodalan pada Hari KuninganWarga saat gotong-royong (ngayah) mempersiapkan piodalan di Pura Luhur Pakendungan. (bali.kemenag.go.id)

Umat Hindu biasanya memuja kebesaran Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Hyang Widhi Wasa di setiap pura. Begitu juga dengan Pura Luhur Pakendungan, yang dipuja di sini adalah Ida Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Sadhana Tra. Hyang Sadhana Tra berfungsi menjaga kemakmuran di Desa Beraban dan sekitarnya.

Pura Luhur Pakendungan juga memiliki fungsi penting yang berkaitan dengan pertanian. Pura ini dipercaya memiliki kekuatan sebagai penjaga tanaman agar tidak terkena hama penyakit. Jika ada hama atau penyakit yang menyerang tanaman, maka desa setempat akan mengadakan upacara untuk menetralisir wabah di pura ini.

3. Berkaitan dengan keris pusaka bernama Keris Ki Baru Gajah

Sejarah Pura Luhur Pakendungan, Piodalan pada Hari KuninganKeris Ki Baru Gajah saat prosesi tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Saat Dang Hyang Nirarta berkunjung ke Pura Pakendungan, ia memberikan Keris Ki Baru Gajah kepada Bendesa Sakti (kepala desa setempat). Keris ini dulunya pernah digunakan untuk membunuh Ki Bhuta Babahung berkepala gajah. Makanya, keris sakti diberi nama Ki Baru Gajah.

Keris sakti ini memiliki kemampuan untuk mengusir berbagai hama penyakit. Keris ini kemudian distanakan di Puri Kediri, Kabupaten Tabanan. Sesuai bishama (pesan) Dang Hyang Nirarta, Keris Ki Baru Gajah harus dihaturkan sesaji di Pura Luhur Pakendungan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Hari Raya Kuningan. Keris sakti ini akan diarak dengan cara berjalan kaki sejauh 11 kilometer, dari Puri Kediri ke Pura Luhur Pakendungan.

Tradisi ini kemudian diberi nama Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah. Selain untuk menghaturkan sesaji, tradisi ini berfungsi untuk mengusir segala hama penyakit dan kekuatan negatif yang mengganggu kehidupan masyarakat Kediri, sehingga mendatangkan kesejahteraan.

Keris Ki Baru Gajah akan distanakan di sebuah meru bernama Meru Payogan Ida Bhatara Hyang Sedhana Tra. Setelah dihaturkan sesaji, Keris Ki Baru Gajah akan berstana di Pura Luhur Pakendungan hingga piodalan selesai. Selesai piodalan, keris pusaka ini kembali diarak menuju ke Puri Kediri.

Seperti halnya Pura Tanah Lot, Pura Luhur Pakendungan dipuja oleh seluruh umat Hindu. Ketika piodalan di Hari Kuningan, umat Hindu akan bersembahyang di pura ini untuk memohon keselamatan dan kerahayuan. Jika kamu berencana untuk bersembahyang pada Hari Kuningan, sebaiknya bersabar ya. Sebab harus mengantre.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya