7 Sarana Persembahyangan Hindu di Bali yang Sering Digunakan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Umat Hindu khususnya di Bali sangat erat dengan pelaksanaan upacara. Upacara tersebut menggunakan sarana yang beragam sebagai simbol bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada beberapa sarana upacara Agama Hindu yang biasanya digunakan pada hari-hari suci tertentu maupun sebagai sarana persembahan setiap harinya.
Bentuk dan maknanya pun berbeda. Berikut ini sarana persembahyangan Hindu di Bali yang sering digunakan.
Baca Juga: Makna Upacara Biyukungkung, Menghormati Padi di Tabanan
Baca Juga: Makna Ritual Basmerah di Bali, Penetral Penyakit Pancaroba
1. Canang sari
Canang sari paling sering digunakan sebagai sarana persembahan umat Hindu di Bali. Dilansir Phdi.or.id, canang sari merupakan sesajen kecil yang berisi rangkaian bunga berbagai warna, dan sarana pelengkap lainnya. Sarana tersebut seperti porosan, irisan tebu dan pisang, bunga rampai (irisan daun pandan), dan berbagai bentuk alas atau wadahnya. Warna bunga disusun sedemikian rupa sebagai lambang para dewa yang menjaga arah mata angin.
2. Segehan
Dikutip dari Lontar Kala Tattva dan Lontar Bhamakertih, segehan merupakan bentuk persembahan suci atau yadnya untuk para bhuta kala (kekuatan negatif) yang juga disebut dengan Bhuta Yadnya. Persembahan ini bertujuan untuk menetralisir pengaruh kekuatan negatif dari bhuta kala agar tidak mengganggu kehidupan umat manusia. Wujud banten segehan berupa nasi yang diletakkan dalam wadah yang berisi bawang merah, jahe, dan garam sebagai lauk-pauknya.
Jenis segehan bermacam-macam yaitu segehan putih (nasi berwarna putih), segehan putih kuning (nasi berwarna putih dan kuning), dan segehan manca warna (nasi dengan lima warna). Segehan ini bukan dihaturkan di bangunan suci atau pelinggih. Melainkan dihaturkan di bawah pelinggih, halaman, dan gerbang masuk rumah. Segehan bisa dihaturkan setiap hari maupun upacara (piodalan), atau hari raya tertentu seperti Kajeng Kliwon, Purnama, Tilem, dan lainnya.
3. Banten saiban
Dikutip dari laman Bali.kemenag.go.id, banten saiban atau banten jot ini termasuk dalam kategori yadnya yang disebut dengan Nitya Karma atau Nitya Yadnya. Yadnya ini wajib dilaksanakan setiap hari. Sarananya berupa nasi yang diletakkan di wadah kecil dari daun pisang, ditambahkan dengan garam dan bawang merah.
Banten saiban ini dihaturkan setelah umat Hindu selesai memasak di pagi hari. Persembahan sederhana ini sebagai wujud ucapan terima kasih, karena telah mendapatkan berkah makanan. Umat Hindu menghaturkan banten saiban di beberapa tempat sebagai simbol Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi (tanah), Apah (sumber air), Teja (api), Bayu (angin), dan Akasa (ruang).
4. Kwangen
Menurut Lontar Sri Jaya Kesunu, kwangen adalah simbol dari Om Kara (huruf suci dalam ajaran Hindu). Kwangen menjadi lambang Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kwangen terdiri dari wadah berbentuk kerucut yang terbuat dari daun pisang, uang kepeng (uang bolong), cili (hiasan dari janur), beragam bunga harum, bunga rampai, dan porosan. Kwangen digunakan saat melakukan persembahyangan (muspa) pada sembah ketiga dan keempat.
5. Tipat dampulan
Pada hari suci Kajeng Kliwon, umat Hindu menghaturkan sarana upacara yang disebut dengan tipat dampulan. Jenis tipat (ketupat) ini bentuknya seperti kura-kura, yang merupakan simbol sifat kedewasaan dalam menjalani hidup. Dalam sarana tipat dampulan ini, selain tipat, terdapat sarana lainnya seperti jajan laklak, tape, telur rebus (diiris kecil), ubi, dan jagung rebus.
6. Daksina
Daksina merupakan simbol dari Hyang Guru dan sebagai ucapan tanda terima kasih, seperti yang disebutkan dalam Lontar Yadnya Prakerti. Daksina berbentuk seperti wakul (berbentuk silinder), terbuat dari daun kelapa yang sudah tua. Isi daksina ini adalah beras, kelapa yang sudah dihilangkan kulitnya, telur bebek, sirih (porosan), buah kemiri, buah pangi, dan lainnya.
7. Pejati
Menurut Lontar Tegesing Sarwa Banten, pejati terdiri dari beberapa sarana upacara. Sarana upacara ini terdiri dari daksina, banten peras, tipat kelanan, banten ajuman, pesucian, segehan alit, daun/plawa, bunga, beras, dan air yang diletakkan dalam wadah (besek). Pejati dipersembahkan untuk menyatakan kesungguhan hati ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widi Wasa, beserta manifestasinya dalam melaksanakan upacara untuk memohon keselamatan dan kerahayuan.
Sarana persembahyangan Hindu di Bali tersebut biasanya dibuat di rumah. Namun, terkadang ada umat yang jika tidak sempat untuk membuatny. Sehingga bisa membeli sarana tersebut ke pedagang yang cukup mudah ditemui di Bali.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.