6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, Filosofis

Wayangnya gak boleh dipentaskan sembarangan

Bali memiliki berbagai jenis pementasan wayang, dari wayang wali (wayang sakral) hingga wayang balih-balihan (wayang yang dipentaskan untuk hiburan). Ada satu wayang wali di Bali bernama Wayang Lemah, yang dipentaskan ketika hari masih terang dan tanpa menggunakan kelir.

Wayang Lemah dipentaskan dalam suatu prosesi upacara (persembahyangan). Dalam Dalam pementasannya terdapat beberapa simbol yang masing-masing memiliki makna. Berikut ini simbol dalam pementasan Wayang Lemah, dikutip dari jurnal berjudul "Makna Filosofis Elemen Elemen Pertunjukan Wayang Kulit Lemah Bali" yang ditulis oleh I Putu Ardiyasa.

Baca Juga: Perbedaan Desa Adat dan Desa Dinas di Bali

Baca Juga: Budaya Hidup Sehat Menurut Hindu, Tercantum di Kitab Suci

1. Wayang Lemah dipentaskan bukan untuk hiburan, melainkan sebagai pengiring upacara

6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, FilosofisPementasan Wayang Lemah dalam suatu upacara keagamaan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pementasan Wayang Lemah biasanya mengambil lakon sesuai dengan upacara yang dilaksanakan. Misalnya untuk upacara Dewa Yadnya (persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa), maka lakon yang dipilih adalah cerita Dewa Ruci atau Mahabharata.

Wayang di sini berfungsi untuk menyampaikan nasihat-nasihat sesuai ajaran dharma (kebaikan), dan memberikan contoh mengenai perbuatan baik dan tidak baik. Jadi Wayang Lemah dipentaskan sebagai pengiring upacara, bukan untuk hiburan.

2. Benang tukelan

6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, FilosofisBenang tukelang saat pementasan wayang lemah. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Benang (tali) juga sering dimaknai sebagai beneng atau lurus. Pada pementasan Wayang Lemah, benang tukelan ini diikatkan pada sepasang tangkai pohon dadap yang berada di sebelah kiri dan kanan dalang.

Makna dari benang tukelan adalah sebagai jalan manusia untuk mencapai pola pikir yang benar, dan berlandaskan dharma sehingga memiliki budi pekerti baik. Benang tukelan juga bermakna sebagai akasa (langit), yang merupakan tempat berkumpulnya dewa sumber segala kebijakan. Segala yang ada di Bumi adalah hasil dari kebijakan yang dikehendaki oleh para dewa.

3. Pohon Dadap

6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, FilosofisTangkai pohon dadap dalam pementasan wayang lemah. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pohon Dadap yang digunakan sebagai tempat untuk mengikat benang tukelan juga memiliki maknanya tersendiri. Kalau di Bali, dadap termasuk pohon suci karena sering digunakan dalam upacara. Daunnya juga sering dipakai oleh para tetua terdahulu sebagai obat, khususnya untuk meredakan panas dalam.

Batang Pohon Dadap yang menjadi penyangga disimbolkan sebagai tulang. Dapat diartikan, bahwa Pohon Dadap sebagai adegan (penyangga) supaya manusia tetap kuat mengarungi kerasnya kehidupan.

4. Batang pohon pisang

6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, FilosofisBatang pohon pisang dalam pementasan wayang lemah. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Sebagaimana pementasan wayang pada umumnya selalu menggunakan batang pohon pisang. Batang pohon pisang ini digunakan untuk menancapkan wayang ketika dalang mulai memainkannya.

Dilihat dari fungsinya itu dapat diartikan, bahwa pohon pisang sebagai simbol Ibu Pertiwi atau tanah. Tanah adalah tempat manusia berpijak selama menjalankan kehidupannya.

5. Keropak dan cepala

6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, FilosofisKeropak wayang. (Kebudayaan.denpasarkota.go.id)

Keropak adalah benda berbentuk kotak yang berfungsi untuk menyimpan wayang. Selain itu, keropak juga disimbolkan sebagai uwus-uwusan, sumber suara dalam pementasan Wayang Lemah maupun wayang lainnya.

Untuk mengeluarkan suara, keropak ini dipukul menggunakan alat yang diletakkan di kaki dalang, dan biasanya disebut dengan nama cepala. Hentakan cepala akan mengeluarkan suara yang menggambarkan suasana pertunjukan saat itu. Contohnya jika sedang marah, maka cepala akan dipukul dengan lebih keras dan bertenaga.

6. Uang kepeng

6 Makna Simbol Pementasan Wayang Lemah di Bali, FilosofisUang kepeng. (Commons.wikimedia.org/Scott Semans World Coins (CoinCoin.com))

Pementasan Wayang Lemah menggunakan uang kepeng yang mengandung unsur-unsur Panca Datu. Uang kepeng ini diikatkan pada tangkai Pohon Dadap.

Unsur Panca Datu memiliki makna lima faktor penyeimbang yang ada di Bhuana Agung (makrokosmos) dan Bhuana Alit (mikrokosmos). Uang kepeng dalam pertunjukan Wayang Lemah memiliki makna sebagai penyeimbang baik dan buruk yang ada dalam diri manusia beserta alam semesta. Keseimbangan ini bertujuan agar seluruh alam semesta beserta isinya menjadi aman, tenteram, dan damai.

Pementasan Wayang Lemah sangat penting dalam pelaksanaan suatu upacara. Pementasannya akan menetralisir energi-energi buruk atau negatif di lokasi upacara agar berlangsung lancar.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya