Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri Bali

Info aja nih. Ini bukan Kediri dari Jawa Timur ya #Bali

Tumpek Landep adalah hari suci umat Hindu di Bali, yang dilaksanakan pada Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Landep.

Hari Tumpek Landep sangat erat kaitannya dengan senjata. Keris, contohnya. Tulisan kali ini akan mengangkat sebuah cerita tentang Keris Ki Baru Gajah, yang dipercaya memiliki kekuatan suci oleh warga di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Seperti apa cerita ini dan apa kaitannya dengan Tradisi Ngerebeg di daerah tersebut?

Berikut penjelasannya, dikutip dari Jurnal Sosial dan Humaniora yang berjudul "Wacana Sosial Mitos Keris Ki Baru Gajah dalam Tradisi Ngerebeg di Kecamatan Kediri, Tabanan" karya Anak Agung Ayu Meitridwiastiti, Program Studi Sistem Informasi, STIKOM Bali, tahun 2017.

Baca Juga: 5 Jenis Wayang Kulit di Bali, Ada yang Prosesi Ngundang Leak

Baca Juga: Sejarah Apa Itu Minuman Loloh, Jamu Tradisional Bali

1. Sejarah Keris Ki Baru Gajah

Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri BaliKeris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Kisah Keris Ki Baru Gajah terdapat dalam karya sastra kuno, Purana Pura Luhur Pakendungan. Keris ini erat kaitannya dengan perjalanan seorang pendeta sakti bernama Dang Hyang Dwijendra ke Bali.

Kala itu, Dang Hyang Dwijendra mengunjungi Pura Luhur Pakendungan yang terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Ia kemudian bertemu bendesa (kepala desa) Desa Beraban.

Dalam pertemuan itu, Dang Hyang Dwijendra memberikan sebilah keris sakti bernama Ki Baru Gajah, yang berguna untuk mengusir berbagai macam hama penyakit. Keris ini diberi nama Ki Baru Gajah karena digunakan sebagai senjata untuk membunuh Ki Bhuta Babahung yang berkepala gajah.

2. Keris Ki Baru Gajah distanakan di Puri Kediri

Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri BaliKeris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Seiring berjalannya waktu, daerah-daerah pesisir pantai selatan dikuasai oleh Prabu Singhasana (Tabanan). Oleh Prabu Singhasana, keris Ki Baru Gajah distanakan (ditempatkan) di Keraton Singhasana.

Saudara Prabu Singhasana yang bernama I Gusti Ngurah Celuk mendapat tugas untuk menguasai wilayah selatan. Wilayah ini meliputi daerah-daerah yang berada di sebelah timur Tukad Yeh Panahan, dan sebelah barat Tukad Yeh Penet. I Gusti Ngurah Celuk juga mendapat tugas sebagai panganceng (orang yang bertanggung jawab) Pura Luhur Pakendungan dan Pura Luhur Tanah Lot.

Saat itu I Gusti Ngurah Celuk telah selesai membangun Puri Kediri. Ia kemudian menstanakan Keris Ki Baru Gajah di Puri Kediri.

3. Awal mula Tradisi Ngerebeg

Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri BaliKeris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Dang Hyang Dwijendra berpesan atau mengeluarkan bhisama pada saat memberikan Keris Ki Baru Gajah tersebut. Pesannya adalah Keris Ki Baru Gajah harus dihaturkan sesaji (upacara) dan disungsung di Pura Luhur Pakendungan. Karena bhisama tersebut, keris tersebut diusung oleh krama (warga) Desa Pakraman Kediri dari Puri Kediri ke Pura Luhur Pakendunga setiap hari Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan atau Hari Raya Kuningan.

Warga di Desa Pakraman Kediri menganggap Keris Ki Baru Gajah sangat sakral. Makanya prosesi pengusungan keris dari Puri Kediri ke Pura Luhur Pekendungan ini dijadikan sebagai tradisi sakral bernama Tradisi Ngerebeg. Warga Kediri berjalan kaki sejauh 11 kilometer menuju Pura Luhur Pekendungan selama prosesi ini berlangsung.

4. Prosesi Tradisi Ngerebeg

Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri BaliKeris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Tradisi yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali ini dimulai dari Puri Kediri. Setelah tiba di Pura Luhur Pekendungan, Keris Ki Baru Gajah ditempatkan di sebuah meru (bangunan suci) bernama Meru Payogan Ida Bhatara Hyang Sedhana Tra.

Selanjutnya dilakukan upacara pembersihan sarana upacara ke beji (mata air). Setelah kembali dari beji, barulah melanjutkan prosesi upacara yang bersamaan dengan upacara atau piodalan Pura Luhur Pakendungan. Ida Bhatara nyejer (berstana) selama tiga hari. Setelah tiga hari, Keris Ki Baru Gajah diusung untuk kembali distanakan di Puri Kediri.

5. Fungsi Tradisi Ngerebeg

Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri BaliKeris Ki Baru Gajah saat prosesi tradisi Ngerebeg. (youtube.com/Puri Kediri)

Telah dijelaskan di atas, bahwa Keris Ki Baru Gajah dipercaya memiliki kemampuan untuk mengusir segala hama penyakit. Makanya fungsi dari Tradisi Ngerebeh adalah untuk mengusir hama penyakit dan kekuatan-kekuatan negatif yang mengganggu kehidupan warga Kediri, sehingga mendatangkan kesejahteraan. Fungsi lain dari Tradisi Ngerebeg adalah:

  • Sebagai pendidikan untuk generasi muda agar selalu menjaga tanah pertanian dan kualitas air
  • Memperat hubungan sosial dan kebersamaan antarwarga Kediri. Hal ini dapat dilihat ketika warga Kediri beramai berjalan kaki sejauh 11 kilometer untuk mengusung Keris Ki Baru Gajah. Perjalanan ini dapat menciptakan kebersamaan dan hubungan yang baik antarwarga.

Tradisi-tradisi sakral memiliki vibrasi positif, makanya perlu dilestarikan. Tidak ada tradisi yang diciptakan oleh leluhur atau para pendahulu untuk membuat kesengsaraan warganya.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya