Makna Tradisi Mapeed Sate Tungguh di Batubulan Bali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Desa Adat Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar memiliki tradisi bernama Mapeed Sate Tunggah. Tradisi ini mirip dengan tradisi mapeed pada umumnya.
Namun mapeed di Desa Adat Batulan terdapat gunungan sate raksasa yang disebut dengan Sate Tunggah. Biasanya tradisi ini dilaksanakan pada saat upacara piodalan (hari jadi tempat suci) besar di Pura Kahyangan desa setempat. Satu di antaranya piodalan di Pura Puseh Desa Batubulan yang jatuh pada Purnama Sasih Kadasa (bulan kesepuluh dalam kalender Bali). Berikut ini makna Tradisi Mapeed Sate Tunggah.
1. Makna mapeed
Tradisi mapeed sering dijumpai di berbagai upacara piodalan di pura, ypacara Pitra Yadnya seperti ngaben maupun meproras, dan upacara Manusia Yadnya. Dikutip dari jurnal berjudul Resistensi Interaksi Umat Hindu Melalui Reproduksi Prakti Keagamaan dalam Tradisi Pangkonan, di Desa Adat Cau Belayu, yang ditulis oleh Ni Made Sinar Sari, Ni Luh Sri Kusuma Dewi, dan Ni Wayan Mia Restiya Damayanthi, secara umum mapeed dilakukan dengan cara berbaris sesuai urutan yang telah ditentukan.
Mapeed dilaksanakan dari satu titik menuju ke lokasi upacara atau piodalan. Masing-masing peserta membawa sarana upacara seperti kober, asepan (dupa dan bara api sehingga menimbulkan asap), tedung agung, lelontek (umbul-umbul), baleganjur, dan sebagainya.
2. Bentuk Sate Tungguh
Sate Tungguh dibuat dari daging babi. Sate ini dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai gunung. Sate Tungguh digunakan dalam berbagai upacara atau yadnya di Bali seperti Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, dan Bhuta Yadnya.
Sate Tungguh atau sering juga disebut dengan Jatah ini memiliki beberapa sebutan yang berbeda. Untuk daerah Bali Barat disebut dengan Sate Bunga, sedangkan di Bali Timur disebut Pajegan.
3. Simbol Sate Tungguh
Dikutip dari Jurnal 'Sarad-Jatah': Representasi Sosio-Religi pada Budaya Pangan di Bali, yang ditulis oleh Nazrina Zuryani, Sate Tungguh dibentuk mengerucut seperti gunung dan sebagai simbol Pangider Bhuwana. Simbol ini menggambarkan dunia beserta isinya dari segala arah. Sate Tungguh terdapat beberapa simbol seperti:
- Kura-kura atau Bedawang Nala sebagai simbol dasar Bumi
- Naga ini merupakan wujud dari Naga Basuki dan Anantaboa. Hal ini sebagai simbol unsur-unsur dasar yang ada di dalam Bumi. Naga Basuki sebagai simbol unsur air dan lautan, dan Naga Anantaboga melambangkan unsur kulit Bumi
- Sate Tungguh berisikan simbol-simbol senjata pada dewa atau disebut dengan Dewata Nawa Sanga. Senjata ini sebagai simbol dewa-dewa penjaga arah mata angin.
4. Cerita pemutaran Mandara Giri
Sate Tungguh juga ada kaitannya dengan mitologi Hindu yaitu tentang awal terciptanya dunia yang diceritakan dalam Pemuteran Mandara Giri. Saat itu terjadi peperangan antara para dewa dan raksasa untuk merebut Tirta Amertha atau air suci keabadian.
Naga Basuki dan Anantaboga digunakan untuk melilit gunung agar bisa diputar oleh kedua belah pihak. Kemudian Dewa Wisnu menjelma sebagai awatara dalam bentuk Bedawang Nala (kura-kura raksasa) untuk berjaga agar dunia tidak tenggelam.
Setelah mengaduk-kaduk lautan susu, muncullah Tirta Amertha. Dewa Wisnu lalu berubah wujud menjadi gadis. Ia berhasil merebut Tirta Amertha dan melarikan diri. Alhasil, peperangan dahsyat terjadi antara dewa dan raksasa.
5. Prosesi Tradisi Mapeed Sate Tungguh
Terkait piodalan tahun 2023 di Pura Puseh, warga Desa Adat Batubulan akan melaksanakan Tradisi Mapeed Sate Tungguh. Mapeed akan dilakukan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 6,7, dan 8 April mulai pukul 15.30 Wita.
Mapeed dimulai dari titik kumpul yang terlah ditentukan, hingga ke Pura Puseh Desa Batubulan. Pada hari pertama mapeed akan dimulai dari Banjar Kalah, Batubulan. Hari kedua dimulai dari Pura Dalem Tak, Batubulan. Sedangkan hari ketiga dimulai dari Banjar Sekar Manik Tegal Tamu, Batubulan.
Dalam iring-iringan mapeed ini, Sate Tungguh berada di urutan paling belakang, dan depan kelompok baleganjur. Sedangkan di bagian depan Sate Tungguh adalah iring-ringan warga yang membawa berbagai macam sarana upacara, dan menggunakan berbagai macam pakaian adat Bali.
Kalau kamu ada rencana untuk bepergian ke arah Batubulan sebaiknya mencari arah lain untuk menghindari kemacetan. Hal ini karena jalur Mapeed Sate Tungguh ini menggunakan Jalan Raya Batubulan yang cukup padat lalu lintasnya.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.