6 Jenis Tari Sanghyang Jaran di Bali, Terkenal Sakral

Pasti kamu belum pernah melihat ini di Bali

Bali memiliki tari sakral bernama tari sanghyang. Tari sanghyang memiliki banyak jenis dan berbeda-beda di setiap kabupaten atau kota. Seperti Tari Sanghyang Dedari, Tari Sanghyang Bojog, Tari Sanghyang Memedi, Tari Sanghyang Jaran, dan masih banyak lagi jenis lainnya.

Tari sanghyang biasanya diikuti dengan prosesi kerasukan atau kerauhan para penarinya. Satu tari sanghyang yang cukup populer adalah Tari Sanghyang Jaran (kuda). Tari Sanghyang Jaran terdapat di daerah Bali dengan karakter dan ciri khasnya masing-masing. Berikut ini jenis Tari Sanghyang Jaran di Bali.

Baca Juga: 5 Cerita yang Berkaitan dengan Hari Suci Hindu

1. Tari Sanghyang Jaran dari Nusa Lembongan, Kabupaten Klungkung

6 Jenis Tari Sanghyang Jaran di Bali, Terkenal SakralTari Sanghyang Jaran di Nusa Lembongan. (IDN Times/Wayan Antara)

Tari Sanghyang Jaran ini berawal dari kisah perjalanan seorang pendeta suci Hindu bernama Ida Pedanda Gede Punia, yang diusir oleh Raja Bangli ke Pulau Nusa Penida. Namun ia tidak menetap di sana karena tidak diterima oleh warga setempat. Sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Nusa Lembongan.

Selama di Nusa Lembongan, Ida Pedanda Gede Punia mengembangkan tarian sakral bernama Tari Sanghyang Jaran. Tarian ini kemudian berkembang di Nusa Lembongan.

Tari Sanghyang Jaran di Nusa Lembongan tidak diiringi oleh gamelan dinamis, namun hanya diiringi oleh kidung. Tarian akan mengikuti tempo dari kidung. Jika kidungnya lambat, maka penari akan melambat, begitu pula sebaliknya.

Para penari menunggangi properti mirip kuda lengkap dengan loncengnya. Penari biasanya akan kerasukan selama menari. Sehingga ketika menginjak maupun menendang bara api yang terbuat dari serabut kelapa, kulit para penari tidak akan melepuh atau terbakar.

Tarian sakral ini biasanya dipentaskan sebagai rasa syukur atas harapan yang terkabul atau istilahnya membayar sesangi, yang dipentaskan di balai banjar ataupun tempat umum lainnya.

Baca Juga: Selingkuh dalam Ajaran Hindu, Dilarang Ingat Wajah Mantan

2. Tari Sanghyang Jaran Gading dari Desa Geriana Kauh, Kabupaten Karangasem

https://www.youtube.com/embed/NkozwMGm_wA

Tari Sanghyang Jarang Gading berasal dari Desa Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Tarian ini biasanya dipentaskan sebagai wujud syukur menjelang embud padi atau padi yang berumur satu tahun.

Para penarinya laki-laki, di mana orang dan jumlahnya ditentukan oleh pawisik dari sesuhunan desa setempat. Tari ini dipentaskan di depan Pura Pejenangan, Desa Geriana Kauh.

Tari Sanghyang Jaran Gading hanya diiringi oleh alunan Gending Sanghyang. Sebelum pentas, dilakukan prosesi untuk memanggil kekuatan Sanghyang Jaran Gading yang disebut dengan istilah mekukup, masuk ke dalam tubuh penari. Setelah kekuatan itu masuk ke tubuh penari, penari akan berlarian di tengah-tengah area pementasan sambil melewati bara api yang sudah disiapkan.

3. Tari Sanghyang Jaran dari Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung

6 Jenis Tari Sanghyang Jaran di Bali, Terkenal SakralTari Sanghyang Jaran di Banjarangkan, Klungkung. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Tari Sanghyang Jaran ini dipentaskan pada hari Buda Umanis, Wuku Medangsia di Pura Puseh Sari, Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Pementasan tari ini bertujuan untuk memohon kekuatan Ida Sang Hyang Widhi supaya menetralisir alam dari wabah dan penyakit.

Tari Sanghyang Jaran ini dipentaskan oleh tiga orang penari dan sekelompok orang yang bertugas untuk melantunkan kidung suci sebagai pengiring tariannya. Kidung ini hanya ada di Pura Puseh Sari. Ketika penari kerasukan, mereka akan menari mengikuti alunan kidung sambil menginjak bara api.

Tari sakral dari Desa Banjarangkan ini menggunakan properti yang diwarisi secara turun temurun, berupa kuda yang terbuat dari kayu. Kuda ini terdiri dari tiga warna yaitu putih, kuning, dan poleng (hitam putih).

4. Tari Sanghyang Jaran dari Banjar Bun, Kota Denpasar

https://www.youtube.com/embed/zquhU4uOSZo

Tari Sanghyang Jaran yang berasal dari Banjar Bun, Kelurahan Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar ini telah ada sejak tahun 1905 dan diciptakan oleh jero mangku pura dari Banjar Bun bernama Mangku Selonog. Tarian sakral yang diambil dari mitologi pemutaran Gunung Mandara atau Mandara Giri ini menggunakan pelawatan berupa kuda (jaran) berwarna putih.

Para penari dipilih secara niskala (spiritual atau gaib) melalui proses yang disebut nyanjan. Tidak hanya laki-laki saja, penarinya juga ada yang perempuan.

Satu hal yang membedakannya dengan tari sanghyang lainnya adalah penggunaan bara api yang terbuat dari batok kelapa, bukan dari serabut kelapa.

5. Tari Sanghyang Jaran Kecak dari Kecamatan Abiansemal , Kabupaten Badung

https://www.youtube.com/embed/-K-rgPFl_m4

Tari Sanghyang Jaran Kecak berasal dari Pura Dalem Solo, Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Tari ini biasanya dipentaskan sebanyak tiga kali. Yaitu pada Kajeng Kliwon Sasih Kelima (bulan kelima) hingga Sasih Kepitu (bulan ketujuh) yang bertujuan untuk menghalau wabah penyakit.

Mereka yang diperkenankan untuk menarikan Sang Hyang Jaran Kecak ini hanya orang terpilih secara niskala atau kalinggihan (spiritual atau gaib). Seperti Tari Sang Hyang Jaran lainnya, tarian ini menggunakan kidung suci sebagai pengiringnya. Begitu kerasukan, para penari akan menendang maupun menginjak bara api yang telah disediakan.

6. Tari Sanghyang Jaran di Pura Dalem Kedewatan, Kelurahan Sanur, Kota Denpasar

https://www.youtube.com/embed/6WsGnNCpT2A

Tari Sanghyang yang berasal dari Kelurahan Sanur ini dipentaskan di Pura Dalem Kedewatan setiap Tilem Kajeng. Tarian sakral ini menggunakan sarana pratima berbentuk jaran atau kuda berwarna putih dan merah.

Tari Sanghyang Jaran di Pura Dalem Kedewatan ini menggunakan kidung khusus yang dilantunkan oleh sekelompok warga. Setelah penari mulai kerasukan, mereka akan berlari mengelilingi tempat pementasan dan menuju ke bara api yang terbuat dari serabut kelapa.

Tari Sanghyang Jaran di Bali ini masih lestari hingga kini. Sebab warga desa setempat rutin mementaskan Tari Sanghyang Jaran sesuai dengan hari yang telah ditentukan. Selain pementasan yang rutin, perlu juga mencari para penari muda sebagai generasi penerus Tari Sang Hyang Jaran.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya