5 Pura Bali yang Piodalan di Hari Tumpek Landep

Umat Hindu di Bali merayakan hari pembersihan senjata nih

Tumpek Landep merupakan hari pemujaan kepada Hyang Siwa Pasupati untuk memohon ketajaman pikiran agar bisa digunakan sebaik-baiknya dalam menjalani kehidupan. Umat Hindu di Bali melaksanakan Tumpek Landep 210 hari sekali tepatnya pada hari Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Landep.

Beberapa pura di Bali ada yang melaksanakan upacara piodalan (sembahyang besar) bertepatan dengan Hari Tumpek Landep. Berikut 5 pura Bali yang piodalan di Hari Tumpek Landep.

Baca Juga: 5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis Daerah

Baca Juga: 5 Fakta Nglisah, Tradisi Membersihkan Keris Ki Baru Gajah

1. Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya

5 Pura Bali yang Piodalan di Hari Tumpek LandepSesuhunan Ida Dalem Sidakarya mesolah (menari) saat piodalan di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya. (YouTube.com/bgsraka)

Pura ini terletak di Jalan Dewata Nomor 16, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Pura ini dibangun sekitar tahun 1440 Saka atau 1518 Masehi. Hal ini tertuang dalam Babad Sidakarya.

Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya terkait dengan kisah Brahmana Keling yang melakukan kutukan, karena dihina oleh Raja Dalem Waturenggong dan tidak diakui sebagai saudara. Setelah Raja Dalem Waturenggong memohon maaf, Brahmana Keling menghentikan kutukan tersebut. Ia kemudian diberikan gelar Dalem Sidakarya.

Raja kemudian membangun sebuah pura di tempat peristirahatan Brahmana Keling. Tempat ini diberi nama Pura Dalem Sidakarya. Karena di area jeroan (Utama Mandala) terdapat tempat pemujaan Sad Kahyangan, maka nama pura diganti menjadi Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya.

Pura Kahyangan Jagat termasuk pura penting di Bali, karena dijadikan sebagai tempat nuur atau nunas tirta (memohon air suci) masyarakat yang melaksanakan upacara tingkat madya (menengah), hingga utama atau besar. Piodalannya bertepatan dengan di Hari Tumpek Landep, dan biasanya akan mementaskan tari sakral bernama Tari Telek.

2. Pura Karang Boma

5 Pura Bali yang Piodalan di Hari Tumpek LandepIda Sesuhunan mesolah saat piodalan di Pura Karang Boma. (YouTube.com/Agung Sayoga)

Warga setempat mengenal Pura Karang Boma ini dengan nama Pura Barong-barongan. Pura ini berada di Desa Peminge, Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

Dalam area Pura Karang Boma terdapat Pohon Taru Ben Taro yang sering dijadikan sebagai bahan pembuatan tapel (wajah) barong atau rangda, yang merupakan sesuhunan (yang disucikan) dari beberapa pura di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Pada saat piodalan pura yang jatuh di Hari Tumpek Landep, sesuhunan dari Banjar Lantah Bejuh Sesetan, Desa Sidakarya, Pedungan, Bualu, Pagan, Kelandis, datang (suci rauh) ke Pura Karang Boma. Pura ini dijadikan sebagai tempat mesucian dan mesolah (menari) Ida Sesuhunan dari beberapa daerah tersebut.

Pura Karang Boma juga terdapat kolam alami yang digunakan untuk ngerehang (prosesi memohon kekuatan suci agar bersemayam di wujud fisik Ida Sesuhunan) Ida Sesuhunan setelah melakukan ngodakin (perbaikan atau rehab).

3. Pura Cedok Waru

5 Pura Bali yang Piodalan di Hari Tumpek LandepPura Cedok Waru. YouTube.com/GODEL EO CHANNEL)

Pura Cedok Waru terletak di Kuta tepatnya sisi selatan Pantai Kuta yang berdekat dengan Pantai Jerman. Berdasarkan lontar Babad Bali Kuna dan Purana Jawa Dwipa, Pura Cedok Waru dibangun pada tahun 1353 Masehi atau 1275 Saka.

Kuta kala itu adlaah tempat mendaratnya pasukan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Pasukan Majapahit kehausan begitu mendarat di Tegalwera atau Kuta. Kebetulan daerah ini terdapat banyak Pohon Waru. Sehingga pasukan Majapahit menggunakan daun waru sebagai gayung (cedok) untuk mengambil air. Hal inilah yang membuat daerah tersebut dinamakan Cedok Waru. Untuk memeringati suksesnya pendaratan pasukan Majapahit, maka dibangunlah pura bernama Pura Cedok Waru.

4. Pura Teratai Bang

5 Pura Bali yang Piodalan di Hari Tumpek LandepPura Teratai Bang. (youTube.com/Pasepan Jero Kepah)

Pura Teratai Bang pernah viral karena ulah turis asing yang duduk di atas bangunan suci. Lokasinya di Bukit Tapak, yang merupakan area Kebun Raya Eka Karya, Candi Kuning, Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Menurut Lontar Kuttara Kanda Dewa Purana Bangsung, nama Pura Teratai Bang dipilih karena Dewa Brahma atau Dewa Agni (Api) berstana (mendiami atau menempati) di sini. Teratai adalah simbol linggih (tempat duduk) Dewa Brahma, dan bang artinya merah yang merupakan simbol warna Dewa Brahma.

Selain itu ada mata air yang mengeluarkan asap dan berbau belerang di pura ini. Belerang ini, menurut penuturan warga setempat, adalah simbol Dewa Agni turun ke Bumi.

5. Pura Ratu Pande Besakih

5 Pura Bali yang Piodalan di Hari Tumpek LandepPura Ratu Pande Besakih. (Youtube.com/PANDE BALI)

Pura Ratu Pande terletak di kawasan Pura Agung Besakih, Kabupaten Karangasem. Pura ini termasuk Pura Catur Lawa di Besakih. Pura Catur Lawa adalah empat pura yang mengitari Padma Tiga di Pura Agung Besakih. Keempat pura tersebut adalah:

  • Pura Ratu Pasek, memiliki simbol warna putih sebagai penanggung jawab Pura Gelap
  • Pura Ratu Pande, dengan simbol warna merah sebagai penanggung jawab Pura Kiduling Kreteg
  • Pura Ratu Penyarikan, dengan simbol warna kuning sebagai penanggung jawab di Pura Ulun Kulkul
  • Pura Ratu Dukuh, dengan simbol warna hitam sebagai penanggung jawab Pura Batumadeg.

Dalam Raja Purana Pura Besakih menyebutkan, bahwa nama abhiseka Ida Bhatara di Pura Penataran Pande Besakih adalah Ida Ratu Bagus Pande.

Itulah 5 pura Bali yang piodalan di Hari Tumpek Landep. Biasanya akan ramai dikunjungi oleh pamedek (sebutan untuk umat Hindu Bali) yang tangkil atau bersembahyang ke pura tersebut untuk memohon berkah kerahayaun dan keselamatan, sekaligus merayakan Hari Tumpek Landep. Kamu bisa menyaksikan tradisi-tradisi yang dilaksanakan di pura-pura tersebut. Namun jangan lupa memakai pakaian adat, dan tidak sedang menstruasi ya.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya