Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa Buleleng

Tradisinya dilaksanakan sore hari setelah upacara Galungan

Hari Raya Galungan adalah hari suci umat Hindu di Bali yang dirayakan 210 hari sekali, tepatnya setiap hari Rabu buda Kliwon, wuku Dungulan. Banyak tradisi yang dilaksanakan selama merayakan hari kemenangan Dharma (kebaikan) ini.

Satu di antaranya tradisi unik Galungan yang ada di Desa Pedawa, Kabupaten Buleleng. Tradisi ini bernama Mejrimpen. Seperti apa Tradisi Mejimpren khas Buleleng ini? Berikut ini ulasannya merujuk Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu, Volume 3 Nomor 2 Tahun 2020 dengan judul Upacara Mejrimpen pada Hari Raya Galungan di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng, karya Dewa Nyoman Sucita, STKIP Agama Hindu Singaraja.

Baca Juga: 6 Tradisi Unik Galungan di Bali, Tak Sekadar Ritual Belaka

Baca Juga: 5 Sarana Wajib Penjor saat Galungan, Gak Harus Mewah

1. Sekilas tentang Desa Pedawa

Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa BulelengDesa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng. (Facebook.com/Pemdes Pedawa)

Desa Pedawa terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Pedawa termasuk desa Bali Aga (Bali Mula) di Kabupaten Buleleng, yang berarti penduduk asli Bali.

Awalnya, Desa Pedawa disebut dengan nama Gunung Tambleng dan Gunung Sari. Tambleng sendiri memiliki makna bodoh atau lugu. Hal ini terkait dengan masyarakatnya yang masih lugu dan sederhana. Sedangkan Sari terkait sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai peyadap nira untuk dijadikan gula aren (gula Bali).

Nama Pedawa sendiri ada kaitannya dengan cerita seorang raja bernama Raja Bima. Raja Bima sangat dihormati ketika datang ke desa ini. Kemudian ini dikaitkan juga dengan tokoh Bima di Pandawa yang sangat terkenal karena kesaktiannya. Dari Desa Gunung Sari, namanya berubah menjadi Desa Pandawa, lalu berubah lagi menjadi Desa Pedawa.

2. Makna dan pengertian jrimpen

Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa BulelengSalah satu bentuk jrimpen. (YouTube.com/Gung indah)

Jrimpen di Bali dikenal sebagai sarana upacara mirip keranjang yang panjang dan diletakkan secara tegak menggunakan alas seperti bakul. Keranjang ini berisi beras, buah kelapa yang sudah dihaluskan, jajan atau kue kering untuk upacara, dan hiasan daru janur kuning yang disebut sampian khusus untuk Jrimpen.

Jrimpen berasal dari dua suku kata yaitu 'jeri' dan 'empen'. Jeri berasal dari kata jari yang memiliki makna delapan penjuru dunia, sedangkan empen berasal dari kata empu yang disimboliskan sebagai Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pengatur alam semesta. Karena hal inilah banten jrimpen adalah sarana permohonan kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya agar memberikan anugerah kepada umat manusia.

3. Tradisi Majrimpen di Pedawa memiliki banyak makna

Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa BulelengProses pembuatan sarana Upacara Majrimpen. (YouTube.com/Rumah Arka)

Kalau di daerah Bali lainnya, jrimpen ini dikenal sebagai sarana upacara atau banten. Begitu pula di Desa Pedawa, jrimpen juga menjadi upacara atau tradisi yang diberi nama Majrimpen. Tradisi Mejrimpen menggunakan sarana upacara atau banten utama berupa jrimpen.

