Makna Melasti di Bali, Rangkaian Hari Raya Nyepi

Namun tak semua desa adat di Bali melaksanakan ini ya

Nyepi termasuk hari suci umat Hindu di Bali sebagai hari pergantian tahun (tahun baru). Hari Nyepi biasanya dilaksanakan setahun sekali, dan selalu ada beberapa rangkaian upacaranya.

Satu di antara rangkaian upacaranya adalah Melasti yang dilaksanakan sebelum Nyepi. Berikut ini makna Melasti, rangkaian dari Hari Raya Nyepi.

Baca Juga: 5 Tradisi Sebelum Nyepi di Bali Selain Ogoh-Ogoh

Baca Juga: 5 Fakta Hari Pengerupukan Nyepi di Bali

1. Makna Melasti

Makna Melasti di Bali, Rangkaian Hari Raya NyepiIlustrasi Nyepi. (unsplash.com/Roberto Rendon)

Dikutip dari Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Melasti berasal dari kata lasti yang berarti menuju air. Karena itu setiap Upacara Melasti, masyarakat akan menuju sumber air seperti laut, danau, sungai, dan campuhan (pertemuan dua atau lebih aliran sungai).

Sumber air ini merupakan simbol dari Tirta Amertha atau air kehidupan. Sehingga diyakini bisa memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia.

2. Fungsi melaksanakan Upacara Melasti

Makna Melasti di Bali, Rangkaian Hari Raya Nyepiupacara adat di Bali (pixabay.com/arnolduspt)

Dalam Lontar Sang Hyang Aji Swamandala terdapat kutipan sebagai berikut:

Melasti ngarania ngiring prewatek Dewata,
Anganyutaken laraning jagat,
papa klesa, letuhing bhuwana.

Artinya:

Melasti meningkatkan bakti kepada Tuhan beserta pada manifestasinya dalam hal ini para dewa, agar diberu kekuatan untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan kekotoran diri, dan kerusakan alam semesta.

Sedangkan Lontar Sundarigama menyebutkan:

Ngamet sarining amertha kamandalu ring telenging segara.

Artinya:

Mengambil sari-sari kehidupan yang disebut Tirta Kamandalu atau Tirta Amertha.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa Upacara Melasti bertujuan menyucikan diri dan alam atau jagat raya.

3. Seperti inilah prosesi Melasti

Makna Melasti di Bali, Rangkaian Hari Raya NyepiIlustrasi upacara adat di Bali. (pixabay.com/jovanel)

Hari pelaksanaan Upacara Melasti ditentukan berdasarkan rapat desa dan koordinasi dengan desa lainnya, agar bisa mengatur penggunaan lokasi Melasti. Sebelum melaksanakan Upacara Melasti di sumber air yang telah ditentukan, masyarakat desa terlebih dahulu berkumpul di Pura Bale Agung desa setempat. Setelah bersembahyang, mereka akan mengusung simbol-simbol linggih atau stana Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya seperti arca, pratima, nyasa, maupun benda-benda yang dikeramatkan lainnya.

Setelah tiba di lokasi sumber air, mereka akan melakukan persembahan sarana upacara. Masyarakat secara bersama-sama melakukan persembahyangan untuk memohon penyucian diri beserta alam, agar pelaksanaan Hari Nyepi dan memasuki tahun yang baru ini selalu mendapatkan anugerah dari-Nya.

Setelah selesai persembahyangan, masyarakat akan diperciki tirta atau air suci, begitu juga dengan simbol-simbol linggih Ida Sesuhunan. Simbol-simbol tersebut akan dicelupkan secara simbolis ke dalam sumber air yang memiliki makna sebagai penyucian alam makrokosmos (Bhuana Agung) dan mikrokosmos (Bhuana Alit). Setelah prosesi ini selesai, mereka akan mengiringi simbol-simbol linggih tersebut untuk kembali berstana di Bale Agung.

4. Ida Sesuhunan akan berstana di Bale Agung

Makna Melasti di Bali, Rangkaian Hari Raya NyepiUmat Hindu sedang bersembahyang di pura. (unsplash.com/Hakan Nural)

Terkait dengan rangkaian pelaksanaan Upacara Melasti dan Hari Nyepi, Ida Sesuhunan yang ada dalam satu desa akan berstana di Bale Agung setelah dilakukan Upacara Melasti.

Sehari sebelum Hari Nyepi, masyarakat akan melakukan Tawur Kesanga atau korban suci yang bertepatan dengan jatuhnya Hari Tilem Kesanga (bulan kesembilan menurut kalender Bali). Upacara ini bertujuan untuk memberikan persembahan kepada Bhuta Kala atau kekuatan negatif agar tidak mengganggu pelaksanaan Hari Nyepi.

Pada sore atau malam harinya (tergantung kesepakatan masing-masing desa), Ida Sesuhunan yang berstana di Bale Agung akan budal atau kembali ke tempat asalnya. Biasanya setelah Ida Sesuhunan budal, barulah prosesi pawai ogoh-ogoh, sebagai bagian dari Hari Pengerupukan, dilaksanakan.

5. Melasti tidak hanya sebagai rangkaian Hari Nyepi saja

Makna Melasti di Bali, Rangkaian Hari Raya Nyepiilustrasi kegiatan upacara adat (pexels.com/Artem Beliaikin)

Namun tidak semua desa atau banjar di Bali melaksanakan Upacara Melasti sebelum Nyepi. Untuk diketahui, Melasti juga dilaksanakan terkait dengan upacara di pura. Misalnya piodalan (hari lahirnya tempat suci umat Hindu) atau pelaksanaan Upacara Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih pada Purnama Kadasa.

Banjar Blungbang di Desa Kawan, Kabupaten Bangli juga tidak melaksanakan Upacara Melasti. Hal ini karena Upacara Melasti di sana hanya dilaksanakan pada saat upacara piodalan di Pura Dalem Penunggekan dengan tingkatan Nyatur setiap 420 hari sekali (duang sasih/dua sasih) atau dua kali piodalan.

Upacara Melasti selain memiliki fungsi seperti yang telah disebutkan di atas, juga sebagai sarana sosialisasi di antara masyarakat desa atau banjar. Sebab masyarakat di setiap banjar maupun desa saling bergotong royong untuk menyiapkan pelaksanaan Upcara Melasti. Upacara Melasti tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2010 lho.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya