Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu Pengetahuan

Etika di Bali juga diatur lontar lho

Hari Raya Saraswati yang jatuh pada Sabtu, Umanis, Wuku Watugunung merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan. Umat Hindu di Bali biasanya melakukan pemujaan kepada Dewi Saraswati sebagai simbol ilmu pengetahuan.

Bali sendiri terdapat lontar atau naskah sastra kuno yang menjadi sumber ilmu pengetahuan. Lontar-lontar ini memuat pengetahuan penting bagi umat Hindu seperti tentang pelaksanaan atau prosesi upacara, pedoman perilaku bagi orang suci, tata cara pengobatan tradisional, bumbu masakan, dan lainnya. Yuk mengenal 5 lontar di Bali.

Baca Juga: Ciri-ciri ODGJ dan Cara Mengobati Menurut Lontar Usada Bali

Baca Juga: 10 Jenis Sakit Tiwang dan Cara Mengobati Menurut Lontar Bali

1. Lontar Sundarigama

Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu PengetahuanSarana upacara dalam Hindu. (unsplash.com/Pier Francesco Grizi)

Lontar Sundarigama berisi tata cara pelaksanaan upacara Agama Hindu. Lontar ini merupakan sabda Bhatara Guru atau Dewa Siwa kepada para pendeta yang menjadi penasihat raja.

Sundarigama berasal dari kata sunar yang berarti cahaya terang atau sesuluh, ri yang berarti siddi atau kesempurnaan, dan gama adalah agama atau pegangan hidup. Sehingga Lontar Sundarigama bermakna kitab suci yang memberikan cahaya atau sesuluh sebagai tuntunan pelaksanaan upacara atau ritual Agama Hindu, khususnya di Bali.

Naskah lontar ini menyebutkan penjelasan terkait hari suci seperti Hari Purnama, Tilem, Nyepi, Tumpek Landep, Saraswati, dan lainnya. Dijelaskan juga mengenai prosesi dan sarana upacara yang digunakan pada hari-hari suci tersebut.

2. Lontar Baberatan Wong Beling

Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu PengetahuanIlustrasi ibu hamil. (unsplash.com/freestocks)

Lontar beberatan Wong Beling memuat tentang cara memperoleh anak yang suputra atau berbakti kepada orangtua dan keluarga. Lontar ini berisi pesan-pesan moral yang ditujukan kepada suami dan istri hamil.

Dalam naskah lontar ini terdapat 5 pokok penting yaitu:

  • Etika dan pengendalian diri bagi keluarga dan suami dari istri yang hamil
  • Etika dan pengendalian diri bagi ibu yang sedang hamil
  • Upacara yang patut dilaksanakan pada saat sang ibu sedang hamil
  • Pengobatan untuk sang ibu yang sedang hamil
  • Prosesi upacara setelah bayi lahir.

Selain di atas, lontar ini menjelaskan mengenai tata cara merawat orang hamil.

3. Lontar Sangkul Putih dan Lingganing Kusuma Dewa

Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu PengetahuanIlustrasi upacara adat di Bali. (pixabay.com/jovanel)

Lontar Sangkul Putih dan Lingganing Kusuma Dewa memuat tata cara serta gagelaran seorang pemangku dalam menjalankan prosesi upacara. Urutan atau dudonan karya dijelaskan dengan sangat rinci dan sistematis di lontar ini.

Hal ini bertujuan agar pemangku dalam menjalankan swadharma (kewajiban) melaksanakan prosesi upacaranya dengan baik. Lontar ini juga terdapat mantra yang digunakan sebagai pegangan para pemangku.

4. Lontar Roga Sanghara Bhumi

Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu PengetahuanIlustrasi Seismogram (IDN Times/Arief Rahmat)

Naskah Lontar ini berisi pengetahuan mitigasi bencana secara Hindu. Roga Sanghara Bhumi berasal dari kata roga yang berarti penyakit, sakit, dan cacat badan. Sanghara atau samhara berarti rusak, lebur, meniadakan, dan pembinasaan. Sedangkan bhumi berarti bumi. Sehingga lontar ini bermakna meniadakan atau menetralisir bencana di dunia dengan cara menjalankan upacara tertentu.

Lontar ini membahas mengenai bencana dan tanda-tanda alam yang terjadi, berikut upacaranya. Contohnya gempa bumi. Lontar Roga Sanghara Bhumi menjelaskan makna gempa berdasarkan sasih atau bulan.

Lontar sepanjang 30 sentimeter dan lebar 2 sentimeter ini menggunakan Bahasa Jawa Kuno atau Bahasa Kawi. Tokoh utama yang ditampilkan adalah pemimpin para dewa bernama Bhatara Druwaresi yang berstana di Sorga Surya Loka.

5. Lontar Bhama Kertih

Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu Pengetahuanilustrasi dapur tradisional bali (IDN Times/Irma Yudistirani)

Lontar Bhama Kertih mengulas tentang panduan dalam membangun rumah atau pekarangan sebagai tempat tinggal. Termasuk menjelaskan ciri-ciri pekarangan yang memiliki aura positif dan negatif atau sering disebut dengan karang panes, dan cara mengatasinya. Lontar ini juga menjelaskan tata cara membangun rumah tradisional Bali.

Selain pekarangan, Lontar Bhama Kertih mengulas upacara-upacara yang wajib dilakukan saat mulai membangun rumah atau pekarangan.

6. Lontar Usadha Buduh

Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu PengetahuanIlustrasi gila. (unsplash.com/Tengyart)

Lontar Usadha Buduh tersimpan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lontar Universitas Udayana, Gedung Kirtya Singaraja, dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Lontar ini menggunakan Bahasa Jawa Kuno yang bercampur dengan Bahasa Bali.

Sesuai namanya, buduh merupakan Bahasa Bali yang berarti gila, sedangkan usadha memiliki arti pengobatan secara tradisional. Sehingga Lontar Usadha Buduh berisikan pengetahuan tentang sakit gila beserta cara pengobatannya.

Pengobatan yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri sakit gila yang dialami oleh seseorang. Ada 20 jenis sakit gila yang dijelaskan dalam lontar ini. Pengobatannya juga dilakukan tanpa melihat ciri-ciri sakit gila yang diidap, atau dapat dikatakan sebagai pengobatan sakit gila secara umum.

Itulah 5 lontar di Bali. Itu masih sepersekian kecil dari banyaknya lontar di Bali. Naskah lontar ini sangat penting diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sebab pengetahuan yang terdapat dalam lontar tidak akan pernah mati dimakan waktu maupun teknologi.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya