Kremasi Hewan Secara Hindu, Sudah Tepatkah?

Hindu juga mengajarkan untuk menghormati hewan

Hewan adalah makhluk hidup yang banyak berperan dalam kehidupan manusia. Tidak hanya dikonsumsi maupun dijadikan sarana upacara, mereka juga banyak yang dijadikan sebagai teman hidup (hewan peliharaan).

Karena kasih sayangnya terhadap hewan peliharaan itu, sebagian masyarakat di Bali akan mengkremasinya ketika mati. Hal inilah yang memunculkan banyak tempat kremasi hewan, khususnya hewan peliharaan. Lalu bagaimanakah kremasi hewan menurut Agama Hindu? Apakah diperbolehkan?

Baca Juga: Doa Hindu Memotong Hewan, Tidak Asal Sembarangan

1. Hindu menghormati hewan karena sudah membantu manusia

Kremasi Hewan Secara Hindu, Sudah Tepatkah?Ilustrasi hewan peliharaan. (unsplash.com/Alicia Jones)

Agama Hindu mengajarkan untuk menghormati sesama manusia, dan makhluk hidup lainnya, termasuk hewan. Kenapa demikian? Karena hewan banyak membantu dalam kehidupan manusia seperti dikonsumsi untuk kebutuhan hidup, untuk sarana upacara, dan sebagai hewan peliharaan.

Bukti Agama Hindu menghormati hewan adalah dengan adanya hari suci yang bernama Tumpek Uye atau Tumpek Kandang. Tumpek Kandang jatuh setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Sabtu (Saniscara) Kliwon, wuku Uye. Makna dari Tumpek Kandang adalah sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada hewan yang selama ini telah memberikan penghidupan, serta kemudahan dalam berbagai aktivitas manusia.

Penghormatan terhadap hewan peliharaan ini bahkan tertuang dalam Lontar Dharma Pemulih Buron. Menurut Penekun Spiritual di Bali, Jro Putu Agus Panca Saputra atau yang akrab dipanggil Jro Panca, menyebutkan Lontar Dharma Pemulih Buron mengajarkan cara memuliakan, dan mengembalikan hewan agar mencapai alamnya karena sudah banyak berjasa untuk manusia.

Satu caranya adalah mendoakan agar roh atau arwah hewan tersebut tidak lagi reinkarnasi sebagai hewan, melainkan menjadi makhluk yang derajatnya lebih tinggi.

Baca Juga: Makna Tumpek Kandang di Bali, Kasih Sayang Umat Hindu Terhadap Hewan

2. Kremasi hewan peliharaan di Bali

Kremasi Hewan Secara Hindu, Sudah Tepatkah?Salah satu tempat kremasi hewan peliharaan di daerah Badung. (dok. Obelisk Pet Service)

Saat ini sudah ada beberapa tempat kremasi hewan peliharaan di Bali. Karena kasih sayang yang tinggi, pemilik akan memberikan perlakuan terbaik ketika hewan kesayangannya mati.

Pengelola Obelisk Pets Service di Kabupaten Badung, Gayatri, menyediakan jasa kremasi dan penguburan hewan peliharaan tersebut karena sebuah ikatan. Bagi sebagian orang, hewan peliharaan sudah menjadi bagian dalam suatu keluarga. Hal ini menyebabkan si pemilik memiliki komitmen untuk memperlakukan hewan kesayangan sampai akhir masa hidupnya secara layak.

"Selain itu, kami mendirikan jasa kremasi dan penguburan ini karena banyak pemilik hewan peliharaan memiliki keterbatasan lahan untuk mengubur saat hewan kesayangannya mati. Jadi kami membantu untuk penguburan maupun kremasinya," ujar Gayatri saat dihubungi melalui WhatsApp (WA), Selasa (31/8/2022).

3. Kremasi hewan dalam ajaran Agama Hindu

Kremasi Hewan Secara Hindu, Sudah Tepatkah?Hewan peliharaan yang akan dikremasi. (dok. Obelisk Pet Service)

Jro Panca menyebutkan, dalam Lontar Dharma Pemulih Buron ada dua cara untuk memuliakan hewan, yaitu dikubur dan dibakar atau kremasi. Hewan sebaiknya tidak dikubur di halaman rumah. Karena menurut lontar tersebut, halaman rumah tidak disarankan untuk menanam hewan kecuali sebagai sarana upacara.