Tradisi Majrimpen ini merupakan jenis upacara Manusia Yadnyam yang bermakna:

  • Sebagai upacara pembersihan. Masyarakat Desa Pedawa memiliki keyakinan orang yang lahir ke dunia dianggap cuntaka atau masih kotor. Sehingga perlu mengadakan upacara pembersihan melalui Majrimpen agar si anak bisa masuk ke tempat suci atau pura
  • Sebagai upacara Nyambutin. Yaitu upacara untuk bayi yang telah berusia 105 hari. Tradisi ini juga disebut dengan nama upacara telu bulanan atau tigang sasih
  • Sebagai upacara Ngotonin. Masyarakat Desa Pedawa secara umum tidak melaksanakan upacara Ngotonin (upacara perayaan kelahiran setiap 210 hari sekali) dan upacara tiga bulanan). Pelaksanaannya diganti dengan Upacara Majrimpen
  • Sebagai upacara syukuran untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan atau keburukan).

4. Tata cara pelaksanaan Tradisi Majrimpen

Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa BulelengUpacara Majrimpen. (YouTube.com/Luhh Devii)

Tradisi Majrimpen diadakan setiap Hari Raya Galungan pada Rabu buda Kliwon, wuku Dungulan. Upacara ini dilaksanakan pada sore hari setelah Hari Raya Galungan.

Karena termasuk jenis upacara Manusia Yadnya, maka Tradisi Majrimpen dilaksanakan di dalam rumah atau balai tempat tidur, bukan di sanggah atau tempat suci keluarga. Jika upacara agama biasanya dipimpin oleh seorang pendeta atau orang suci, maka Tradisi Majrimpen dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan atau dianggap paling tua.

Selain itu, terdapat seseorang atau beberapa anggota keluarga yang menjadi juru kidung (gending Bali). Kidung yang digunakan juga khusus, yaitu Kidung Wargasari Jrimpen.

Tradisi Majrimpen dibedakan menjadi empat yaitu Majrimpen Sibakan, Majrimpen Sibakan Mewayang, Majrimpen Nampah Ukudan, dan Majrimpen Nampah Ukudan Mewayang. Namun secara garis besar terdiri dari dua, yaitu Majrimpen Sibakan dan Majrimpen Nampah Ukudan.

5. Banten yang digunakan dalam Tradisi Majrimpen

Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa BulelengProses pembuatan sarana Upacara Majrimpen. (YouTube.com/Rumah Arka)

Sarana upacara atau banten utama yang digunakan dalam tradisi ini tidak hanya berupa jrimpen. Sarananya berbeda-beda sesuai jenis Tradisi Majrimpen. Berikut banten yang digunakan:

  • Banten pada Tradisi Majrimpen Sibakan adalah jrimpen jajan, jrimpen sate, pajegan, punjung, nasi petayan, wakul, banten dulang, bakulan tetanjan jaja, sagi, saji, dapetan pengiring, tetanjan nasi, dan sesalinan (kain)
  • Banten pada Tradisi Majrimpen Sibakan Mewayang mirip dengan banten upacara Majrimpen Sibakan. Namun ditambah beberapa banten seperti canang daksina, canang sari, burat wangi, peras, suci, canang raka, ketupat gong, banten penyeked, caru atuunan disertai tirta penglukatan
  • Banten pada Tradisi Majrimpen Nampah Ukudan adalah jrimpen jajan, jrimpen sate, pajegan, punjung, nasi petayan, wakul, tetanjan nasi, sagi, saji, dapetan pengiring, banten dulang, bakulan tetanjan jaja, dan sesalinan. Ditambah dengan beberapa jenis banten yang lain seperti banten pengulapan, pengambean, peras, penyeneng katututan nagasari, pesuguhan lawar, dan banten karna
  • Banten pada Tradisi Manjrimpen Nampah Ukudan Mewayang sama dengan Tradisi Majrimpen Nampah Ukudan. Namun ditambah banten seperti canang daksina, canang sari, burat wangi, peras, suci, banten penyeked, ketipat gong, canang raka, caru atuunan disertai tirta pengelukatan.

Tradisi Majrimpen dilaksanakan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Pelaksanaannya bisa lebih dari sekali, bahkan ada juga yang melaksanakannya hingga tujuh kali. Tradisi ini masih dijalankan sampai sekarang, meskipun beberapa masyarakatnya telah melaksanakan upacara tiga bulanan dan otonan.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya