Sejarah Pura Er Jeruk di Sukawati

Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Seribu Pura. Banyak pura dengan keunikannya tersendiri tersebar di berbagai daerah di Bali. Satu di antaranya adalah Pura Er Jeruk yang berada di Kabupaten Gianyar.
Pura yang berada dekat dengan pantai ini berstatus sebagai pura kahyangan jagat dan pura dang kahyangan. Pura Er Jeruk sering dikaitkan dengan perjalanan suci Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha. Seperti apa fakta-fakta tentang Pura Er Jeruk?
Berikut adalah penjelasannya yang dikutip dari buku berjudul Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk yang ditulis oleh Dr Drs AA Gede Raka MSi dan Drs I Wayan Sudana MSi.
1. Sejarah keberadaan Pura Er Jeruk

Hingga saat ini, belum ada sumber naskah kuno yang menyebutkan secara pasti pembangunan Pura Er Jeruk. Pura yang terletak di pinggir Pantai Purnama, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini dihubungkan dengan perjalanan suci Mpu Kuturan dan Dang Hyang Dwi Jendra atau Dang Hyang Nirartha.
Pada abad ke-11 Masehi, Mpu Kuturan merupakan seorang purohita atau pendeta istana kerajaan yang dipimpin oleh Udayana Warmadewa. Mpu Kuturan membangun beberapa pelinggih untuk menyempurnakan bangunan yang telah ada.
Selanjutnya, penyempurnaan Pura Er Jeruk dilanjutkan oleh Dang Hyang Dwijendra atau Dang Hyang Nirartha. Menurut Lontar Dwijendra Tatwa, Dang Hyang Dwijendra melakukan perjalanan suci atau Dharma Yatra dari Uluwatu menuju Goa Lawah. Ia singgah di Pura Er Jeruk.
Dang Hyang Dwijendra kemudian melakukan penyempurnaan dan perubahan terhadap bangunan pura. Penyempurnaan tersebut meliputi perluasan halaman pura, penambahan pelinggih (bangunan suci), dan beberapa lainnya. Dapat dikatakan, Pura Er Jeruk termasuk pura hasil pembaharuan yang dilakukan oleh Dang Hyang Dwijendra, seperti yang terlihat sampai sekarang.
2. Asal-usul nama Pura Er Jeruk

Terdapat beragam versi asal-usul nama Pura Er Jeruk. Ada yang menyebutkan nama Er Jeruk berasal karena lokasi pura berada di area sawah yang bernama Subak Juwuk. Cerita lainnya menyebutkan bahwa nama pura dikaitkan dengan ceruk yang ada di sebelah selatan pura. Terdapat air laut yang menjorok ke lingkungan pura yang berbentuk seperti ceruk. Sehingga pura diberi nama Er (air) Jeruk (ceruk).
Sedangkan Lontar Dwijendra Tatwa menyebutkan bahwa nama pura dikaitkan dengan Dharma Yatra Dang Hyang Dwijenda. Saat perjalanan dari Uluwatu ke Goa Lawah, Dang Hyang Dwijendra mampir di sebuah tempat bernama Subak Leba. Masyarakat setempat menyuguhkan air jeruk. Pura yang berada di lingkungan Subak Leba kemudian diberi nama Pura Er Jeruk.
3. Struktur Pura Er Jeruk

Pura Er Jeruk memiliki tiga mandala (halaman) yaitu mandala pertama (Bhur Loka), mandala kedua (Bhuwah Loka), dan mandala ketiga (Swah Loka). Mandala ini sebagai simbol keberadaan alam semesta. Masing-masing mandala memiliki nilai kesucian yang berbeda.
Area Swah Loka atau mandala utama (jeroan) terdapat beberapa bangunan suci utama di Pura Er Jeruk. Bangunan padmasana merupakan konsep dari Dang Hyang Nirartha. Padmasana berfungsi untuk memuja Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Meru tumpang lima menjadi pelinggih inti di Pura Er Jeruk. Bangunan suci ini berfungsi sebagai tempat memuja Dewa Putrajaya. Selain meru tumpang lima, terdapat juga meru tumpang tiga. Bangunan suci ini dibangun untuk menghormati kebesaran Dang Hyang Dwijendra yang telah melakukan pembaharuan di Pura Er Jeruk.
Untuk menghormati kedatangan Mpu Kuturan di Bali, terdapat pelinggih Ratu Menjangan Saluang. Berikutnya terdapat Limas Catu atau pelinggih Ratu Meres memiliki puncak atap yang dibuat datar. Pelinggih ini berfungsi untuk memuja (penyawangan) Ida Bhatara di Gunung Lempuyang.
Selain bangunan suci di atas, masih terdapat beberapa bangunan suci lainnya seperti pelinggih Ratu Ngurah Agung, pelinggih Sapta Patala, bale paingkupan, bale peselang, bale pewedan, bale gong, peletasan, bale pelik, kori agung, bale pengiyasan, bale lumbung, pelinggih Ratu Ngurah Anom, meru tumpang dua, limas sari, padmasari, palinggih tirta, pangaruman, dan pelinggih widyadara dan widyadari.
Masyarakat yang mendapatkan kewajiban ngemong atau ngempon (pengempon) Pura Er Jeruk adalah warga (krama) Subak Gede Sukawati. Pura Er Jeruk melaksanakan upacara atau piodalan setiap 210 hari sekali tepatnya pada hari Pegatwakan, Rabu, Buda Kliwon, wuku Paang.