Hewan yang dikremasi atau dibakar memiliki tujuan untuk mengembalikan unsur-unsur panca mahabuta ke asalnya. Namun sarana upacara yang digunakan tidak boleh seperti upacara ngaben manusia. Lantas Apa saja sarana upacara untuk kremasi hewan?

"Sarana upacara tidak seperti untuk manusia, tetapi jauh lebih sederhana dengan menggunakan segehan berbentuk hewan, daksina, canang burat wangi, dan kain putih yang biasanya bermotif hewan. Sarana upacara ini bukan dipersembahkan kepada hewannya, namun kepada Sang Pencipta agar roh si hewan bisa meningkat derajatnya," ungkap Jro Panca saat dihubungi melalui WA, Selasa (31/8/2022).

Biasanya si pemilik yang menyayangi hewan peliharaan akan menghaturkan soda atau suguhan makanan. Tetapi soda ini dihaturkan bukan untuk si hewan, melainkan kepada Dewa Sangkara yaitu dewa penjaga hewan dan tumbuh-tumbuhan

Gayatri juga menggunakan sarana upacara tersebut di tempat kremasi yang ia kelola. Tujuannya untuk memohon kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi agar proses kremasi berjalan lancar, dan roh hewan tersebut bisa dituntun untuk mendapatkan derajat yang lebih baik.

"Penggunaan sarana juga diinfokan kepada pemilik. Jika pemilik tidak berkenan, maka tidak menggunakan sarana seperti di atas, melainkan cukup hanya bunga saja," ungkap Gayatri.

4. Tidak menggunakan sarana dan proses upacara yang berlebihan

Kremasi Hewan Secara Hindu, Sudah Tepatkah?Tempat kremasi hewan peliharaan. (dok. Obelisk Pet Service)

Seiring dengan tumbuhnya tempat-tempat kremasi untuk hewan peliharaan, tentunya hal ini tidak menyimpang dari ajaran Hindu. Menurut Jro Panca, hal itu karena proses pembakaran atau kremasi hewan sudah tercantum di Lontar Pemulih Buron, sesuai yang telah dijelaskan di atas.

Asalkan tidak menggunakan sarana dan proses upacara yang berlebihan, seperti proses ngaben pada manusia.

"Apalagi kalau sampai menggunakan pendeta atau orang suci. Tentunya hal ini sangat tidak dibenarkan dalam Agama Hindu," terang Jro Panca yang memiliki kanal YouTube Taksu Poleng ini.

5. Abu hasil kremasi sebaiknya tidak disimpan

Kremasi Hewan Secara Hindu, Sudah Tepatkah?Ilustrasi abu. (unsplash.com/Adrien Olichon)

Bagaimana dengan perlakuan abu hasil kremasinya? Jro Panca menuturkan, menurut ajaran Hindu, abu tersebut tidak boleh disimpan atau dikubur di halaman rumah karena bisa mendatangkan energi yang tidak baik. Jro Panca menyarankan sebaiknya abu ini dilarung ke laut. Jika masih disimpan, maka akan membatasi atau mengekang roh atau janggama.

Konsep dalam Hindu adalah mengembalikan roh kepada Sang Pencipta. Jadi harus dilarung ke laut untuk 'dikembalikan' kepada Sang Hyang Baruna sebagai penguasa laut untuk proses selanjutnya. Sehingga harapannya, roh mendapatkan peningkatan derajat menjadi yang lebih baik.

Konsep dalam Agama Hindu adalah memanusiakan semesta, dalam hal ini tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta sangat dilarang untuk membinatangkan manusia.

"Dalam konsep spiritual, binatang itu adalah saudara kita. Dipercaya dalam konsep kanda, sebelum menjadi manusia, berproses menjadi tumbuh-tumbuhan atau menjadi hewan," jelas Jro Panca.

Dari informasi di atas, kamu tidak perlu ragu lagi untuk membawa peliharaan kesayanganmu ke tempat kremasi, yang penting proses dan sarananya sesuai dengan ajaran Hindu, serta tidak berlebihan.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya