Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Makna Upacara Bumi Sudha pada Tilem Kanem 2024

ilustrasi kegiatan upacara adat (pexels.com/Artem Beliaikin)

Sasih kanem atau bulan keenam dalam kalender Bali dikenal sebagai sasih atau bulan yang kurang baik. Jika dihubungkan dengan ilmu pengetahuan alam, bulan ini merupakan bulan pancaroba atau musim peralihan. Sehingga banyak orang yang sakit, atau terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi.

Untuk mentralisir dampak negatif dari peralihan musim ini, umat Hindu di Bali mengadakan upacara Bumi Sudha. Seperti apa makna dari upacara ini? Berikut penjelasannya!

1. Makna upacara Bumi Sudha

ilustrasi sarana upakara (unsplash.com/Nick Fewings)

Upacara Bumi Sudha pertama kali dicetuskan pada Paruman (forum rapat) Sulinggih Provinsi Bali, 21 November 2009 silam. Pelaksanannya menyesuaikan dengan berbagai sastra kuno seperti Widhi Sastra Rogha Sanghara Bumi, Tutur Babad Dewa, dan Puspa Dening Sarwa Sato. Upacara Bumi Sudha diputuskan dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada Tilem Sasih Kanem.

Fungsi dari upacara Bumi Sudha ini adalah sebagai pemarisudha (penetralisir) dampak negatif sasih kanem secara niskala (gaib atau tidak terlihat). Melalui upacara ini, umat Hindu memohon sinar suci-Nya agar bumi beserta isinya, termasuk umat manusia, bisa terhindar dari dampak negatif pada masa peralihan sasih kanem ke sasih berikutnya. Sehingga penyakit, virus, maupun bencana yang kerap terjadi pada sasih kanem bisa diminimalisir.

2. Pelaksanaan upacara Bumi Sudha pada 2024

Umat Hindu sedang bersembahyang di pura. (unsplash.com/Hakan Nural)

Sesuai dengan surat Sekretariat Daerah Provinsi Bali Nomor: b.36.400/58192/KESRA/B.PEMKESRA 12 desember 2024, dan Surat Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor: 535/MDA-Prov Bali/XII/2024, upacara Bumi Sudha pada 2024 ini dilaksanakan pada Tilem Sasih Kanem, Senin (30/12/2024), Soma Umanis, wuku Bala.

Upacara ini dilaksanakan di tiga pura yaitu Pura Pengubengan Besakih (Kabupaten Karangasem), Pura Segara Watu Klotok (Kabupaten Klungkung), dan Pura Ulun Danu Batur Kintamani (Kabupaten Bangli). Surat tersebut meminta Bendesa Adat (kepala desa adat) untuk menginformasikan kepada warga di wilayah masing-masing untuk melaksanakan upacara Bumi Sudha.

Upacara Bumi Sudha hampir serupa dengan upacara Nangluk Merana (upacara menetralisir wabah pada sasih kanem). Dalam surat tersebut disebutkan, bahwa jika satu desa telah memiliki tradisi atau dresta untuk melaksanakan upacara Nangluk Merana pada Tilem Sasih Kanem, maka tradisi tersebut harus tetap dijalankan sesuai dengan dresta masing-masing.

Kedua upacara ini memiliki tujuan dan fungsi yang sama, yakni menetralisir dampak negatif dari sasih kanem dan warganya selalu dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

3. Prosesi upacara Bumi Sudha 2024

Sarana upacara segehan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Setiap Bendesa madya MDA Kabupaten/Kota seluruh Bali akan hadir dalam upacara Bumi Sudha di Pura Watu Klotok pukul 11.30 Wita, Senin (30/12/2024). Mereka akan memohon (nunas) tirta (air suci) pamarisudha dalam upacara tersebut dengan membawa banten pejati dan tempat untuk tirta. Tirta ini nantinya akan dibagikan kepada warga di wilayahnya masing-masing.

Lalu di tingkat desa adat, masing-masing Pura Kahyangan Desa (Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem) menghaturkan pejati 1 soroh, sorohan 1 soroh, biakaonan, prascita, durmangala masing-masing 1 soroh. Sedangkan untuk pelaksanaan di tingkat rumah tangga, masing-masing rumah menghaturkan sesayut pengambeyan 1 soroh, prascita, durmangala masing-masing 1 soroh, dan banten pangenteg hyang (pejati 1 soroh, sayut pengambeyan, dan sorohan tupeng pitu 1 soroh) di sanggah merajan (kemulan). Kemudian di halaman sanggah dan halaman rumah menghaturkan segehan cacah 11 tanding.

Berikutnya mendirikan sanggah cucuk di sebelah kanan pintu masuk pekarangan rumah (pemesu/lebuh) yang berisi don kayu tulak (sejenis daun). Sarana banten yang dihaturkan di sanggah cucuk ini adalah banten tumpeng selem adanaan, sate calon, rakania, jaja gina, urab bang-putih, biyu kayu rebus tuak asujang yang dihaturkan kepada Ida Sang Hyang Motha. Di bawah sanggah cucuk (di tanah) menghaturkan segehan 9 tanding dengan ulam (lauk) jeroan bawi matah (jerohan babi mentah) lebeng (matang), dan getih (darah) atakir. Segehan ini dihaturkan kepada Sang Bhuta Ngadang Semaya Pati.

Setelah tirta Bumi Sudha dilinggihkan (ditempatkan) di Pura Kahyangan Desa, warga memohon tirta tersebut dengan sarana canang sari. Tirta tersebut dibawa ke rumah masing-masing untuk dipercikkan ke sanggah merajan, pekarangan rumah, dan semua anggota keluarga. Tidak ketinggalan, hewan peliharaan dan tanaman yang ada di pekarangan rumah. Warga menghaturkan sarana upacara (banten) di atas yang dilanjutkan dengan bersembahyang bersama. Masing-masing anggota keluarga natab banten Pengenteg Hyang untuk memohon kekuatan (pengenteg bayu mesesapuh wighna) agar setiap orang diberikan kekuatan dan perlindungan dari hal-hal negatif.

Pelaksanaan upacara Bumi Sudha pada 2024 ini bersamaan dengan momen pergantian tahun. Selain untuk menetralisir dampak negatif sasih kanem, upacara Bumi Sudha dapat berfungsi membersihkan alam dan umat manusia secara niskala untuk menyambut tahun baru.

Share
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us