Kisah Ida I Dewa Agung Istri Kanya, sang Raja Klungkung

Belanda menjulukinya sebagai raja berkepala batu

Seperti halnya daerah lain di nusantara, Bali memiliki banyak pahlawan hebat yang berjuang gigih mempertahankan tanah kelahirannya dari serbuan penjajah Belanda. Pahlawan-pahlawan ini tersebar di setiap daerah Provinsi Bali.

Satu di antaranya pahlawan yang membuat gentar penjajah Belanda adalah Ida I Dewa Agung Istri Kanya asal Kabupaten Klungkung. Mumpung 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan, yuk kita mengenal tokoh Ida I Fewa Agung Istri Kanya, pahlawan sekaligus Raja Klungkung. Berikut ulasannya, dikutip dari jurnal berjudul "Ida I Dewa Agung Istri Kanya: Raja, Feminisme, dan Pahlawan dari Klungkung", karya I Nyoman Sukartha, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Unud (Unud) Denpasar.

Baca Juga: Kisah di Balik Lahirnya Surat Sakti Pahlawan I Gusti Ngurah Rai

Baca Juga: Kisah 5 Pahlawan yang Dijadikan Nama Stadion Olahraga di Bali

1. Memiliki nama kecil Dewa Agung Istri Muter

Kisah Ida I Dewa Agung Istri Kanya, sang Raja KlungkungIlustrasi Ida I Dewa Agung Istri Kanya saat baru lahir. (YouTube.com/Sasha Citra Utami)

Ida I Dewa Agung Istri Kanya juga memiliki nama lain, Anak Agung Istri Kanya. Ia adalah seorang warih atau keturunan dari Raja Sri Kresna Kepakisan, Raja Samprangan. Raja Samprangan adalah cikal bakalnya keturunan Kepakisan di Bali.

Ida I Dewa Agung Istri Kanya adalah putri dari Ida Dewa Agung Putra, yang merupakan raja bawahan di daerah Kusamba (Kini bernama Desa Kusamba). Kala itu, Raja Klungkung dipegang oleh Ida I Dewa Agung Sakti.

Ida I Dewa Agung Istri Kanya memiliki nama kecil yaitu Dewa Agung Istri Muter. Nama Ida I Dewa Agung Istri Kania ia dapatkan setelah menjadi raja. Artinya, nama tersebut adalah gelar pada saat ia menjadi raja.

2. Masa kecilnya tinggal di Kusamba

Kisah Ida I Dewa Agung Istri Kanya, sang Raja KlungkungIlustrasi Dewa Agung Istri Muter saat masih kecil. (YouTube.com/Sasha Citra Utami)

Dewa Agung Istri Muter menghabiskan masa kecilnya di Kusamba, bersama ibu kandungnya, I Gusti Ayu Karang, yang merupakan anak dari Raja Karangasem.

Setelah dewasa, Dewa Agung Istri Muter memutuskan untuk pindah ke Klungkung. Selama di Klungkung, ia diasuh oleh kakeknya yang seorang Raja Klungkung bernama I Dewa Agung Sakti. Ia tinggal di sebuah istana bernama Puri Bale Mas.

3. Dewa Agung Istri Muter menjadi Raja Klungkung

Kisah Ida I Dewa Agung Istri Kanya, sang Raja KlungkungIlustrasi Ida I Dewa Agung Istri Kanya saat masih kecil. (YouTube.com/Sasha Citra Utami)

Ayah kandung dari Dewa Agung Istri Muter, Ida Dewa Agung Putra Kusamba, lalu menggantikan tahta I Dewa Agung Sakti setelah wafat. Selama ayahnya menjadi raja, segala urusan kepemerintahan di Klungkung diserahkan kepada Dewa Agung Istri Muter sebagai putri raja kala itu. Sedangkan Ida Dewa Agung Putra Kusamba hanya mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan Kerajaan Kusamba.

Dewa Agung Istri Muter kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja, setelah wafat. Dari situlah ia mendapatkan gelar Ida I Dewa Agung Istri Kanya.

4. Sosok raja yang berani menentang penjajah Belanda

Kisah Ida I Dewa Agung Istri Kanya, sang Raja KlungkungIlustrasi patung Ida I Dewa Agung Istri Kanya. (YouTube.com/Sasha Citra Utami)

Sebagai perempuan muda yang menjabat sebagai Raja Klungkung, Ida I Dewa Agung Istri Kanya berani membela tanah kelahirannya. Hal itu dibuktikan ketika Belanda melakukan intervensi militer atau serangan ke Kerajaan Klungkung pada tahun 1849.

Tidak ada satu orang perempuan yang memiliki keberanian untuk berperang. Sebab berperang adalah tugasnya para pria. Ia tidak gentar menyerang Belanda yang kala itu dipimpin oleh jenderal perang bernama Andreas Victor Michiels.

Pasukan kerajaan yang dipimpin langsung oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Bahkan Jenderal Miechels berhasil dibunuh. Belanda memilih untuk mundur dari wilayah Kerajaan Klungkung.

5. Mendapatkan julukan sebagai raja berkepala batu oleh penjajah Belanda

Kisah Ida I Dewa Agung Istri Kanya, sang Raja KlungkungIlustrasi Ida I Dewa Agung Istri Kanya saat memimpin pasukan Kerajaan Klungkung. (YouTube.com/Sasha Citra Utami)

Pada masa Pemerintahan Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Kerajaan Klungkung tidak berhasil ditundukkan oleh penjajah Belanda. Karena hal itu, Belanda menjulukinya sebagai raja berkepala batu karena tidak mau menyerah, terus-terusan melakukan perlawanan kepada Belanda, dan teguh dalam memegang prinsip. Ia memiliki prinsip, lebih baik mati daripada menyerah dan dijajah oleh Belanda.

Belanda baru bisa menundukkan Kerajaan Klungkung pada tahun 1908. Sebab Ida I Dewa Agung Istri Kanya wafat pada tahun 1868, dan digantikan oleh sepupunya yang bernama Ida Dewa Agung Putra III.

Jiwa patriotik dan pantang menyerah Ida I Dewa Agung Istri Kanya patut diteladani oleh generasi muda. Walaupun tidak dalam masa perang melawan penjajah, namun masih banyak hal yang bisa dilakukan demi kemajuan bangsa dan negara. Semoga semangat patriotisme tetap tumbuh di tanah nusantara ini.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya